Perebutan jenazah mereda berkat sidik jari

Merdeka.com - Sidik jari sudah dianugerahkan Tuhan untuk menjadi jawaban atas pertanyaan perihal identitas manusia.

Banyak pengalaman yang direguk Tri Sila alias Joni personel Inafis (Indonesia Automatic Fingerprint Indentification System) Polri. Salah satunya saat menengahi konflik antarkeluarga yang saat itu tengah kalut mencari anggota keluarga mereka yang tewas karena kecelakaan Mandala Air pada 2005 lalu.

"Dulu ada dua keluarga yang berebutan klaim jenazah keluarganya. Jenazahnya putri tetapi kepalanya tidak ada. mereka masing-masing mengaku itu anak mereka," cerita Joni kepada merdeka.com di kantornya, Jakarta, Selasa (5/4).

Saat itu, dosen di akpol ini menyarankan agar keluarga membawa bukti identifikasi seperti surat-surat berharga untuk dicocokan dengan hasil identifikasi sidik jari.

"Mereka bawa ijazah sekolah tahun 65 ternyata ada satu ijazah yang tidak kena cap sekolah jadi utuh dari situ ketahuan ini jenazah milik keluarga siapa. Lalu hasil ini kita presentasikan ke 7 profesor dan disetujui," kisah dia.

Bukan hanya saat mengungkap identitas jenazah korban kecelakaan, bersama dengan rekan-rekannya, Joni juga mengungkap berbagai macam kejahatan terorisme.

"Saat ada kedutaan di Jakarta yang dibom dengan granat, saya di sana sampai ditemukan pelatuk dan bagian granat itu yang ada sidik jarinya," kata dia.

Bagi Joni, pekerjaan yang telah dilakoninya sejak 2001 ini adalah pekerjaan yang dia rasa mampu membantu banyak orang, meskipun terkadang ancaman kesehatan dan keamanan mengganggu dirinya.