Merdeka.com - Puluhan musisi di Yogyakarta berkumpul di alun-alun utara, tepat di depan Keraton Yogyakarta. Mereka mengalunkan lagu dan doa sebagai bentuk keresahan mereka terhadap banyaknya pembangunan hotel dan apartemen liar di Yogyakarta, Rabu (8/4).

Mereka membawakan lagu Mengheningkan Cipta sebanyak tujuh kali dengan berbagai alat musik mulai dari Clarinet, Celo, Gitar, Pianika, Drum, Biola, Saxofone dan lainnya dan diakhiri dengan lagu Syukur. Lagu-lagu itu dimainkan sebagai tanda keprihatinan mereka terhadap kota Yogyakarta sekarang ini.

Menurut penggagas acara, Oscar Tunes, acara tersebut dilakukan secara spontan dengan menyebarkan partitur melalui media sosial dan undangan untuk berpartisipasi dalam acara tersebut.

"Ini adalah acara spontan, tidak ada latihan, dengan latar belakang respon kami setelah menonton film dokumenter 'Di Belakang Hotel' yang bercerita tentang pembangunan hotel di Yogya yang berdampak pada keringnya sumur warga," terangnya pada wartawan seusai acara tersebut.

Sementara itu salah seorang peserta, Medha Prabaswara siswa SMM Yogyakarta, mengatakan acara tersebut merupakan cara musisi untuk melakukan kritik. Bukan lewat kata-kata, melainkan lewat musik itu sendiri.

"Dengan cara ini semua musisi bisa satu suara, dan semoga yang dikritik merasa tersindir," ungkapnya.

Peserta lainnya, Eigner mahasiswa dari Universitas Kristen Duta Wacana mengungkapkan doa dengan musik ini adalah cara terbaik untuk memberikan respon positif atas kondisi yang terjadi di Yogyakarta.

"Walau suara gitar saya tidak terdengar, tapi doa dan niat kami baik, dan ini adalah cara yang unik," tandasnya.