Sri Sultan: Kebersamaan bisa mencegah konflik etnik
Merdeka.com - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, setiap etnik yang hidup di daerah diharapkan dapat membangun kebersamaan dengan etnik lain. Dengan demikian, hal itu bisa meminimalisir terjadinya konflik antar etnik.
"Bagaimana kehidupan etnik yang ada dapat membangun dalam kebersamaan. Roh Keindonesiaan adalah kebersamaan," kata Sri Sultan saat bertemu dengan masyarakat Jawa yang tinggal di Kecamatan Kinali, Pasaman Barat, Sumatera Barat, Sabtu (7/12).
Menurutnya, banyaknya etnik mencerminkan Indonesia kaya akan budaya. Tumbuhnya etnik-etnik tertentu ini harus dibangun dengan nilai-nilai religius dan etika moral.
"Leluhur kita telah menentukan langkah. Banyak identitas keetnikan yang perlu ditonjolkan. Seperti makanan lokal, bahasa, cara berpakaian, tradisi dan filosofi," ujarnya.
Dengan tetap melestarikan etniknya, maka dapat membangun kebersamaan antar etnik tertentu. "Karena kelestarian etnik itu dijamin oleh konstitusi. Dari yang berbeda-beda menjadi satu," katanya.
Tak kalah pentingnya, antar etnik juga harus saling menghargai. Karena itu diperlukan juga akulturasi budaya.
"Contohnya terjadi perkawinan orang Minang dengan Jawa. Ini bisa menjadi kebersamaan," kata Sri Sultan.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sultan Hidayat berharap, kehadiran Anies di Maluku Utara makin memperkuat pesan perubahan
Baca SelengkapnyaAntara Megawati dan Sri Sultan memiliki persamaan sikap kenegarawanan.
Baca SelengkapnyaTopeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dalam sejarah berdirinya negara Singapura, sosok presiden pertama yang menjabat adalah keturunan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSebelum dirinya menjabat sebagai Bupati Ogan Ilir, Panca merupakan seorang pengusaha kondang di Sumatra Selatan
Baca SelengkapnyaMereka menerima penghargaan bersamaan dengan menantu dan putra Presiden RI
Baca SelengkapnyaIa bak pahlawan bagi teman-temannya yang jadi korban perundungan.
Baca SelengkapnyaPertemuan tertutup tersebut dilakukan di Keraton Klien Yogyakarta, pada Minggu (28/1).
Baca SelengkapnyaLuas hamparan panen di Desa Pandere, Kecamatan Gumbasa seluas 266 hektar.
Baca Selengkapnya