Merdeka.com - Ibarat belajar di sekolah, seorang guru pasti memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada setiap anak didiknya. Begitu pula yang dilakukan Lex dePraxis, Founder dan Master Coach Hitman System, di mana usai pertemuan workshop, peserta diberikan PR yang wajib dikerjakan supaya komunikasi dengan lawan jenisnya berjalan lancar.

Namun, layaknya pelajar sekolah juga, banyak peserta Hitman System, baik yang jomblo maupun berpasangan tidak mengerjakan tugas itu karena malas.

Lex menjelaskan, biasanya peserta yang malas mengerjakan PR sering sekali gagal dalam praktiknya di lapangan. Alhasil, hubungan percintaan dengan pasangan yang diidamkan tinggal mimpi.

Kalau sudah terjebak keadaan seperti ini, tak jarang peserta yang menyesal. Mereka lantas siap mengikuti ulang kelas yang ditawarkan. Meski begitu, jumlah peserta yang gagal kurang dari 50 persen untuk setiap kelasnya.

"Untuk peserta yang minta ulang, statistiknya di bawah 10 persen. Kalau yang wanita justru enggak pernah ngulang. Justru yang cowo," jelas Lex saat berbincang santai dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.

Lex menjelaskan, PR yang biasanya diberikan kepada peserta adalah melatih bagaimana mereka membuka komunikasi dengan lawan jenis, apa yang boleh dan tidak diperbincangkan di pertemuan awal, hingga pesan jangan takut jika mendapat penolakan dari orang yang akan diajak bicara.

Pria lulusan jurusan Linguistik, Fakultas Ilmu Bahasa Univesitas Indonesia (FIB UI) ini menambahkan, pria yang tidak melakukan tugasnya, biasanya meminta ulang pada kelas berikutnya. Bahkan ada peserta yang rela membayar untuk bisa mengikuti kelas serupa.

"Karena orang yang ngulang, orang yang males. Bukan karena dia gagal, karena dia males. Biasanya kita tolak-tolakin, tapi mereka datang lagi meski yang mengulang engga harus bayar lagi," pungkasnya.