Merdeka.com - Penumpang angkutan umum di Kota Bogor hari ini terlantar. Sebab, sejumlah angkutan kota di Kota Hujan berunjuk rasa dan mogok massal.

Sedari pagi, kumpulan penumpang terlihat berjejer di seputar Stasiun Bogor, Taman Topi, Jalan Dewi Sartika, serta beberapa ruas jalan menjadi trayek angkot.

"Saya tidak bisa berangkat ke kantor karena tidak ada angkot yang beroperasi," kata Atik (50) warga Pasirkuda, seperti dilansir dari Antara, Selasa (6/10).

Atik dan penumpang lainnya sudah menunggu hampir setengah jam lamanya. Namun, angkot tidak kunjung melintas. Alhasil, banyak penumpang memilih melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki atau menggunakan ojek sepeda motor.

"Saya terpaksa minta jemput teman kantor supaya bisa berangkat kerja," ujar Atik.

Mogok massal dilakukan oleh sejumlah angkot dari semua trayek di Kota Bogor. Aksi ini terkait unjuk rasa yang dilakukan para sopir di Balai Kota.

Sopir angkot menuntut pemerintah menghapuskan aturan kepemilikan Surat Tanda Nomor Kendaraan dan Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor oleh badan hukum, dengan adanya aturan kewajiban angkot berbadan hukum di Kota Bogor.

Terhitung sejak 15 Agustus, seluruh angkot di Kota Bogor wajib berbadan hukum. Kewajiban itu merupakan bagian dari penataan transportasi, memudahkan pengawasan, dan perawatan.

Salah satu keberatan pemilik angkot berbadan hukum, karena secara otomatis STNK dan BPKB yang tadinya atas nama pemilik berubah menjadi milik badan hukum. Aturan ini dinilai tidak menguntungkan para pemilik, karena belum ada jaminan badan hukum dapat memberikan kesejahteraan kepada sopir dan pemilik.

Hingga berita ini diturunkan unjuk rasa sopir angkot masih berlangsung di Balai Kota. Sementara itu, sejumlah angkot mogok beroperasi karena dicegat oleh para sopir lainnya tidak boleh beroperasi, sampai tuntutan para sopir angkot terpenuhi.

Kendati demikian, aksi mogok massal justru membuat ruas jalan Kota Bogor sedikit lancar. Sebab biasanya jalanan dijejali angkot beroperasi.