Merdeka.com - Tanpa berharap untung, Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini mempersilakan namanya dijadikan label atau merek produk yang dibuat warganya, termasuk eks-pekerja seks komersial (PSK) yang sudah dibina pasca-penutupan lokalisasi.

Namun, wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan ini memberi catatan, bagi warga Surabaya yang ingin mengkomersilkan namanya itu, produk buatannya harus memiliki peluang meledak di pasaran.

Risma mencontohkan, produk jilbab merek "Risma Putri" buatan mantan wanita harapan (PSK) di eks-lokalisasi Dupak Bangunsari, Surabaya yang kini laris manis berkat menyantumkan namanya. Atas sukses itu, Risma mengaku tidak pernah meminta bagi hasil keuntungan, asalkan warganya mau bangkit.

"Kalau nama saya bisa membuat dagangan itu laris, silakan pakai nama saya, gratis. Saya tidak meminta bagi hasil," aku Risma usai membuka Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna Expo di Tunjungan Plasa, Surabaya, Sabtu (20/9).

Untuk itu, wali kota yang dikabarkan akan kembali maju di Pilwalkot Surabaya 2015 ini meminta kepada seluruh warga Kota Pahlawan ini, untuk berlomba-lomba membangun perekonomiannya sendiri dengan berwiraswasta. Asalkan usahanya halal dan tidak melawan hukum dan norma yang ada.

"Perputaran ekonomi di Surabaya ini mencapai Rp 20 triliun perharinya. Jadi rugi kalau ada warga yang bermimpi menjadi PNS, sebab menjadi wirausaha lebih menguntungkan, maka warga Surabaya harus menjadi wirausaha," ucapnya.

Menurut alumni Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) ini, perputaran uang di Surabaya, jauh lebih besar jika dibanding uang yang dikelola Pemkot Surabaya.

"Bayangkan, APBD Kota Surabaya itu pertahun hanya mencapai Rp 7 triliun, termasuk APBD Jawa Timur, yang hanya mencapai Rp 15 triliun pertahunnya. Kalaupun digabungkan, tetap jauh berada di bawah perputaran uang di Surabaya, yang mencapai Rp 20 triliun per hari," rinci Risma.

Karena tingginya perputaran ekonomi itu, Risma mengaku bangga dengan warganya yang terus berjuang memajukan perekonomian kotanya, terlebih lagi jelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015.

"Makanya saya sangat senang, kalau produk buatan warga Surabaya yang saat ini sudah ada yang berhasil menembus pasar luar negeri. Untuk produk yang belum bisa ekspor tidak usah khawatir, karena penduduk Surabaya yang mencapai tiga juta jiwa ini, masih bisa hasil usaha warganya," tandas dia.