Merdeka.com - Pencabulan oleh anggota Polres Klungkung, Bali, berinisial KA terhadap anak di bawah umur akhirnya terbongkar setelah foto bugil korban tersebar di media sosial. Sontak, satu kampung tempat korban tinggal pun dibuat heboh.

Kehebohan itu lantas menimbulkan kecurigaan bahwa penyebar foto adalah KA, bekas bos korban.

"Heboh karena yang menyebarluaskan adalah oknum anggota polisi tempat korban dulu bekerja. Dari sinilah aktivis kami di Karangasem mendapat pengaduan," ungkap Siti Sapurah, penasihat hukum Korban‎ dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), di Mapolda Bali, Selasa (14/6).

Wanita yang akrap disapa Ipung Ini mengatakan, korban saat ini dalam kondisi sangat ingin memberontak. Bahkan korban sangat tidak terima selama lima tahun dicabuli di bawah ancaman.

Diceritakan Ipung, korban ketika tamat SD dan berumur 12 tahun diajak bekerja di warung milik pelaku di Klungkung. Hal itu dilakukan lantaran terpaksa tidak bisa melanjutkan sekolah dan memilih bekerja di warung yang menjadi milik kekasih dari pelaku.

"Awalnya tidak ada masalah apa-apa. Tapi kejadian itu terjadi saat korban dan pelaku hanya berdua saja di warung tersebut," kata Ipung memastikan pencabulan berawal saat korban diminta untuk memijit pelaku yang tanpa mengenakan pakaian.

Selanjutnya, kata Ipung bahwa korban yang diancam akan ditembak tidak dapat berbuat banyak saat awal pelaku memmerkosa korban. Bahkan lanjutnya, saat awal kejadian korban yang masih berumur 12 tahun itu mengaku mengalami pendarahan dan merintih kesakitan saat berjalan.

Kejadian itu pun akhirnya terus berlanjut, setiap tidak ada pasangan pelaku. Bahkan nyaris hampir setiap hari korban disetubuhi dan dipaksa memuaskan nafsu bejat oknum anggota ini.

Tidak hanya itu, dikatakan korban bahwa pelaku juga pernah memaksa berhubungan saat masih mengenakan seragam dinas korps Polri.

"Karena tidak kuat terus melayani nafsu bejat pelaku. Korban sekitar tahun 2013 memutuskan untuk pergi, tetapi itu tidak membuat dirinya aman. Korban terus diteror dan diancam, hingga akhirnya selalu tetap mendapat pencabulan," pungkas Ipung.

Semua kejadian itu dilakukan di bawah ancaman, sehingga korban pun terpaksa mengiyakan keinginan dari pelaku itu. Korban sempat mengadukan pencabulan ini kepada keluarga, namun keluarga juga mendapat ancaman dari pelaku.

Bahkan untuk menekan dan menebar ancaman itu, pelaku menyebar foto bugil korban di kampung halamannya. ‎Akibatnya, penduduk desa tempat korban tinggal geger. Namun hal ini justru membuat pelaku diseret ke masalah hukum, itu setelah dari aktivis perlindungan anak mengetahui dan melaporkan.