Ungkap kasus paedofil, Polri buka kerjasama dengan FBI
Merdeka.com - Federal Bureau of Investigation (FBI) membuka temuannya soal DPO kasus paedofil yang melibatkan mantan guru Jakarta International School (JIS), William James Vahey. Polri mengaku belum ada koordinasi lanjutan dengan intelijen Amerika ini, namun Polri tetap membuka kesempatan kerjasama jika FBI ingin menindaklanjuti kasus tersebut.
"Pada prinsipnya (Polri) siap bekerja sama dengan pihak manapun, mekanisme akan kita lihat lebih lanjut," kata Kabag Penum Polri Kombes Pol Agus Rianto di Gedung Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (24/4).
Menanggapi desas desus banyaknya pihak luar yang ingin melakukan investigasi terkait pencabulan di JIS, Agus mengingatkan bahwa peristiwa tersebut terjadi di Indonesia sehingga Polri lah yang punya wewenang menyelidiki dan menindak.
"Mekanisme melewati Interpol dan Bareskrim akan dikoordinasikan lebih lanjut, yang pasti itu di wilayah kita. Apabila memang tidak terjadi di dalam kedutaan maka penyidiknya dari aparat Polda," sambung dia lagi.
Kasus William James Vahey
Polri menjelaskan polisi tidak bisa memproses kasus Vahey seandainya terjadi kasus paedofil terhadap anak-anak JIS dalam jangka waktu 1992-2002. Sebab, pelaku saat ini sudah meninggal dunia.
"Hukum yang ada di Indonesia apabila tersangka meninggal dunia, maka kasus tersebut harus dihentikan kecuali ada dugaan tersangka lagi. Yang dihentikan demi hukum meliputi tersangka meninggal dunia," papar Agus.
Menurut data yang dimiliki FBI, pria asal South Carolina, Amerika Serikat tersebut sempat menjadi tenaga pengajar di JIS periode tahun 1990an hingga tahun 2000-an. Terkait temuan tersebut, tim penyidik dari Polda Metro Jaya kini tengah mendalaminya.
"Sedang dicari, apakah dulu pernah ada kasus di Indonesia. Karena kejadiannya tahun 90-an. Yang bersangkutan (William) tersangkut kasus pedofilia," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto, di kantornya, Rabu (23/4).
Menurut data yang dimiliki FBI, lanjut Rikwanto, diketahui bahwa William pernah bekerja di sejumlah sekolah internasional di berbagai negara.
"Pernah bekerja di sekolah internasional seperti London, Venezuela, Teheran, Madrid dan Jakarta. Dan di tiap sekolah ia bekerja, ia melakukan pedofilia," beber Rikwanto.
"Informasi terakhir, yang bersangkutan (William) telah meninggal dunia karena bunuh diri," tambahnya.
Untuk itu, sambung Rikwanto, penyidik tengah mencari kasus yang menyeret nama William yang pernah terjadi di Jakarta.
(mdk/gib)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut potret perwira polisi pamer otot bareng pensiunan Jenderal eks Kapolri.
Baca SelengkapnyaKapolda memutuskan terhitung mulai 31 Januari 2024, Bripka NA diberhentikan tidak dengan hormat dari Dinas Bintara Polri.
Baca SelengkapnyaPolri melihat sejauh ini keamanan dan ketertiban masyarakat kondusif lantaran kolaborasi dan koordinasi dengan seluruh elemen masyarakat berjalan baik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pencoblosan dilaksanakan pada 14 Februari 2024 besok.
Baca SelengkapnyaRambut gondrong dan kumis tebal. Sekilas, mungkin tak ada yang percaya profesi dari pria ini adalah polisi.
Baca SelengkapnyaPolri membuka kesempatan penerimaan anggota untuk penyandang disabilitas.
Baca SelengkapnyaPemeriksaan tersebut seharusnya berlangsung di Bareskrim Mabes Polri.
Baca SelengkapnyaSeorang Bripda terciduk para pamen usai miliki badan terlalu kurus sampai dituduh bayar masuk polisi. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaDjuhandhani menyatakan segera berkoordinasi dengan Divisi Hubungan Internasional.
Baca Selengkapnya