Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pesantren Dinilai akan Kesulitan Menyesuaikan New Normal

Pesantren Dinilai akan Kesulitan Menyesuaikan New Normal Ilustrasi. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Lembaga pendidikan pesantren memiliki tantangan yang tidak mudah dalam menyesuaikan diri untuk mengikuti new normal atau kenormalan baru yang diterapkan pemerintah. Hal ini terkait fasilitas yang harus disediakan pesantren khususnya dalam hal menjaga jarak. Karena itu, kehadiran negara diharapkan untuk membantu kalangan pesantren beradaptasi menyesuaikan diri mengikuti protokol pencegahan Covid-19.

"Selama ratusan tahun, pesantren telah berhasil melewati berbagai jenis tantangan. Namun tangan kali ini memang tidak mudah, terkait Pandemi Covid-19," tutur Akhmad Taufiq, Wakil Ketua PC NU Jember saat menjadi pembicara dalam diskusi online (webinar) dengan tema NU dan Pesantren di Era New Normal yang digelar Pengurus Cabang Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (PC LTNNU) Jember, Minggu (7/6) malam.

Kekhasan pesantren yang menerapkan sistem belajar dengan bermukim (boarding school) menuntut penyesuaian yang tidak mudah terkait aturan jaga jarak. Diperkirakan, tidak semua pesantren mampu menyediakan ruangan yang memungkinkan santri harus berjaga jarak selama menjalani aktivitas di pondok. Padahal, saat ini beberapa pesantren sudah mulai memanggil kembali santrinya setelah sebelumnya sempat dipulangkan pada awal mewabahnya Covid-19.

"Tentu ini jadi problem serius dan tantangan yang tidak mudah dan harus dilakukan dalam waktu yang cukup singkat. Mungkin hanya Bandung Bondowoso yang bisa membangun asrama baru dalam waktu singkat," tutur pria yang juga dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember ini, setengah berseloroh.

Karena itu, Taufiq menilai positif keputusan para kiai pengasuh pondok pesantren, terkait kebijakan pemulangan santri di awal pandemi. Setiap pesantren bisa mengambil keputusan yang berbeda-beda tergantung situasi dan kondisi masing-masing.

"Kita apresiasi kepada pengasuh pesantren, para kiai, yang sudah mengambil keputusan yang tepat bagi kondisi dan konteks pesantrennya masing-masing atas kebijakan pada masa Pandemi ini, termasuk pada saat new normal," tutur Taufiq.

Sementara itu, pengajar hukum tata negara Fakultas Hukum Unej, Adam Muhshi, menegaskan, secara konstitusional, negara berkewajiban untuk memenuhi hak-hak warga negaranya. Salah satunya di bidang pendidikan. Hal ini dihubungkan dengan kesiapan pesantren dalam menghadapi new normal. Kewajiban itu melekat pada lintas sektoral, mulai dari pemerintah pusat, provinsi hingga kabupaten/kota.

"Di Jawa Timur misalnya, ada empat opsi yang ditawarkan Pemprov dan Kementerian Agama (Kemenag) Jatim terhadap pesantren. Pertama, santri tetap kembali ke pesantren. Kedua, santri kembali ke pesantren secara bertahap. Ketiga, santri kembali ke pesantren setelah pesantren disterilkan. Dan yang keempat adalah santri baru kembali ke pesantren setelah pandemi sudah melandai," ujar kandidat doktor hukum tata negara dari Unair Surabaya ini.

Dari empat opsi tersebut, Adam menekankan bahwa langkah pemerintah sudah tepat dengan memberi ruang kepada pesantren untuk memilih sendiri, opsi mana yang akan diambil. Sebab, pesantren yang lebih memahami kondisi masing-masing.

"Titik tekannya adalah, apapun opsi yang dipilih oleh masing-masing pesantren tersebut, negara tetap harus hadir dan tidak bisa lepas dari tanggung jawabnya. Ini terkait dengan kewajiban negara untuk memberikan pemenuhan hak atas kesehatan terhadap warganya," papar Adam.

(mdk/cob)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Marak Kasus Perundungan di Pesantren, Ini Langkah Menteri PPA

Marak Kasus Perundungan di Pesantren, Ini Langkah Menteri PPA

Kasus perundungan di dunia pendidikan, khususnya di pesantren, menjadi perhatian Menteri PPA I Gusti Ayu Bintang Darmawati.

Baca Selengkapnya
Cak Imin Janjikan Pesantren Hingga Sekolah Bebas PBB

Cak Imin Janjikan Pesantren Hingga Sekolah Bebas PBB

Pemerintah diminta menjadikan guru ngaji sebagai prioritas negara.

Baca Selengkapnya
Ditegur Pengurus karena Merokok Saat Puasa, Santri Bakar Pesantren di Sumedang

Ditegur Pengurus karena Merokok Saat Puasa, Santri Bakar Pesantren di Sumedang

Aksi pelaku itu diduga disebabkan emosi dan tidak terima ditegur pengurus pesantren karena merokok saat jam puasa.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pemuda ini Menangis Tak Percaya Berhasil jadi Tentara, Pernah 9 Kali Gagal Tes Sampai Kolonel TNI Kaget

Pemuda ini Menangis Tak Percaya Berhasil jadi Tentara, Pernah 9 Kali Gagal Tes Sampai Kolonel TNI Kaget

Momen seorang Kolonel TNI AD temui prajurit baru yang berhasil lolos pendidikan setelah 9 kali gagal.

Baca Selengkapnya
Kemendikbudristek Siap Buka 40.541 Formasi untuk Seleksi CASN 2024

Kemendikbudristek Siap Buka 40.541 Formasi untuk Seleksi CASN 2024

Jumlah formasi ini mempertimbangkan kebutuhan tenaga ajar di institusi pendidikan.

Baca Selengkapnya
Belasan Pelajar Pelaku Tawuran di Tangerang Ditangkap Polisi, Celurit hingga Pedang Disita

Belasan Pelajar Pelaku Tawuran di Tangerang Ditangkap Polisi, Celurit hingga Pedang Disita

Belasan Pelajar Pelaku Tawuran di Tangerang Ditangkap Polisi, Celurit hingga Pedang Disita

Baca Selengkapnya
Pesan Tegas Jenderal TNI ke Prajurit Jelang Pemilu 2024

Pesan Tegas Jenderal TNI ke Prajurit Jelang Pemilu 2024

Kasad meminta jika ada prajurit yang tidak netral untuk segera melaporkan ke institusi TNI.

Baca Selengkapnya
Dirikan Ponpes Sejak 2023, Intip Momen Langka Bupati Rembang Jadi Guru Ngaji

Dirikan Ponpes Sejak 2023, Intip Momen Langka Bupati Rembang Jadi Guru Ngaji

Bagi Hafidz, tidak terlalu sulit mengatur waktu antara rutinitasnya sebagai bupati maupun mengajar di pondok pesantren.

Baca Selengkapnya
Mengenal Pesantren Langitan Tuban, Didirikan Murid Pangeran Diponegoro, Awalnya Tempat Belajar Agama bagi Keluarga dan Tetangga

Mengenal Pesantren Langitan Tuban, Didirikan Murid Pangeran Diponegoro, Awalnya Tempat Belajar Agama bagi Keluarga dan Tetangga

Sang pendiri, Kiai Nur baru mendirikan surau saat puluhan santri datang untuk berguru padanya.

Baca Selengkapnya