Pengembara temukan mayat bayi laki-laki di Sungai Brantas
Merdeka.com - Mayat bayi laki-laki yang diperkirakan baru berusia sehari ditemukan oleh seorang pengembara di Sungai Brantas Desa Mranggen, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri, ditemukan Selasa (7/10) sore sekitar pukul 16.30 WIB.
mayat bayi yang yang dibungkus kardus pertama kali ditemukan oleh seorang pengembara mengambang di Sungai Brantas
Penemuan mayat ini sempat tidak dipercaya oleh warga saat Sahrul (38) sang pengembara, warga Jalan Gindi RT 13 RW 05 Kelurahan Jatiwangi, Kecamatan Asa Kota, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat menunjukkan kepada warga.
Bahkan warga sempat mengusir pengembara tersebut. Hingga akhirnya oleh Sahrul mayat bayi laki-laki tersebut ke Musala Nurul Hidayah, yang berada di desa setempat.
Keterangan Sahrul pada polisi bermula pada Selasa (7/10) pagi sekitar pukul 10.00 WIB, Sahrul menemukan bayi tersebut saat berjalan menyisiri sungai Sungai Brantas. Seperti halnya pengembara ia membawa tongkat dan membawa tas ransel, kemudian berhenti dan ingin minum di Sungai Brantas. Usai minum, Sahrul yang memakai baju lengan pendek yang sudah lusuh dan memakai celana panjang warna hitam ini, melihat kardus mengapung dipinggir sungai.
Penasaran, diapun mendekatinya untuk melihat isi kardus hingga akhirnya dibawa ke pinggir sungai. Kardus yang diisolasi tersebut akhirnya dibuka, dan ternyata isinya bayi. "Saya merinding melihatnya dan setelah itu saya naik ke atas untuk mencari orang minta bantuan," tuturnya.
Tak disangka, Sahrul yang membawa bayi temuannya ke pinggir jalan raya untuk minta bantuan warga, ternyata tidak dihiraukan, bahkan dia sempat diusir warga karena telah membawa mayat bayi tersebut.
Berdiri dan duduk hingga pukul 11.30 WIB, dipinggir jalan akhirnya Sahrul memutuskan membawa bayi laki-laki tersebut ke Musala Nurul Hidayah yang jaraknya 100 meter dari TKP penemuan bayi.
Bahkan, Sahrul mengaku sempat tidur di musala tersebut bersama bayi temuannya. Akhirnya, sore sekitar pukul 16.30 WIB, warga yang curiga dengan Sahrul mendekatinya untuk melihat isi kardus tersebut. "Saya kira orang gila. Tapi kok dia diam dan bilang ini bayi, ternyata benar isinya bayi," ungkap Mithahudin (48) warga setempat.
Takut terjadi hal yang tidak diinginkan, akhirnya warga melaporkan peristiwa tersebut ke perangkat desa setempat dan diteruskan ke Polsek Purwoasri.
Petugas Polsek Purwoasri mendapat laporan tersebut langsung menuju ke lokasi kejadian bersama petugas identifikasi Polres Kediri.
Saat dilakukan identifikasi, diketahui jasad bayi berjenis kelamin laki-laki tersebut memiliki panjang panjang 35 cm masih lengkap dengan ari-ari. Selain bayi, di dalam kardus, petugas juga menemukan kain mori warna putih dan kain warna merah.
Kapolsek Purwoasri AKP Supriyanto menjelaskan, jasad bayi laki-laki tersebut diduga dari hasil hubungan gelap dan dibuang orangtuanya.
"Jenazah bayi berjenis kelamin laki-laki ini kami bawa ke RS Bhayangkara Kota Kediri untuk memastikan ada lukanya apa tidak. Karena, saat ditemukan, bayinya keadaan bersih tidak ada luka. Anggota saya juga langsung saya perintahkan mencari pelaku pembuangan bayi," jelasnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca SelengkapnyaMereka menyerang warga secara acak saat melintas jalan raya
Baca SelengkapnyaDiduga bayi tersebut hasil dari hubungan terlarang dan sengaja dibuang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan bentuk perut yang sudah berada di bawah atau di sekitar panggul.
Baca SelengkapnyaIbu bayi malang ini divonis penjara seumur hidup karena menelantarkan bayinya hingga tewas.
Baca SelengkapnyaMomen Pangkostrad berikan selamat pada anggotanya yang baru saja mendapat kenaikan jabatan.
Baca SelengkapnyaKepala bayi terputus dan tertinggal dalam rahim sang ibu saat melahirkan di puskesmas Bangkalan.
Baca SelengkapnyaGejala awal keracunan ikan buntal dapat dirasakan pada beberapa jam.
Baca SelengkapnyaSejumlah kondisi batuk pada bayi tidak perlu terlalu dikhawatirkan orangtua dan tidak selalu harus diobati.
Baca Selengkapnya