Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Perjuangan Anggota Polri Memakamkan Jenazah Corona, Dicemaskan Keluarga Ditolak Warga

Perjuangan Anggota Polri Memakamkan Jenazah Corona, Dicemaskan Keluarga Ditolak Warga Pemakaman Pasien Positif Corona. Instagram/@evarahmisalama ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Polri telah melakukan upaya dan antisipasi bagi warga menolak jenazah Covid-19 atau Corona, serta adanya pihak keluarga yang ingin mengambil jenazah tersebut untuk dilakukan prosesi pemakaman sendiri. Salah satu upayanya yakni membentuk tim khusus untuk pengawalan dan pemakaman terhadap jenazah yang terinfeksi Corona.

AKP Agus Try yang bertugas sebagai Komandan Kompi (Danki) 4 Pengendali Massa (Dalmas) Polda Metro Jaya menceritakan pengalamannya selama menjalankan tugas memakamkan jenazah Covid-19.

Meski diselimuti rasa cemas saat menjalankan tugas tersebut, dia bersama dengan anggota yang lainnya mengaku tak adanya kendala selama proses pemakaman jenazah Covid-19. Namun, ia tetap menjalankan tugas tersebut dengan dibekali Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap.

"Enggak ada (kendala), lancar-lancar aja Alhamdulillah. Tapi rata-rata cemas ya, ahlinya ahli aja cemas kalau vaksinnya belum ada. Virus ini kan dunia sudah mengakui, kalau vaksinnya. Yang ahlinya ahli, intinya inti aja enggak berani. Jadi kita ibaratnya ibadah aja lah," kata Agus saat bercerita kepada merdeka.com, Selasa (7/4).

Meski cemas dalam menjalankan perintah pimpinan, ia tetap semangat dalam melaksanakan tugasnya itu. Karena selain mendapat dukungan dari pimpinan, ia juga mendapatkan dukungan dari keluarga.

Apalagi, keluarganya itu tak meminta kepada dirinya untuk menolak perintah dari pimpinan tempatnya bekerja. Karena yang ia jalankan tersebut juga merupakan tugas dari negara.

"Keluarga yang namanya tugas ya mau gimana lagi, kasih supportnya hati-hati dan mudah-mudahan aman, walau was-was dan khawatir," ujarnya.

"Enggak ada kalau keluarga saya (yang nolak buat Agus tugas), Lillahitaala, itu udah tugas negara, tugas mulia. Kita sewaktu-waktu mati di mana saja siap, enggak masalah ini," tambahnya.

Cek Kesehatan

Sebelum memulai pekerjaan, mereka lebih dulu melakukan test kesehatan diri masing-masing. Hal itu agar mereka tetap dalam keadaan yang sehat saat menjalankan tugasnya tersebut.

"Untuk anggota sementara ini selama empat hari ini Alhamdulillah belum (sakit), apa sudah sampai lima hari," ungkapnya.

"(Cek kesehatan) Itu dari kesehatan kita sendiri ada awalnya. Awalnya mau berangkat dicek dulu semua. Nanti perminggunya kalau kita minta, tergantung kami. Saya minta tolong dicek, kan harus dilihat juga kan, ada dampaknya enggak ini. Karena belum ada seminggu, jadi saya minta dokter semua langsung cek anggota kita termasuk saya sendiri juga yang setiap hari di sini," sambungnya.

Proses Pemakaman Jenazah Covid-19 dari Awal Hingga Selesai

Selain itu, Agus menjelaskan proses pemakaman jenazah Covid-19 yang dimakamkan di dua Tempat Pemakaman Umum (TPU) yakni di TPU Tegal Alur dan TPU Pondok Rangon.

Dari mulai rumah sakit rujukan Covid-19, mobil ambulans tersebut langsung menuju ke TPU yang sudah disediakan yakni TPU Tegal Alur dan TPU Pondok Rangon tanpa adanya pengawalan. Sesampainya di TPU, jenazah pun langsung dikebumikan oleh para petugas.

"Kalau dari pihak ambulans enggak boleh dikawal, jadi dari rumah sakit langsung, ada info dari dokter ini harus dikubur dimakamkan di Tegal Alur, ini dimakamkan dari rumah sakit ini di mana, tergantung rumah sakit. Kan cuma dua tempat di DKI untuk jenazah (Covid-19) di Tegal Alur sama Pondok Rangon," jelasnya.

Meski begitu, pihaknya sedang melakukan koordinasi dengan yang Pemprov DKI Jakarta terkait pengawalan ambulans tersebut. Jadi, ambulans tersebut hanya menggunakan lampu sirine saja saat membawa jenazah Covid-19.

"Rencana dari pihak kita mau ngawal, tapi masih koordinasi dulu. Karena dari pihak DKI sifatnya silent, senyap yang jenazah ini. Beda yang jenazah umum sakit biasa kita harus pakai sirine, rotator, pengawalan kan. Jadi enggak boleh, senyap tahu-tahu sampe dateng gitu aja, pakai rotator aja nyala lampu doang," ungkapnya.

"Enggak pakai (sirine), hanya lampu saja, tahu-tahu sampai aja. Karena SOPnya begitu, kesannya enggak usah menghebohkan masyarakat," sambungnya.

Lalu, untuk APD mereka kenakan dalam proses pemakaman. Mereka hanya menggunakan dua kali dalam sehari selama proses pemakaman jenazah Covid-19. Hal itu dikarenakan, mereka masih kekurangan APD dan masih sangat membutuhkan banyak APD untuk mereka pakai dalam menjalankan tugasnya.

"Kita bukan sekali penguburan (APD dipakai), sehari dipakai karena kekurangan. Kita rendam itu kita koordinasi sama orang DKI juga dari pemakaman. Direndam dulu habis itu dijemur, biasanya dipakai dua kali, habis itu kita tanem, kita kubur. Karena kekurangan APD ya," ujarnya.

Mereka baru bisa melepaskan APD tersebut apabila sudah tidak ada lagi pemakaman yang dilakukan. Namun, pemakaman itu mereka lakukan secara bergantian. Karena, mereka takut lama untuk memakai APD tersebut.

"(Lepas APD kalau udah enggak ada pemakaman) Iya, tapi kita enggak kuat itu, orang yang punya ilmu aja enggak kuat pakai gitu seharian dipakai. Kita juga ganti-gantian, sekali pakai ganti udah, langsung kita amankan itu APDnya, kita rendam, yang pemakaman berikutnya lagi ganti, bukan cuma satu orang saja, enggak kuat itu," ucapnya.

Dia menjelaskan, untuk satu orang atau satu tim itu sendiri, mereka melakukan proses pemakaman jenazah Covid-19 itu secara bergantian. Untuk satu tim itu sendiri bisa melakukan pemakaman sebanyak dua sampai tiga kali pemakaman.

"Kalau kami nanganin enggak mesti ya, karena ada koordinasi ada dari pihak ini juga, bisa dua kali, tiga kali sekali orang, cukuplah. Kita juga enggak mau mengorbankan segalanya ya, semuanya hati-hati semua, karena ini kan bukan sembarang viruskan," tuturnya.

Setelah mereka melakukan proses pemakaman, tak hanya APD saja yang mereka bersihkan untuk mereka pakai lagi untuk yang pemakaman berikutnya pada hari itu. Karena, mereka juga melakukan bersih-bersih diri dengan menggunakan peralatan mandi khusus yang sudah disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Hal itu agar tak ada virus yang menempel pada dirinya.

"Dari DKI kebetulan juga ada (bersih-bersih diri) kita semprot semua antisepti (Disinfektan) itu juga ada, sabunnya juga ada. Setelah sudah dibersihkan semuanya, kita cuci pakai sabun dari ini semua. (Peralatan mandinya itu khusus ) Iya sudah disiapin," katanya.

Namun, mereka baru bisa membersihkan diri secara keseluruhan baru dapat dilakukan setelah mereka sudah tidak lagi melakukan pemakaman jenazah Covid-19.

"(Untuk bersih-bersihnya itu gimana, sekali pemakaman) Enggak, kalau masih. Ini kan beberapa kali pemakaman, sehari aja bisa kemarin 10 apa 9, ada yang 15 kali pemakaman," ujarnya.

Keluarga Tolak Jenazah Dikubur di TPU Khusus Pasien Covid-19

Selama ia menjalankan tugas tersebut, ternyata hampir kebanyakan keluarga jenazah Covid-19 menolak untuk keluarganya itu dimakamkan di TPU Tegal Alur ataupun TPU Pondok Rangon.

"Rata-rata keluarga enggak setuju dimakamkan sesuai prosedur pemerintah, maunya dimakamkan di rumahnya dia sendiri-sendiri semuanya. Saya pusingnya ngadepin keluarga ini, rata-rata. Kendalanya di sini, keluarga 'pak jangan dikubur di sini, bapak saya ini negatif hasilnya'. Rata-rata, 'Dan tolong jangan dikubur di sini di pemakaman'. Karena kan kita enggak bisa toleransi ke situ kan, pihak kepolisian enggak bisa, itu hasil semua yang dari dokter yang menentukan hasil test semuanya, ini harus dikubur di sini," ungkapnya.

Meski begitu, ada juga pihak keluarga yang ingin agar jenazah keluarganya itu dikuburkan sesuai Standard Operasional (SOP) yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hal itu dilakukan agar demi kebaikan yang lainnya.

"Iya ada satu dua ada yang seperti itu, tapi mayoritas ini saya perhatiin dari kemarin awal itu kok begitu. Rata-rata enggak mau dikubur di sini (TPU Tegal Alur dan TPU Pondok Rangon)," ucapnya.

Sempat Ditolak Warga Sekitar TPU Tegal Alur

Sebelum adanya pemakaman untuk jenazah Covid-19 di TPU Tegal Alur, ternyata warga setempat pernah menolak kalau lokasi tempat pemakamannya itu dekat dengan pemukiman warga.

"Awal-awalnya di Tegal Alur ini, karena posisi deket pemukiman warga di pinggiran menolak awalnya. Selanjutnya dipindahkan ke tengah-tengah pemakaman TPU Tegal Alur yang tengah pas deket danau, enggak masalah. (Awal ada) Penolakan, waktu itu kan karena terlalu di pinggir pemukiman. (Terus dipindahkan ke tengah-tengah deket danau) enggak masalah," ungkapnya.

Pemakaman Malam Hari

Ternyata, pemakaman bukan hanya dilakukan disaat waktu terang saja atau dari pagi sampai sore saja. Namun, pemakaman juga pernah dilakukan pada malam hari.

"Di sini malem hari kadang-kadang ada, tapi bukan kita. Karena sepinya enggak sampai tengah malem, dari pihak DKI yang dari pemakaman DKI yang tahu-tahu dateng tengah malem ada," sebutnya.

"Jam 00-00 WIB sampai jam 01.00 WIB juga ada. Yang sering banyak dimulai dari jam 9 sampai jam mau magrib. Itu dari pihak rumah sakit kan ini enggak boleh diinepkan, meninggal langsung dikubur," tutupnya.

(mdk/gil)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jenderal Polisi Pecat Anggota Polwan, Kapolres Langsung Coret 'Wajahnya' di Depan Anak Buah

Jenderal Polisi Pecat Anggota Polwan, Kapolres Langsung Coret 'Wajahnya' di Depan Anak Buah

Kapolda memutuskan terhitung mulai 31 Januari 2024, Bripka NA diberhentikan tidak dengan hormat dari Dinas Bintara Polri.

Baca Selengkapnya
11 Jenazah Korban Kecelakaan di Tol Japek KM 58 Dipindahkan ke RS Polri

11 Jenazah Korban Kecelakaan di Tol Japek KM 58 Dipindahkan ke RS Polri

Sebanyak 11 jenazah dipindahkan dari RSUD Karawang ke RS Polri Kramat Jati

Baca Selengkapnya
Rela Jauh-Jauh Datang ke Kudus, Begini Semangat Difabel Asal Ciamis Jualan Bendera

Rela Jauh-Jauh Datang ke Kudus, Begini Semangat Difabel Asal Ciamis Jualan Bendera

Makin ketatnya persaingan di antara para pedagang bendera tak menyurutkan semangatnya berjualan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pernikahan Perwira Polisi Begitu Istimewa, Kehadiran Jenderal dan Jajaran Bikin Meriah Pelaminan

Pernikahan Perwira Polisi Begitu Istimewa, Kehadiran Jenderal dan Jajaran Bikin Meriah Pelaminan

Resepsi pernikahan ini berlangsung dengan penuh keistimewaan. Sebab telah dihadiri oleh jenderal dan para jajarannya.

Baca Selengkapnya
Polri Ingatkan Masyarakat Tetap Jaga Persatuan dan Kesatuan Jelang Pencoblosan Pemilu 2024

Polri Ingatkan Masyarakat Tetap Jaga Persatuan dan Kesatuan Jelang Pencoblosan Pemilu 2024

Polri melihat sejauh ini keamanan dan ketertiban masyarakat kondusif lantaran kolaborasi dan koordinasi dengan seluruh elemen masyarakat berjalan baik.

Baca Selengkapnya
Akhir Peristiwa Penyerangan Rumah Prajurit TNI di Maros, Begini Nasib Para Pelaku

Akhir Peristiwa Penyerangan Rumah Prajurit TNI di Maros, Begini Nasib Para Pelaku

Diduga rombongan pengantar jenazah tersebut menyerang rumah seorang anggota TNI akibat tersinggung setelah ditegur karena menggeber knalpot.

Baca Selengkapnya
Polri Bentuk Tim Urai Kemacetan Saat Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024

Polri Bentuk Tim Urai Kemacetan Saat Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024

Kepala Korlantas Polri, Irjen Pol. Aan Suhanan mengatakan, tim pengurai akan ada di setiap polda bertugas menyelesaikan permasalahan arus lalu lintas.

Baca Selengkapnya
Kelakuan Ayah Tiri Bejat Perkosa Anak Berkali-kali hingga Hamil 7 Bulan

Kelakuan Ayah Tiri Bejat Perkosa Anak Berkali-kali hingga Hamil 7 Bulan

Perkosaan tersebut terungkap setelah ibu korban curiga dengan perubahan fisik, terutama bagian perut yang membesar.

Baca Selengkapnya
Pria Ini Alami Perubahan Drastis Usai Menikah, Penampilannya Bikin Pangling

Pria Ini Alami Perubahan Drastis Usai Menikah, Penampilannya Bikin Pangling

Pria ini tampak mengalami perubahan drastis setelah ia menikah dengan pujaan hatinya.

Baca Selengkapnya