Merdeka.com - Pencoblosan di Kampung Hobong, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura, Papua diwarnai dengan keributan warga yang mengamuk karena tidak mendapatkan formulir C6 dan tidak terdaftar di DPT (Daftar Pemilih Tetap).

Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Jayapura AKBP Sondang Siagian mengatakan karena keributan ini akhirnya TPS (Tempat Pemungutan Suara) dipindahkan ke rumah Ondoafi Kampung Hobong.

"Keributan ini juga disebabkan ulah orang mabuk yang membuat kerusuhan," ujar Sondang, seperti yang dikutip dari Antara, Kamis, (10/4).

Kapolres menjelaskan, ketika pukul 08.00 WIT pada saat masyarakat hendak mencoblos, ada orang mabuk yang mendatangi TPS pencoblosan yang sedang berlangsung. Karena mendatangi TPS dalam kondisi mabuk, masyarakat sempat kaget dan sehingga merasa tidak aman.

"Satu anggota polisi yang berjaga di sana kemudian mengamankan orang tersebut ke pos polisi sehingga pencoblosan kembali dilangsungkan," tandasnya.

Topik pilihan: KPU | Quick Count Pemilu 2014 | Bawaslu

Menurutnya, satu jam kemudian, ada beberapa warga yang datang ke TPS dan melakukan pengrusakan dikarenakan tidak terima adanya orang yang hendak mencoblos mewakili nama-nama orang yang terdaftar di DPT padahal sudah meninggal.

"Termasuk ada masyarakat yang sudah terdaftar di DPT namun tidak mendapatkan surat undangan atau formulir C6," urainya.

Dia menuturkan selanjutnya ada yang tidak terima karena sudah lama tinggal di sana tapi tidak terdaftar di DPT. Warga yang sudah berada cukup lama di TPS akhirnya bisa mencoblos menggunakan KTP, sehingga bisa tetap diakomodir. Sedangkan yang mewakili DPT yang sudah meninggal ini tentunya dilarang.

"Selama kejadian tersebut, Wakapolsek Sentani Kota mengawasi langsung ke Kampung Hobong agar tidak ada gangguan keamanan lagi," tukasnya.

Dia menambahkan, setelah keributan tersebut diselesaikan oleh pihak kepolisian proses penghitungan suara dilanjutkan hingga akhirnya pada pukul 04.00 WIT dini hari.