Subsidi dinilai pemborosan dan mubazir, PBNU dukung BBM naik

Merdeka.com - Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyatakan dukungannya akan rencana pemerintah yang akan mencabut subsidi BBM. Hal itu disampaikannya dalam konferensi pers usai Munas dan Konbes PBNU di kantor pusat PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Minggu (2/11).

Suami dari Nur Hayati Abdul Qodir itu menjelaskan alasan kenapa dirinya dan PBNU mendukung rencana pemerintah dalam mencabut subsidi BBM tersebut. Pasalnya, hal itu dinilai bisa menghindari menghambur-hamburan anggaran negara bagi sesuatu yang dianggap sangat mubazir.

"Kami mendukung saja kebijakan pemerintah kalau itu memang sudah seharusnya BBM dinaikkan, agar bisa mengurangi beban anggaran yang jelas-jelas boros dan mubazir jika hanya untuk bahan bakar," kata Said Aqil di kantor pusat PBNU Jakarta, Minggu (2/11).

Said Aqil mengatakan bahwa anggaran yang dibutuhkan untuk mensubsidi BBM jumlahnya sangatlah besar dan memberatkan keuangan negara, sementara nominal anggaran yang sebegitu besarnya tersebut ternyata tidak menghasilkan apapun selain kemacetan dan polusi.

Sementara total anggaran-anggaran lainnya seperti pembangunan infrastruktur dan masalah kesejahteraan sosial yang memang benar-benar secara jelas dibutuhkan masyarakat, ternyata total jumlah anggarannya masih jauh di bawah anggaran kebutuhan bagi subsidi BBM tersebut.

"Sebenarnya subsidi BBM itu memang memberatkan anggaran kalau jumlahnya sampai Rp 400 triliun lebih. Bayangkan subsidi lainnya yang untuk membangun jalan, kilang minyak dan infrastruktur lainnya hanya berapa triliun, sementara yang hanya akan menjadi asap di kemacetan jalan sampai ratusan triliun seperti itu," kata Said Aqil.

"Tapi jika dana subsidi itu bisa dialirkan ke sektor lainnya, maka pasti hal itu bisa membantu petani membeli pupuk dan bibit, nelayan, dan profesi masyarakat lainnya, karena memang hal-hal itu yang paling penting. Maka saya berharap, barangkali nanti akan ada kebijakan tertentu dari pemerintahan Pak Jokowi-JK ini, yang bisa mengatur siapa-siapa saja yang bisa menerima subsidi BBM dan siapa yang tidak," pungkasnya.

Laporan: Praz Mohammad