Merdeka.com - Saksi Koestanto Hariyadi Wijaya nampaknya coba membelokkan kasus dugaan suap pengurusan perkara di Mahkamah Agung dengan terdakwa Mario Cornelio Bernardo. Kustanto merupakan Direktur PT Grand Wahana Indonesia.

Dia mengatakan, Mario cuma menjanjikan mengurus perkara perdata Direktur PT Buana Jaya Tambang, Hutomo Wijaya Ongowarsito, dan melakukan upaya hukum kepada Bupati Kampar, Riau.

Padahal, menurut Koestanto, perkara perdata itu sudah dia menangkan dibantu oleh advokat Chairil Azis. Tetapi anehnya, saat Hutomo mengajukan memori banding, dia justru meminta Mario menyiapkan kontra memori banding. Sama halnya dengan perkara pidana Hutomo yang dia laporkan ke Polda Metro Jaya.

Awalnya ditangani oleh pengacara Fransiska Indahsari, tapi kemudian memori bandingnya diberikan kepada Mario, yang bekerja di firma hukum Hotma Sitompul and Associates. Jaksa penuntut umum Kemas Abdul Roni lantas mencecar Koestanto soal masalah itu.

"Kenapa Anda malah minta ke Mario? Padahal Fransiska yang mengurus pekara pidana, sementara perdata diurus oleh Chairil Azis?," tanya Jaksa Roni.

"Dalam sidang di Pengadilan negeri Jakarta Selatan, Fransiska cuma menemani saya. Saya tertarik karena Mario mengatakan akan melakukan upaya hukum ke Bupati Kampar," kata Hutomo berkelit, saat bersaksi dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (31/10).

Koestanto berkelit tidak paham kenapa dokumen memori banding dari Fransiska diberikan kepada Mario. Dia cuma berpesan kepada sekretarisnya agar semua berkas yang diberikan oleh Fransiska diserahkan kepada Mario. "Kemudian apa urusannya ke Bupati Kampar?," ujar Jaksa Roni.

Koestanto melanjutkan, "waktu itu Mario bilang supaya izin usaha pertambangan tidak berpindah ke tangan orang lain."