Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Srimulat, dagelan Mataram yang kondang hingga era milenium

Srimulat, dagelan Mataram yang kondang hingga era milenium Finding Srimulat. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Beberapa anggota grup lawak legendaris, Srimulat, kembali tampil bersama. Namun kali ini dengan format yang berbeda, mereka tak lagi tampil dalam gedung dengan panggung besar, melainkan tampil di layar kaca dalam film 'Finding Srimulat'.

Film yang disutradarai Charles Gozali itu mulai diputar di bioskop pada 11 April lalu. Charles Gozali, yang sejak kecil gemar menonton aksi Srimulat, ingin menjadi pembuka pintu panggung bagi grup lawak kesukaannya, membawa mereka kembali ke hati masyarakat melalui film layar lebar.

Lalu apa sebenarnya Srimulat itu?

Grup lawak ini pertama kali didirikan oleh R. A. Srimulat dan suaminya, Teguh Raharjo dengan nama Gema Malam Srimulat. Nama Srimulat diambil dari nama pendirinya, R A Srimulat. Pada awalnya Gema Malam Srimulat adalah kelompok seni keliling yang melakukan pentas dari satu kota ke kota lain dari Jawa Timur sampai Jawa Tengah.

Rombongan seni suara dan tari ini memulai lawakan pertama mereka pada 30 Agustus 1951 dengan menampilkan tokoh-tokoh dagelan Mataram seperti Wadino (Bandempo), Ranudikromo, Sarpin, Djuki, dan Suparni. Grup ini pada awalnya mempertunjukkan musik dan lawak kemudian menjadi suatu formula khas bagi Gema Malam Srimulat.

Kehadiran dagelan Mataram dengan gaya lawakannya menjadi resep ampuh untuk menarik penggemar. Lawak dan nyanyian dipadukan sehingga menjadi kesatuan yang tidak bisa dipisahkan lagi. Dengan kekuatan itulah Gema Malam Srimulat kemudian berpentas dari satu pasar malam ke pasar malam lainnya, di pelbagai kota di Jawa.

Perjalanan grup lawak ini pun tak selalu mulus. Pada tahun 1960 Srimulat mulai terganggu kesehatan finansialnya, namun ini tak berlangsung lama.

Pada Jumat 19 Mei 1961, grup ini menancapkan kakinya pertama kali di Surabaya, tepatnya di THR Surabaya. Nama Gema Malam Srimulat pun lalu diubah lebih komersial menjadi Srimulat Review. Dimulailah perjalanan sebuah komunitas kelompok musik-komedi yang mungkin secara tidak sengaja dan berproses menjadi sebuah fenomena dan menjadi sebuah subkultur baru.

Ketika banyak pementasan sarat dengan pesan dan kritik sosial kelompok Srimulat membebaskan diri dari patron tersebut. Srimulat hadir untuk menghibur dan kelompok ini benar-benar merupakan perwujudan sebuah subkultur Jawa.

Hal utama yang dijual dalam pementasan mereka selain materi yang lucu juga kekhasan para pemainnya. Dan itu merupakan syarat mutlak yang ditekankan oleh Teguh dalam merekrut para calon anggotanya. Ciri khas yang dimaksud ada beberapa corak di antaranya adalah penampilan, gaya bicara, dan kalimat-kalimat yang menjadi trade mark seorang pemain.

Sebut saja Asmuni yang terkenal dengan dengan kalimat 'hil yang mustahal' dan "tunjep poin" (maksudnya to the point) sudah sangat melekat padanya. Atau ketika Timbul yang akan membuat penonton tertawa nyengir tatkala ia mengucapkan 'akan tetapi'.

Semua pelawak Srimulat memang ditekankan punya ciri khas masing-masing. Pelawak lain seperti Mamiek Prakoso terkenal dengan kalimat 'makbedunduk', dan 'mak jegagik' (sekonyong-konyong, tiba-tiba).

Lain lagi dengan Tarzan yang selalu berpenampilan rapi a la militer. Lelaki berperawakan tinggi besar ini kalau melucu memang jarang ikut tertawa, tidak seperti Nunung. Penonton juga pasti akan langsung mengenali sosok Tessy Kabul dengan dandanan khasnya.

Atau pak Bendot misalnya yang tidak bisa melucu, tetapi punya peran untuk dihina dan dimaki-maki dalam Srimulat. Untuk Gogon, di luar gaya rambut mohawk-nya, ia mempunyai sikap berdiri yang khas sambil melipat tangan serta cara duduknya yang selalu melorot.

Ke khasan itulah yang membuat penonton sudah hafal satu per satu gaya lawak anggota Srimulat. Menariknya, meskipun sudah hafal, penonton tetap saja tertawa ngakak.

Namun kejayaan Srimulat mulai pudar ketika mulai bermunculan stasiun-stasiun televisi yang menawarkan program-program hiburan yang tak kalah menarik. Satu per satu personel Srimulat mulai rontok.

Pada tahun 1989, Teguh membubarkan Srimulat. Dua tahun sebelum dibubarkan serial Srimulat di TVRI sempat dihentikan. Lama berselang, kerinduan para personel untuk berkumpul kembali membuncah.

Pada tahun 1995, Gogon mengusulkan reuni Srimulat. Pelaksanaan reuni Srimulat terbilang sukses dan tetap menyedot banyak penonton. Stasiun Indosiar pun meminangnya dan Srimulat tampil kembali di layar perak pada tahun 1995-2003.

Di tahun 2004 Srimulat kembali vakum dan baru pada tahun 2006 Srimulat kembali mendapat tawaran manggung di Indosiar dalam 36 episode.

Saat ini Srimulat bisa dikatakan jarang tampil di layar kaca ataupun panggung. Meski begitu bukan berarti mereka menghilang, bahkan sejumlah anggota Srimulat tetap muncul dalam bentuk lain. Dengan kata lain, Srimulat tidak vakum, tapi masing-masing anggota mempunyai kesibukan dan jalannya berbeda.

Beberapa anggota Srimulat yang saat ini masih aktif dalam dunia hiburan seperti Polo, Tessy, Tarzan, Nurbuat, Nunung, Mamiek, Eko Londo, dan Gogon selain melawak juga sering bermain sinetron dan menjadi bintang iklan. Bahkan untuk regenerasi mereka akhirnya sepakat dengan program yang diajukan ANTV berupa Srimulat Cari Bakat (SCB). Acara audisi bakat yang dipandu oleh ANTV ini dilakukan di empat kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Solo, Bandung, dan Surabaya.

Namun seiring dengan ketenarannya para anggotanya juga mulai berulah. Beberapa dari mereka terlibat dengan dunia narkotika.

(mdk/dan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Reuni SMA Setelah 40 Tahun Lulus, Geng Paruh Baya Ini Mendaki Gunung Atap Sumatra Pakai Seragam Sekolah

Reuni SMA Setelah 40 Tahun Lulus, Geng Paruh Baya Ini Mendaki Gunung Atap Sumatra Pakai Seragam Sekolah

5 orang ini rayakan 40 tahun kelulusan dengan berdiri di atas Gunung yang memiliki nama yang mirip dengan nama SMA mereka.

Baca Selengkapnya
Menguak Sejarah Stasiun Mertoyudan Magelang, Dulunya Stasiun yang Ramai Namun Kini Terbengkalai

Menguak Sejarah Stasiun Mertoyudan Magelang, Dulunya Stasiun yang Ramai Namun Kini Terbengkalai

Stasiun itu merupakan salah satu stasiun penting di jalur kereta api Jogja-Magelang.

Baca Selengkapnya
Pemudik Balik ke Jakarta, Surabaya dan Bandung Masih Padati Enam Stasiun Daop 4, Tertinggi Stasiun Tawang

Pemudik Balik ke Jakarta, Surabaya dan Bandung Masih Padati Enam Stasiun Daop 4, Tertinggi Stasiun Tawang

Jumlah penumpang di Stasiun Tawang rata-rata 8.139 penumpang per hari.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya

Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya

Pemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.

Baca Selengkapnya
Geliat Para Pengrajin Sangkar Burung di Bantul, Berjuang Demi Mempertahankan Eksistensi

Geliat Para Pengrajin Sangkar Burung di Bantul, Berjuang Demi Mempertahankan Eksistensi

Konon kerajinan sangkar burung di sana sudah ada sejak zaman Penjajahan Jepang. Namun kini eksistensinya makin redup.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita

Mengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita

Topeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.

Baca Selengkapnya
22 Desember 1948: Sjafruddin Prawiranegara Mendirikan Pemerintahan Darurat RI di Sumatra Barat

22 Desember 1948: Sjafruddin Prawiranegara Mendirikan Pemerintahan Darurat RI di Sumatra Barat

Berawal dari Agresi Militer Belanda Kedua pada 19 Desember 1948, PDRI pun didirikan di Sumbar.

Baca Selengkapnya
Tiga Kali Sumedang Diguncang Gempa

Tiga Kali Sumedang Diguncang Gempa

Dalam sehari Kabupaten Sumedang diguncang tiga kali gempa.

Baca Selengkapnya
Sejarah Trem di Jakarta, Awalnya Ditarik Kuda hingga Diganti Bus Karena Ketinggalan Zaman

Sejarah Trem di Jakarta, Awalnya Ditarik Kuda hingga Diganti Bus Karena Ketinggalan Zaman

Kehadiran trem di Jakarta tak selalu mulus. Ratusan kuda mati sampai tingginya angka kecelakan pejalan kaki jadi berita sehari-hari.

Baca Selengkapnya