Satu Suro, tonggak spiritualitas masyarakat Jawa
Merdeka.com - Suro merupakan bulan yang dikeramatkan oleh masyarakat Jawa. Setiap orang Jawa yang 'njawani' akan menahan diri untuk melakukan kegiatan pesta di bulan Suro. Mereka meyakini jika melanggar pantangan itu akan mendapatkan bala.
"Satu Suro menjadi tonggak, menjadi pembuka bulan yang dikeramatkan dan sakral. Kalau di Jawa tidak boleh ada perayaan pesta dan mengurangi hura-hura. Ini ditabukan untuk manten (pernikahan) dan sunatan," kata Pengamat Budaya Jawa Han Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).
Han mengungkapkan ritual menjauhi pesta pora ini guna menyucikan jasmani dan rohani manusia yang kerap disebut suwung. Setelah mampu ke tahap suwung, manusia akan menuju dimensi spiritualitas yang lebih tinggi dalam dirinya.
"Istilahnya suwung artinya masuk dalam dirinya sendiri. Mengosongkan diri untuk masuk ke dalam dimensi spiritualitas," terang dia dengan logat Jawa kental.
Lanjut dia, tak hanya itu, masyarakat Jawa malam hari menjelang Satu Suro memilih untuk begadang semalam suntuk. Begadang ini guna menguji kekuatan jasmaninya.
"Tirakatan sampai jam 00.00 WIB, lek-lekan istilahnya itu tidak tidur. Gusti Allah itu tidak pernah tidur jadi untuk mendekati sifat ke-Ilahian dan mengurangi kemanjaan tubuh dengan mengurangi tidur," tutur dia.
Han menyebutkan proses mendekati sifat ke-Ilahian ini tak lain guna beribadah kepada Sang Pencipta. Orang Jawa menyebutnya dengan bersatunya manusia dengan Tuhan-nya.
"Kemudian mendekati pada gustinya, menyatu dan menghamba pada Tuhan-nya. Manunggale kawula dengan Gustinya di situ," ucap dia.
Oleh karena itu, dia menilai masyarakat Jawa adalah masyarakat yang sangat religius. Walaupun kadang ritual-ritual itu dikatakan syirik oleh masyarakat lain.
"Orang Jawa itu sangat spiritualis walaupun tidak syariat. Konsep spiritualitasnya jalan, konsep menghormati alam ini jalan," pungkas dia.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Arti Kedutan Mata Kanan Menurut Primbon Jawa, Bisa Jadi Pertanda Baik
Kedutan mata oleh masyarakat Indonesia acap dikaitkan dengan pertanda baik dan buruk.
Baca SelengkapnyaSisi Menarik Jaka Sembung, Tokoh Fiksi Indramayu yang Benci Penjajahan dan Berhasil Kalahkan Ilmu Rawa Rontek
Jaka Sembung jadi tokoh fiksi yang berasal dari Indramayu Jawa Barat. Intip fakta menariknya.
Baca SelengkapnyaPertama Kali Memilih, Sekelompok Anak Muda dan Santri di Yogya Putuskan Dukung AMIN
Mereka baru pertama kali akan menggunakan hak pilih dan hak suaranya di Pilpres 2024
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jamuan Minggu Malam: NasDem Bilang Jokowi yang Undang, Istana Sebut Surya Paloh yang Minta
Belum diketahui apa pembicaraan antara Surya dengan Jokowi dalam pertemuan itu.
Baca SelengkapnyaKisah Sayur Lalap Khas Sunda yang Jarang Diketahui, Pernah Selamatkan Orang Belanda di Zaman Perang
Siapa sangka jika lalapan pernah jadi "juru selamat" warga Belanda di masa perang.
Baca SelengkapnyaPrabowo Dinobatkan Sebagai Sahabat Santri Indonesia
Penobatan itu diberikan saat Prabowo menghadiri acara ‘Doa Santri untuk Negeri’ di Pondok Pesantren Genggong, Jawa Timur, Selasa (2/1).
Baca SelengkapnyaMasih dapat Ditemui walau Mulai Langka, Begini Kehidupan Satwa Macan di Hutan Blora
Warga sekitar mengaku masih menjumpai keberadaan satwa macan di hutan Blora. Apakah itu benar?
Baca SelengkapnyaIni Alasan Prabowo Mendapat Julukan Sahabat Santri Indonesia
Prabowo menyatakan bahwa julukan ini merupakan suatu kehormatan baginya.
Baca SelengkapnyaMengenal Sunan Bonang, Pendakwah yang Sebarkan Islam dengan Kesenian
Sunan Bonang adalah sosok pendakwah yang cerdik dan fleksibel dalam menyiarkan ajaran-ajaran Islam.
Baca Selengkapnya