Tan Malaka, hidup diburu dan dipenjara, wafat dihujat
Merdeka.com - Tan Malaka merupakan salah satu putra terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Kegelisahannya atas nasib bangsa Indonesia di bawah penjajahan bangsa asing membawanya kepada sikap kritis dan tak kenal kompromi terhadap Belanda dan Jepang.
Usai menamatkan pendidikannya di Belanda pada 1919, Tan Malaka pulang dan bekerja di sebuah perkebunan di Deli. Ketimpangan antara buruh pekerja dan tuan Belanda di tempat itu semakin memantapkan langkah Tan untuk memperjuangkan nasib kaum tertindas.
Saat hijrah ke Jawa, Tan bergabung dan diangkat menjadi ketua PKI. Dengan ilmu pendidikan guru yang dimilikinya, Tan membuat sejumlah sekolah rakyat di Semarang hingga Bandung. Keterlibatannya pada aksi mogok buruh dan kekritisannya terhadap Belanda mengakibatkan dirinya diusir dari tanah pertiwi.
Tan pun dibuang ke Belanda pada 1922. Namun, hal itu tak membuatnya berhenti berjuang. Dari Belanda perjalanan dari negara yang satu ke negara yang lain dimulainya. Sebut saja Jerman, Rusia, Filipina, Thailand, Burma, China, Malaysia, dan Singapura, pernah disinggahinya.
Saat itu, Tan yang juga diangkat sebagai wakil Komunis Internasional (Komintern) Asia Tenggara menjadi incaran para agen negara imperialis seperti Inggris, Belanda dan Amerika. Bahkan Jepang pun memburunya.
Pria kelahiran Pandang Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 1894 itu lah yang pertama kali menulis konsep kemerdekaan Indonesia lewat bukunya 'Naar de Republiek Indonesia' (Menuju Indonesia Merdeka) pada 1925. Setelah itu baru Moh Hatta menulis 'Indonesia Vrije' (Indonesia Merdeka) sebagai pledoi di depan pengadilan Den Haag pada 1928, kemudian Soekarno dengan 'Indonesia Menggugat' pada 1933.
Buku Tan Malaka itu kemudian dilarang beredar, dimiliki dan dibaca oleh kolonial Belanda. Buku Tan Malaka itu lah yang kemudian menginspirasi para pemuda untuk segera memerdekakan Republik. Bahkan, Soekarno pun menjadikan buku itu sebagai bacaan wajibnya kala itu.
Dalam pengembaraannya di luar negeri, tak jarang Tan harus meringkuk di penjara luar negeri. Salah satunya di Hong Kong saat Tan tertangkap oleh agen rahasia Inggris.
Tan pulang ke tanah air pada 1942. Setelah singgah di sejumlah tempat di Sumatera, Tan langsung menuju ke Jawa, tepatnya Jakarta. Tan sempat tinggal di Rawa Jati, Kalibata, dan menyelesaikan karyanya yang berjudul 'Madilog.' Tan juga sempat bekerja di tengah-tengah romusha di Bayah, Banten.
Dari situ Tan mulai berkelut dengan perjuangan Indonesia. Setelah membuka identitas aslinya, Tan langsung berjuang bersama Soekano dan para pemuda. Tan bahkan sempat mendapat testamen politik Bung Karno. Jika kelak Soekarno dan Hatta ditangkap Sekutu atau tak berdaya lagi, maka Tan Malaka adalah salah satu orang yang akan meneruskan jalannya revolusi Indonesia.
Namun, perbedaan pandangan antara Tan Malaka dan Soekarno membuat keduanya berbeda haluan. Tan kukuh dengan prinsip Indonesia merdeka 100 persen. Perundingan dengan penjajah baru bisa dilakukan jika kemerdekaan Indonesia telah diakui dan tentara Belanda telah angkat kaki dari bumi pertiwi.
Sementara, Soekarno, Hatta, Sjahrier, Amir Sjamsuddin dkk, kukuh dengan jalan perundingan dengan Belanda. Melalui organisasi Persatuan Perjuangan (PP) yang didirikannya pada Januari 1946 Tan menjadi oposisi yang menentang keras pemerintah saat itu. Alhasil, Tan ditangkap dan dipenjarakan pada Maret 1946 hingga September 1948.
Sekeluarnya dari penjara, Tan langsung berjuang bersama dengan pengikutnya. Tan mendirikan Partai Murba dan kembali mengritik keras pemerintah dan Soekarno yang dinilainya tunduk kepada Belanda. Tan bergerilya melawan agresi militer Belanda. Namun, di tengah perjuangannya Tan wafat ditembak oleh pasukan Letda Sukotjo di Kediri pada 21 Februari 1949.
Pada 1963, Bung Karno mengangkat Tan Malaka sebagai pahlawan nasional. Namun, sejarah Tan Malaka seakan hilang dari masyarakat. Lebih-lebih saat Orde Baru berkuasa. Tak ada pelajaran sejarah di sekolah yang mengulas Tan Malaka. Paham komunis yang dianut Tan menjadi alasan sang Bapak Republik Indonesia dijauhkan dari inggatan rakyatnya.
Kini setelah era Reformasi bergulir, Tan masih mendapat tentangan dari sejumlah kelompok. Rencana bedah buku dan diskusi Tan Malaka di C20 Library, Surabaya, Jawa Timur, Jumat pekan lalu, dilarang oleh pihak Kepolisian. Sebab, Front Pembela Islam (FPI) memprotes keras acara itu. Massa FPI bahkan menduduki depan C20 Library hingga malam hari untuk memastikan diskusi itu batal digelar.
Meski Tan Malaka adalah pahlawan nasional, FPI tak peduli. Menurut FPI, gelar pahlawan bagi Tan Malaka adalah versi dari PKI. Padahal, gelar pahlawan nasional diberikan langsung oleh Presiden Soekarno pada 1963.
"Itu kan versinya PKI. Tan Malaka itu kan pahlawannya orang-orang PKI, Tan Malaka itu kan tokoh Marxis," kata Ketua Bagian Nahi Mungkar FPI Jawa Timur KH Dhofir di depan Gedung C20 Library
Tak hanya di Surabaya, rencana diskusi buku Tan Malaka di Semarang tepatnya di Gerobak Art Kos, Jl Stonen 29 Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/2) lalu juga mendapat penolakan dari Ormas Pemuda Pancasila, FPI dan sejumlah elemen lainnya. Alhasil, diskusi dipindahkan ke kampus Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip.
Demikianlah nasib Tan Malaka. Seorang revolusioner yang memilih tak menikah demi perjuangan bangsanya hingga 65 tahun setelah wafat masih mendapat penolakan dari rakyat yang diperjuangkannya. Namun seperti kata Tan Malaka, "Ilalang tak akan pernah mati jika tak dicabut dari akar-akarnya"
Begitu juga dengan cita-cita membawa Indonesia menjadi lebih baik. Tak akan pernah mati dan akan terus hidup. Tulisan ini sekaligus menutup Bulan Tan Malaka yang selama Februari ini ditulis di merdeka.com. Terima kasih banyak kami ucapkan atas perhatian para pembaca sekalian.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
40 Kata Sindiran Halus, Tetap Menohok dan Jadi Ungkapan Jenaka khusus Buat Orang yang Bikin Jengkel
Kata sindiran halus namun menohok menjadi salah satu cara mengungkapkan rasa tak suka secara tidak langsung pada seseorang yang menjengkelkan.
Baca SelengkapnyaDibacok Ibu Kandung sampai Tewas, Anak 8 Tahun Ucapkan Kalimat Terakhir: Perut Aku Sakit
Istrinya tengah menjalani rawat jalan sejak mengidap ODGJ enam bulan lalu.
Baca SelengkapnyaJelang Cuti, Para Taruna Akpol Tampan Ini Diberi Pesan dari Komandan, Dilarang Hidup Mewah hingga Jaga Nama Baik
Isi pesannya aykni agar tak melakukan pelanggaran hingga hidup bermewah-mewahan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
5 Penyebab Munculnya Jerawat di Badan yang Jarang Disadari
Penyebab jerawat punggung dan cara mencegahnya yang penting diketahui.
Baca SelengkapnyaTanaman Ini Ternyata Bisa Jadikan Hidangan Lebih Harum, Apa Saja?
Bumbu dapur yang berbahan dasar tanaman pun memiliki peran yang tak terbantahkan.
Baca SelengkapnyaTampil Kompak, Intip Keseruan Atta Halilintar Ajak Tim AHHA Meriahkan HUT RI Dufan
Keluarga Atta Halilintar merayakan momen HUT RI dengan bertamasya ke Dufan bersama ratusan karyawannya.
Baca Selengkapnya50 Quote Rindu Orang Tua dan Orang Tersayang, Cocok untuk Renungan sebelum Mudik Lebaran
Merdeka.com merangkum informasi tentang quote rindu orang tua dan orang tersayang yang cocok untuk renungan sebelum mudik lebaran.
Baca SelengkapnyaAjak Anak Lalui Perjalanan Mudik, Pastikan Atur Waktu untuk Hindari Kelelahan
Melalui perjalanan mudik yang panjang bisa sangat melelahkan terutama bagi anak sehingga penting untuk mengatur waktu.
Baca SelengkapnyaCandaan 'Istrimu Mantanku' Berujung Maut, Pria di Pagaralam Ajak Kakak Bunuh Teman
Candaan 'istrimu mantanku' membuat DN (23) gelap mata. Bersama kakak kandungnya, DA (29), dia nekat membunuh temannya sendiri, PR (23).
Baca Selengkapnya