Merdeka.com - Suharyono (55) pelaku penggelapan puluhan kendaraan bermotor di Karanganyar, Jawa Tengah ternyata adalah guru pegawai negeri sipil (PNS) di salah satu MTs (Madrasah Tsanawiyah) Boyolali golongan 4 B.

Dengan golongan tersebut seorang PNS seperti Suharyono mempunyai gaji yang cukup untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya. Namun kenyataannya perbuatan terlarang tersebut tetap dilakukan.

Kepada merdeka.com, saat pemeriksaan di Mapolsek Gondangrejo, Karanganyar baik Suharyono maupun istrinya mengaku terpaksa melakukan penipuan dan penggelapan tersebut. Lantaran terjerat utang hingga mencapai Rp 70 juta.

"Saya terpaksa melakukan ini. Saya punya utang banyak, Rp 70 juta," Suharyono di benarkan istrinya.

Menurut dia, utang sebanyak tersebut dilakukan untuk menutup biaya rumah sakit anak keduanya. Ia mengaku anak keduanya mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu. Akibat kecelakaan itu, kedua orang tuanya harus ikut menanggung beban biaya pengobatan anaknya dan korban yang ditabrak.

"Anak lelaki saya kecelakaan, nabrak orang. Kula kudu nambakke kathah telase. (saya harus menanggung biaya pengobatan yang banyak). Hutang saya Rp 70 juta. Buat nyahur nggak ada," katanya.

Suharyono menambahkan, untuk mendapatkan uang tersebut ia terpaksa menyewa mobil rental. Mobil tersebut kemudian ia gadaikan seharga Rp 20 juta hingga Rp 30 juta per satu unit mobil. Sementara saat menyewa mobil, kepada pemilik rental ia mengaku menyewa setengah bulan, dengan ongkos sewa rata-rata Rp 5 juta per unit.

Sedangkan 7 sepeda motor yang ia gelapkan, semua hasil peminjaman dari tetangga dan teman atau saudara dekat. Ketujuh sepeda motor tersebut kemudian dijual ke sejumlah teman atau saudara lainnya.

Saat menjual ia mengaku bahwa sepeda motor tersebut miliknya. Uang hasil penjualan yang ratai-rata Rp 2 juta tersebut akan ia gunakan untuk pengobatan anaknya.

"Saya sewa mobil di tempat rental Rp 5 juta untuk setengah bulan. Kemudian saya gadaikan," ucapnya.

Untuk melancarkan aksinya, Suharyono juga membuat KTP palsu. Yakni dengan nama Sutono, tempat tanggal lahir yang berbeda. Yakni tempat tanggal lahir Wonogiri, 26 Juli 1960, dan alamat desa Wonodadi RT 05/RW 05, Kecamatan Pracimantoro.

"Saya menyesal dan minta maaf telah melakukan perbuatan ini," katanya.