Merdeka.com - Mantan Direktur Utama PT Kimia Farma Trading Distribution, Tatat Rahmita Utami, mengakui sempat melakukan negosiasi komisi proyek pengadaan peralatan kesehatan untuk melengkapi Rumah Sakit Rujukan Penanganan Flu Burung dan pengadaan Reagen Consumable penanganan virus flu burung tahun anggaran 2007 pada Dirjen Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan dengan Direktur PT Bhineka Usada Raya, Singgih Wibisono. Menurutnya hal itu dilakukan karena PT BUR adalah pemasok alat kesehatan buat PT KFTD yang dibutuhkan dalam pengadaan itu.

Tatat mengatakan, awalnya meminta kepada Singgih agar komisi dibagi enam sampai tujuh persen dari nilai kontrak dalam proyek itu.

"Tapi Pak Singgih menawar 4,5 persen saja. Saya kemudian lapor ke direksi, Pak Suharno. Mereka setuju," kata Tatat dalam persidangan terdakwa Ratna Dewi Umar, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (27/6).

Tatat mengatakan, PT KFTD tetap lolos dalam tahap kualifikasi peserta tender, meski tidak memiliki barang-barang yang diminta. Menurut dia, dalam proyek yang diikuti oleh KFTD, mereka sudah biasa meminta dukungan kepada agen tunggal atau pemasok.

Namun, saat dicecar oleh Hakim Ketua Nawawi Ponolango soal siapa yang membayar pajak penghasilan, Tatat berdalih tidak tahu.

"Anda kan direkturnya, masa tidak tahu. Bicaranya seperti staf, bukan direktur," kata Hakim Ketua Nawawi tegas.

Tatat pun mengakui KFTD tidak mengerjakan sendiri proyek itu, melainkan barang-barang itu dipasok PT BUR.

Dalam surat dakwaan Ratna Dewi Umar, perbuatan pengalihan pekerjaan itu bertentangan dengan Pasal 32 ayat (3) dan (4) Keputusan Presiden RI nomor 80 tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.