Opini 'Revolusi Mental' Jokowi bentuk pelanggaran akademik
Merdeka.com - Pasca-menulis artikel berjudul: Revolusi Mental di sebuah media cetak nasional, pada hari Sabtu lalu (10/5), bakal calon presiden (Bacalon) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo atau Jokowi, menuai kritik dari para pengamat politik, salah satunya pengamat komunikasi politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur, Suko Widodo.
Sebab, di hari yang sama, pendiri Setara Institut, Romo Beny Susetya juga menulis artikel yang sama di media yang berbeda. Bahkan, Jokowi sendiri sempat mengakui kalau artikelnya yang mencantumkan namanya itu, memang bukan hasil karyanya sendiri, melainkan hasil tulisan dari dirinya bersama tim yang dia bentuk. "Saya yang membuat struktur dam poin-poinnya, kemudian tim rembukan (diskusi) lalu membuat tulisannya," kata Jokowi kala itu di Makassar.
Menanggapi dua artikel dengan judul yang sama dari Jokowi dan Romo Beny di media yang berbeda itu, pengamat komunikasi politik Unair, Suko Widodo menilai, seharusnya Jokowi tidak perlu over expansive masuk ke ruang wilayah akademisi.
"Sebab, kolom opini atau artikel di media massa, selama ini menjadi ruang bagi kalangan akademisi. Kalau menulis sendiri, tidak jadi masalah. Tapi ini kan tidak, jadi kan tidak etis dan tidak mengedepankan aspek moralitas. Telah terjadi plagiarisme dalam tulisan itu," nilai Suko yang dikonfirmasi via telpon selulernya oleh wartawan, Selasa (13/5).
Lebih elok, lanjut dia, kalau yang menulis artikel itu adalah akademisi yang menjadi tim bentukannya. "Apalagi sampai mencantumkan namanya (Jokowi) di artikel itu. Akan lebih elok lagi, nama yang dicantumkan pada artikel itu, hanya tim sukses Jokowi," katanya.
Sebagai salah seorang akademisi, Suko sendiri mengaku tersinggung dengan artikel 'Revolusi Mental' milik Jokowi tersebut. "Itu pelanggaran akademik. Bahkan, kalau Jokowi mengklaim itu tulisannya sendiri, itu sangat tidak etis. Karena ide penulisan itu sendiri, bukan dari gagasan dia sendiri," tegas Suko.
Bahkan Suko menilai, Jokowi, tanpa harus menulis atau mencantumkan namanya pada artikel berjudul: Revolusi Mental itu, dia sudah berpotensi terpilih sebagai presiden di Pilpres 2014 pada Juli mendatang. "Tanpa menulis artikel yang bukan ide orisinilnya, Jokowi sudah berpeluang menjadi presiden mendatang," tandasnya.
Terkait kesamaan artikel 'Revolusi Mental' itu, Romo Beny sempat juga membantah ada kesamaan dalam tulisannya dan dianggap plagiat dari hasil karya Jokowi, yang tengah ramai dibicarakan. Dia menyatakan, ada upaya yang ingin mengkait-kaitkan dua hasil karya itu (Revolusi Mental versi Jokowi dan Romo Beny), dengan teori konspirasi.
"Subtansinya jelas berbeda. Tulisannya saya cenderung ke sisi pendidikannya. Sedangkan Jokowi ke sisi politik. Jangan dikait-kaitkan dengan teori konspirasi," ujar dia.
Romo Beny juga mengaku kalau artikel yang dia tulis itu, tiga minggu sebelum diterbitkan, yaitu pada hai Sabtu, tanggal 10 Mei, sudah dia kirim ke redaksi media nasional yang memuat tulisannya. "Saya mengirim tulisannya tiga minggu sebelumnya, dan baru diterbitkan pada hari Sabtu bersamaan dengan tulisan Jokowi," dalih Romo Beny, sembari menegaskan kalau 'Revolusi Mental' miliknya merupakan gagasan dari Romo Mangun.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Unair Memanggil, Guru Besar dan Akademisi Minta Jokowi Hentikan Politik Kekeluargaan
Saat akan mengakhiri pemerintahannya, Presiden bisa mengambil sikap yang tidak menodai prinsip-prinsip utama.
Baca SelengkapnyaMedia Asing Terkemuka Sebut Jokowi Akhiri Masa Jabatan dengan Mengecewakan
Dalam editorialnya, The Economist menyorot soal pencalonan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Anies-Cak Imin Kompak Kritik Jargon ‘Kerja-Kerja-Kerja’ hingga ‘Revolusi Mental’ Punya Jokowi
Anies-Cak Imin kompak mengkritik dua jargon yang dipopulerkan Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaBanyak Kampus Kritik Jokowi, Ini Respons Gibran
Civitas akademika dari puluhan perguruan tinggi melontarkan kritik dan peringatan kepada Presiden Jokowi atas sikapnya terkait penyelenggaraan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSosok Pensiunan Jenderal Polisi Bergelar Profesor Berkali-kali Dipercaya Jokowi, Terbaru Dipilih untuk Duduki Posisi Penting
Pada tahun 2016 lalu, Jokowi memilih Tito sebagai calon tunggal Kapolri menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun.
Baca SelengkapnyaPakai Istilah Slepet, Cak Imin Kritik Revolusi Mental Jokowi Gagal
Cak Imin menyebut telah mencoba untuk menelusuri akar permasalahan yang perlu diatasi atau di 'Slepet'.
Baca SelengkapnyaJokowi Bakal Dapat Peran Penting di Pemerintahan Prabowo, Golkar: Pemikiran Beliau Dibutuhkan Bangsa
Wajar jika Presiden Jokowi akan mendapat peran penting di pemerintahan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaGanjar Kritik Jokowi Sering Beda Sikap dan Perkataan: Rakyat Sulit Percaya
Calon Pesiden (Capres) nomor urut 03, Ganjar Pranowo mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kerap berubah pernyataan dan sikapnya.
Baca Selengkapnya