Merdeka.com - Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi terus mendapat kritikan dari berbagai pihak. Rencananya, pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi antar Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per liter. Dengan harga Premium sebesar Rp 6.500 per liter, kelak setelah kenaikan harga BBM bersubsidi, harga Premium akan menyentuh angka Rp 9.500 per liter.

Politisi PAN yang juga anggota Komisi XI DPR RI, Muhammad Hatta menyebut rencana menaikkan harga BBM bersubsidi di atas Rp 9.000 per liter akan akan mencekik rakyat.

"Kalau harganya lebih dari Rp 9.000 per liter ini berarti berada di atas harga keekonomisan. Tidak akan membantu rakyat, justru akan mencekik rakyat," jelas Hatta di Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, Selasa (11/11).

Menurut Hatta, harga minyak dunia saat ini mencapai USD 80 per barel, berarti harga minyak dalam negeri sekitar Rp 8.000 per liter. Dengan demikian, jika harga BBM dinaikkan menjadi lebih dari Rp 9.000 per liter maka akan berada di atas harga keekonomisan.

"Isu kenaikan harga BBM sudah membuat shock inflasi, membuat orang terkaget-kaget. BBM ini sangat fundamental bagi rakyat Indonesia," tuturnya.

Hatta menegaskan, akibat adanya isu kenaikan BBM, harga kebutuhan pokok sudah mengalami kenaikan. Tak hanya itu rencana tersebut juga membuat panik anggota parlemen dan mitra Komisi XI seperti Bank Indonesia yang mengurusi keuangan makro.

"Pemerintah seharusnya bijaksana dan harus mempertimbangkan siapa yang diuntungkan dengan adanya kenaikan harga ini. Jangan sampai justru pihak asing yang diuntungkan," ujarnya.

Hatta mengkhawatirkan pihak asing yang merasakan kenaikan harga BBM tersebut. Apalagi jika harga BBM menjadi Rp 9.000 per liter. Hal ini berarti harganya sama dengan harga BBM Shell.

"Tidak tertutup kemungkinan adanya intervensi asing dalam rencana kenaikan harga BBM," tutupnya.