Prostitusi online lebih sulit ditutup daripada lokalisasi

Merdeka.com - Terkuaknya kasus pembunuhan Deudeuh membuka tabir kelamnya dunia bisnis prostitusi media sosial. Deudeuh diketahui sebagai penjaja seks komersial via media sosial yang mati mengenaskan di tangan pelanggannya. Alasannya sepele, cuma karena bau badan pelanggannya yang tak lain adalah lelaki beristri, Prio Santoso.

Pengamat media Vcoom Arif Hidayat mengatakan gadis-gadis seperti Deudeuh yang 'berjualan' di dunia maya sudah marak sejak tiga tahun terakhir. "Mereka biasanya menggunakan facebook dan twitter secara terbuka dan kelihatan semuanya. Mereka nyata mereka ada fotonya, ada akun alamat, foto vulgar ekslusif ada bbm-nya juga," kata dia saat dihubungi merdeka.com, Kamis (16/4).

Dibandingkan dengan wanita susila yang menjajakan diri di jalan atau di klub malam, wanita yang memasarkan diri melalui media sosial, cenderung lebih bebas. Bahkan mereka tidak dikontrol siapapun, atau punya kewajiban untuk menyetorkan sebagian upah mereka.

"Mereka independen prostitusi enggak punya mami kalau biasanya ada mami, sekarang independen. Langsung berhubungan tanpa melewati orang ketiga. Kalau sekarang juga sudah lintas wilayah, malah tinggal di Jakarta bisa terbang ke Makassar disediakan tiket pesawat kalau prostitusi biasa hanya satu tempat," sambung dia.

Arif menyebut sulit untuk aparat atau pemerintah mencegah menjamurnya prostitusi jenis ini. Memang pelaku prostitusi bisa dilacak namun penyebarannya sulit dilacak.

"Kalau mau blok itu kan harus ada permintaan kepada otoritas Facebook dan Twitter. Tapi

akun bisa diganti-ganti dalam waktu satu semenit," tutup dia.