Polisi belum kantongi data teroris tanpa jaringan organisasi

Merdeka.com - Pihak kepolisian masih belum memiliki data teroris jenis Lone Wolf dan Leaderless Jihad. Dua jenis aksi teror tersebut kini kerap dilakukan dengan target aparat kepolisian.

"Seperti kata Pak Kapolri itu adalah Leaderless dan mereka yang lone wolf ini yang belum kita miliki datanya," kata Kabag Penum Divhumas Polri, Kombes Pol Martinus Sitompul di Jakarta, Kamis (6/7).

Dia menambahkan, polisi akan terus melakukan upaya-upaya penegakan hukum dan melakukan tindakan untuk mencegah adanya fenomena baru tersebut.

"Dengan melakukan tindakan-tindakan pencegahan, melakukan yang disampaikan oleh Pak Kapolri juga, prevention strike," ujarnya.

Martinus mengungkapkan, langkah preventif strike tersebut dapat dilakukan dengan melihat jaringan teroris yang ada. Terlebih Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri sudah memiliki data orang-orang yang diduga telah berafiliasi dengan kelompok ISIS.

"Perkembangan mereka yang ada di luar negeri dan yang sebagian sudah ada yang pulang yang kemudian menyebarkan paham-paham radikal. Sehingga muncul itu Leaderless dan Lone Wolf," jelasnya.

Sebelumnya, telah terjadi penyerangan terhadap dua anggota Brimob di Masjid Falatehan, Jakarta Selatan, Jumat (30/6). Serangan tersebut dikatakan sebagai Leaderless, yang mana tersangka penyerangan, Mulyadi, tidak terkait dengan jaringan maupun sel teroris tertentu.

Aksi yang dilakukan oleh Mulyadi dengan cara Leaderless tersebut usai membuka situs dan website radikal. Tapi, Leaderless ini dilakukan tanpa adanya afiliasi tersangka teror dengan kelompok radikal tertentu.

Selanjutnya, kejadian teror di Surakarta beberapa waktu lalu itu bisa dikatakan sebagai fenomena 'Lone Wolf'. Karena tersangka ini melakukan aksi teror sendiri dan tersangka ini terafiliasi dengan jaringan kelompok radikal.