Merdeka.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) mulai melakukan proses rekapitulasi suara tingkat nasional pada pukul 11.00 WIB, Senin (21/7). Rapat pleno ini sempat tertunda karena saksi dari pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa terlambat hadir di Gedung KPU, Jakarta.

Habiburokhman, saksi dari pasangan nomor urut 1 tiba di ruang rapat pleno. Namun, Habiburokhman datang tanpa surat rekomendasi sebagai saksi dengan alasan masih di tangan koleganya yang sedang dalam perjalanan ke KPU.

Untuk hal ini, Ketua KPU Husni Kamil Malik meminta pertimbangan kepada seluruh anggota rapat pleno terkait sah atau tidaknya Habiburokhman sebagai saksi. Habiburokhman menilai, keberadaan saksi sangat penting dalam proses rekapitulasi suara. "Surat masih dalam perjalanan. Saksi itu penting dalam proses rekapitulasi, bukan hanya sebagai aksesoris saja," ucapnya.

Namun, Anggota Komisioner Badan Pengawas Pemilu Nelson Simanjuntak menilai, kehadiran Habiburokhman sebagai saksi perlu diperkuat dengan surat rekomendasi agar tidak berujung pada masalah di kemudian hari. Oleh sebab itu, Habiburokhman diperbolehkan hadir sebagai saksi, namun tidak memiliki hak bicara sampai surat rekomendasi dapat ditunjukkan. Oleh sebab itu, hak bicara diberikan kepada saksi lain yaitu Raja Panusunan Rambe.

Rapat dimulai pukul 11.00 WIB dengan melakukan rekapitulasi untuk wilayah Bali. Hasil rekapitulasi suara di Bali, untuk pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memperoleh 614.241 suara, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memperoleh 1.535.110 suara. Jumlah suara sah sebanyak 2.149.351.

Hingga saat ini masih terjadi perdebatan terkait pelaksanaan pemungutan suara di Bali lantaran terdapat beberapa catatan yang diperoleh dari rekapitulasi provinsi Bali, yakni terdapat pengerahan PNS, terdapat jumlah suara 0 untuk pasangan nomor 1 dan terjadi pemaksaan terhadap pemilih untuk terlebih dahulu memperlihatkan surat suaranya oleh salah satu KPPS di Bali sebelum dimasukkan ke dalam kotak suara.