Merdeka.com - Setelah lama berselang, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi hari ini kembali melanjutkan proses penyidikan dalam perkara dugaan gratifikasi terkait proyek PT Duta Graha Indah dan pencucian uang pembelian saham Garuda Indonesia, dengan tersangka Muhammad Nazaruddin. Tetapi, mereka hanya memeriksa satu saksi.

Saksi itu adalah pihak swasta bernama Khalilur R Abdullah Sahlawiy. Dia merupakan sahabat dekat Muhammad Nazaruddin dan mantan kader Partai Demokrat. Namanya juga masuk dalam berkas dakwaan mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, dalam bagian pencucian uang. Dia disebut sebagai salah satu orang mengurus perusahaan tambang PT Arina Kota Jaya di Kabupaten Kutai disebut milik suami Atthiyah Laila.

"Saksi Khalilur R. Abdullah Sahlawiy diperiksa untuk tersangka MNZ," tulis Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK, Priharsa Nugraha, melalui pesan singkat, Kamis (10/7).

Nazaruddin diduga melakukan pencucian uang dengan membeli saham PT Garuda Indonesia menggunakan uang hasil tindak pidana korupsi terkait pemenangan PT Duta Graha Indah sebagai pelaksana proyek Wisma Atlet SEA Games pada 2011. Nazaruddin sebelumnya didakwa menerima suap terkait pemenangan PT DGI berupa cek senilai Rp 4,6 miliar.

Indikasi tindak pidana pencucian uang oleh Nazaruddin ini terungkap dalam persidangan kasus dugaan suap wisma atlet. Hal itu dipaparkan oleh mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai, Yulianis, saat bersaksi dalam persidangan Nazaruddin. Dia menyatakan Grup Permai memborong saham PT Garuda Indonesia senilai total Rp 300,8 miliar pada 2010. Pembelian saham perdana PT Garuda Indonesia itu dilakukan oleh lima perusahaan yang merupakan anak perusahaan Grup Permai.

Atas kasus itu, Nazaruddin disangka melanggar pasal 3 atau pasal 4 juncto pasal

6 Undang-Undang nomor 8 tahun 2010 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.