Setengah Hati Pembunuh Bayaran Amatiran Kopda Muslimin
Merdeka.com - 'Saya tidak tega, soalnya kenal dengan ibu.'
Rasa itu terlintas di kepala Sugiono alias Babi. Pria berusia 34 tahun itu adalah eksekutor penembakan istri prajurit TNI.
Sugiono dapat 'order' dari Muslimin, prajurit TNI berpangkat Kopda. Ia disuruh menembak Rina Wulandari yang tak lain adalah istri si Kopda.
Daya upaya Kopda Muslimin menghabisi Rina rupanya sudah terjadi sebanyak 3 kali. Namun, malaikat maut masih enggan menjemputnya.
Upaya terakhir ialah menembak mati. Bukan di kaki tidak di perut, melainkan langsung di kepala Rina.
"Saya tidak tega tembak kepala, soalnya kenal dengan ibu itu. Terpaksa saya tembak bagian perutnya," kata Sugiono saat dihadirkan mensinkronkan keterangan di Polrestabes Semarang, Rabu (27/7).
Pun ia diperintahkan jangan sampai melukai anak dari Kopda Muslimin-Rina Wulandari.
Sugiono berdalih tidak memiliki keahlian menggunakan senjata api. Alhasil, ia belajar secara otodidak oleh Dwi Sulistiono, rekannya yang juga penjual senpi untuk eksekusi.
"Saya belum pernah sama sekali menembak. Tidak bisa menembak yang punya senpi ngajarin pas ketemu," katanya.
Gagal saat Eksekusi
Saat hari eksekusi, Sugiono menguntit Rina saat keluar rumah.
Ketika itu, ia turut dipandu Kopda Musliminlewat ponsel.
Saat penembakan pertama mengetahui tidak mengenai kepala diminta putar balik di simpang depan gang rumah korban.
"Bang Muslimin marah-marah kami diminta putar balik. Posisi bang Muslimin ketika nelpon posisinya saya kurang tahu dimana," ujarnya.
Sementara pelaku lain Agus alias Gondrong (43) mengaku pada sebelum kejadian penembakan itu belum direncanakan.
Ia hanya tahu pada saat hari itu untuk mengambil uang muka atau upah dari Kopda Muslimin, namun mendadak ada perintah untuk eksekusi langsung.
"Saya tahunya berangkat mau ambil uang muka dekat masjid gede. Tapi kok rencana berubah dapat perintah hai itu langsung eksekusi langsung perintah bang Mus. Saya kira uang muka sudah dikasihkan, ternyata belum," ujarnya.
Saat itu eksekutornya belum ditentukan, namun karena yang bawa tas berisi senjata api (pistol) Sugiono, akhirnya dia yang lakukan eksekusi.
"Babi akhirnya yang eksekusi pas bawa tas isinya pistol. Kalau saya mau menerima tawaran itu tapi untuk membunuh saya tidak berani. Saya masih punya pikiran hati nurani, karena anak-anak masih kecil," jelasnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
NS (40), buruh serabutan di Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak, NTT, nekat melakukan aksi bakar diri saat akan ditangkap karena memiliki senjata api.
Baca SelengkapnyaBejo Wage Suu pada awalnya merupakan seorang teknisi bengkel yang belajar seni liping secara otodidak
Baca SelengkapnyaKeterampilannya menjahit tak bisa dipisahkan dari masa kecilnya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kasus penembakan ini mulai menemui titik terang.. Diduga, pelaku penembakan satu orang.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan pemimpin tidak boleh memiliki rekam jejak pelanggaran HAM.
Baca SelengkapnyaKisah haru perjalanan istri Kolonel TNI Arm Joko Setiyo dalam mendampingi sangsuami mengarungi bahtera rumah tangga,
Baca SelengkapnyaKomnas HAM tengah melakukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan Munir.
Baca SelengkapnyaDiungkap sang istri, pria berparas tampan itu kerap mendapat hinaan.
Baca SelengkapnyaMayjen TNI Kunto Arief Wibowo tak sengaja berjumpa dengan sosok tak terduga saat tengah berjalan santai.
Baca Selengkapnya