Merdeka.com - Polisi membebaskan Hendro Atmoko bin Mardawiyono (54) pengusaha asal Yogyakarta yang disekap oleh kaki tangan Asosiasi Jasa Konstruksi Wonosobo. Hendro disekap selama 6 hari terkait proyek pembangunan Asosiasi Konstruksi Wonosobo.

"ST mendapatkan uang Rp 4,93 miliar dari Asosiasi Jasa Konstruksi Wonosobo untuk diberikan pada korban (Hendro) pada 2009 terkait pengurusan dana insenstif pembangunan dari pemerintah pusat ke Kabupaten Wonosobo sebesar Rp 100 miliar," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto, Jumat (25/10).

Dari Rp 4,93 miliar yang diterima Hendro akan digunakan untuk pemenangan calon bupati saat itu, Abdul Kholiq Arif (Kini Bupati Wonosobo). Uang tersebut diserahkan ke Hendro karena mengaku dekat dengan calon bupati saat itu dan menyanggupi dapat memenangkannya.

Namun, setelah calon incumbent itu terpilih lagi, dana Rp 100 miliar tidak turun. "Hal itulah yang jadi sebab Hendro disekap, untuk diminta kembali uang itu dan apakah benar uang itu digunakan dalam kampanye calon bupati saat itu," terang Rikwanto.

Saat disekap, Hendro sempat dipertemukan oleh Anggota DPRD Wonosobo Abdul Arif yang merupakan orang dekat Abdul Kholiq Arif. Rikwanto mengatakan uang yang pernah diberikan Hendro kepada Abdul Arif hanya Rp 500 juta jelang Pilkada Wonosobo 2010.

"Sisanya itu yang dipertanyakan oleh yang menyekap dan kami (polisi). Sejauh ini, Hendro masih korban statusnya tapi nanti akan kami mintai keterangan ke mana saja uang (Rp 4,3 miliar) itu," ungkap Rikwanto.

Rikwanto sendiri menuturkan belum akan memanggil Bupati Wonosobo Abdul Kholiq terkait kasus ini. "Kami fokus pada kasus.

Rikwanto sendiri menuturkan belum akan memanggil Abdul Kholiq terkait kasus ini. "Kami fokus pada kasus penyekapan dan ke mana uang itu. Kalau benar mengalir, dan ada laporan, baru kami telusuri," imbuhnya.

Hendro disekap pada 14 Oktober lalu. Dia disekap di Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pria paruh baya itu diborgol tangannya, dilakban kedua matanya, kemudian dibawa ke rumah di daerah Bekasi. Rumah tersebut diduga milik Anggota DPRD Bekasi.

Selama penyekapan, Hendro kerap dianiaya dan diancam dengan pistol mainan.

Laporan: Sukma Alam