Tradisi Pedang Pora dan Cium Pataka Warnai Penyambutan Pangdam Jaya Baru
Merdeka.com - Kodam Jaya melakukan tradisi penyambutan kedatangan Pangdam yang baru Mayjen TNI Eko Margiyono di lapangan Apel Makodam Jaya, Jakarta Timur. Acara yang penuh hikmad itu diawali dengan pengalungan bunga kepada Kasdam Jaya Mayjen TNI Eko Margiyono beserta sang istri di depan pintu utama Kodam Jaya.
Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Jaya Kolonel Inf Kristomei mengatakan, setiap Pangdam baru disambut dengan tradisi pengalungan bunga.
"Tradisi ini merupakan tradisi satuan yang sudah berlangsung rutin setiap ada pejabat baru yang akan memimpin Kodam. Tradisi pengalungan bunga ini menandakan, bahwa siapapun pejabat Pangdam beserta Ketua Persit KCK PD Jaya telah mendapatkan restu untuk melanglahkan kaki menatap masa depan Kodam Jaya," kata Kolonel Inf Kristomei Sianturi di lokasi, Kamis (31/1).
Saat disambut, Eko dan istri perlahan-lahan melewati pasukan pedang pora. Setelah itu, Eko melanjutkan mencium Pataka Kodam Jaya.
"Penciuman Pataka ini mengandung makna sebagai penyatuan diri dengan satuan baru ataupun dalam makna untuk mencintai satuan baru sebagai tempat pengabdian kepada bangsa dan negara," katanya.
Dalam tradisi ini, Pangdam baru dan lama juga memimpin Apel Bersama dan menerima penghormatan dari pasukan Defile Prajurit TNI dan PNS Kodam Jaya.
Kristomei juga menjelaskan, sebagai rangkaian akhir tradisi ini dilanjutkan dengan acara lepas sambut sekaligus pamitan Joni dengan Forkopimda, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda DKI Jakarta, termasuk dengan anggota Kodam Jaya.
"Tradisi pergantian Pangdam Jaya diakhiri dengan pelepasan Mayjen TNl Joni Supriyanto beserta istri di depan gerbang pintu utama. Selamat jalan Mayjen TNI Joni Supriyanto, dan selamat datang kembali Mayjen TNI Eko Margiyono," pungkasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898
Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Adang yang Sakral, Ritual Memasak Warga Serang Sambut Hari Besar Keagamaan
Kabupaten Serang memiliki kearifan lokal yang hampir punah bernama Adang.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Piring Terbang di Jamuan Pernikahan Adat Jawa, Ternyata Ada Sejak Era Kerajaan Mataram
Para tamu undangan diperlakukan secara terhormat melalui tradisi piring terbang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ratusan Personel Datang ke Mako Menghadap Komandan Brimob, Sang Jenderal Langsung Bereaksi Begini
Berikut potret ratusan Perwira hingga Tamtama datang ke Mako menghadap Komandan Brimob.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Bodho Kupat, Satu Kampung di Lumajang Kompak Jadi Pedagang Janur dan Ketupat
Bodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaKhasnya Cap Go Meh di Singkawang, Padukan Budaya Lokal dan Tionghoa
Cap Go Meh di Singkawang juga dirayakan dengan pawai tatung yang memadati jalan-jalan kota.
Baca SelengkapnyaBanyak Warga Buang Sampah di Pinggir Sungai, Pria Rembang Ciptakan Alat Pemusnah Sampah Ini
Hasil pembakaran sampah itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sementara asapnya bisa disuling menjadi pupuk cair.
Baca Selengkapnya30 Pantun Palang Pintu Lucu, Bikin Senyum Mengembang
Pantun palang pintu Betawi adalah salah satu bentuk seni tradisional masyarakat Betawi yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri.
Baca SelengkapnyaSerunya Tradisi Rumpak-rumpakan dari Palembang, Kunjungi Rumah Tetangga saat Lebaran sambil Diiringi Rebana
Tradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.
Baca Selengkapnya