Merdeka.com - Sejumlah aksi unjuk rasa terjadi di Indonesia menolak kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Tak hanya menyampaikan protesnya, masyarakat juga meluapkan kekesalannya dengan merusak beberapa fasilitas umum.

Menurut pengamat publik dari Universitas Indonesia (UI), Andrinof Chaniago, sikap penolakan itu bisa saja sedikit diredam seandainya pemerintah memberikan pemahaman yang baik pada masyarakat.

"Kondisi sudah seperti ini yang lebih penting ditekankan adalah komunikasi oleh pemerintah kepada publik. Masyarakat harus tahu kenapa harus pilih ini," jelas Andrinof saat ditemui di Kampus UI Depok, Senin (2/4).

Adrinof menilai, pemerintah sebagai pembuat kebijakan tak cakap dalam mengkomunikasikan hal ini kepada masyarakat Indonesia.

"Seandainya publik dibuat paham bahwa harga minyak dunia memang segini maka saya yakin demonstrasinya akan minim," tambahnya yakin.

Apalagi, setelah melihat kerugian yang ditimbulkan akibat unjuk rasa tersebut jauh lebih besar.

"Menurut saya, kalau naik 10 persen nggak akan ada masalah. Saya yakin masyarakat bisa terima daripada sekarang biaya jadi besar karena kerusakan lebih mahal dan kegiatan ekonomi terhenti dan kerugian lebih tinggi," tandasnya.