Tradisi Pembagian Bubur Sop di Masjid Raya Medan Ditiadakan Selama Pandemi
Merdeka.com - Tradisi pembagian bubur sop selama Ramadan di Masjid Raya Al Mashun, Medan, ditiadakan sementara. Kebijakan ini diambil pengurus masjid bersejarah itu untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Biasanya sekitar 1.000 porsi dibagikan untuk warga setiap selepas Ashar, menjelang berbuka puasa selama bulan Ramadan. Tradisi ini sudah berlangsung sejak masa kejayaan Kesultanan Melayu Deli.
Pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan ini . Tahun ini tak ada lagi keramaian warga yang menunggu pembagian bubur.
"Bubur sudah nggak ada lagi. Memang sudah disiapkan kayu dan bahan bahannya. Cuma kondisi saat ini kita kan maklum, kita semua mengikuti petunjuk dari pemerintah, supaya ditiadakan," kata Imam Masjid Raya Al Mashun Zaini Hafiz.
Bubur sop dibagikan gratis di Masjid Raya Al Mashun sejak 1960-an. Sebelumnya, sejak Ramadan tahun 1909 Masehi, menu yang dibagikan adalah bubur pedas, makanan khas bangsawan Melayu. Saat itu merupakan masa kejayaan Kesultanan Deli di bawah Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alam Syah.
Belakangan, bahan-bahan bubur pedas dinilai rumit karena sangat kaya rempah dan proses pembuatannya sulit, sehingga panitia akhirnya hanya membagikan bubur sop. Makanan ini berbahan dasar beras ditambah daging dan sayuran, berupa kentang, wortel, serta bumbu sup, seperti merica dan daun seledri.
Ramadan kali ini untuk pertama kali pembagian bubur ditiadakan. Bukan hanya tradisi, pandemi Covid-19 juga memengaruhi ibadah di Masjid Raya Al Mashun. Tadarus dan pengajian juga ditiadakan.
Meski salat tarawih berjamaah tetap digelar, namun hanya untuk warga sekitar masjid. Biasanya masjid ini banyak didatangi pengunjung dari berbagai penjuru.
"Kita sebelum sebelumnya sudah sempat membagikan sajadah kecil kepada masyarakat sekitar. Kita ingatkan jangan sampai tertinggal. Kalau selesai salat jangan ditinggal, supaya jangan tertukar sama yang lain," ungkapnya.
Sebelum masuk masjid, jemaah yang hadir harus melewati bilik disinfektan. Semuanya harus mencuci tangan.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam menyambut bulan penuh berkah, masyarakat Pasaman Barat memiliki salah satu tradisi unik yang sudah diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaPasar Benhil selalu jadi daya tarik para pemburu takjil. Menu yang ditawarkan juga lengkap. Kisahnya dimulai pada tahun 1970-an.
Baca SelengkapnyaMasjid yang konon sudah berusia lebih dari satu abad ini memiliki nuansa Melayu yang begitu kental serta tradisi unik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1743 dan diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaDi balik keunikannya, penyajian makanan ini menyimpan makna filosofis
Baca SelengkapnyaJajanan khas Kota Jambi ini pastinya tidak pernah luput dari peminatnya terutama saat Bulan Ramadan tiba sebagai menu takjil untuk berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaKenalan lebih dekat dengan tradisi Papajar untuk menyambut bulan suci Ramadan ala masyarakat Sunda.
Baca SelengkapnyaDi Provinsi Sumatra Utara, masyarakat menyambut bulan suci ini dengan ragam tradisi yang berbeda-beda dan tentunya penuh makna.
Baca SelengkapnyaMasjid ini bisa jadi pilihan tepat wisata kuliner di bulan suci Ramadan
Baca Selengkapnya