Nyaris terkecoh kiriman 'pil setan' dari Belanda

Merdeka.com - Paket itu sampai di kantor sebuah surat kabar ternama di di Kompleks Mahakam Square, Jalan Pengeran Untung Surapati, Samarinda, Kalimantan Timur, pada Jumat (19/8) lalu, sekitar pukul 13.00 WITA. Penerimanya tidak tahu kalau barang bawaannya sudah diikuti oleh aparat.

Saat diterima, anggota BNN Provinsi Kalimantan Timur merangsek masuk ke ruangannya. MI (39) tak bisa berkutik ketika dipaksa membuka bungkusan itu. Isinya adalah pil ekstasi kelas satu, diimpor langsung dari Negeri Kincir Angin.

Ternyata, manajer Teknologi Informasi surat kabar itu sudah lama diintai. Dia memesan pil setan itu melalui Internet. Memang terasa mudah baginya lantaran saban hari berkecimpung di urusan dunia maya.

"Dia (tersangka MI) beli USD 86 atau sekitar Rp 1,4 juta sampai Rp 1,6 juta. Memang lebih murah dibanding di pasaran, tapi kualitasnya lebih bagus dari ekstasi yang beredar di sini,” kata Kabid Pemberantasan BNN Provinsi Kalimantan Timur, AKBP Halomoan Tampubolon, kemarin.

Halomoan menyatakan, MI mengaku baru sekali memesan ekstasi dari Belanda. Belanda memang dianggap sebagai salah satu surga narkoba di dunia. Segala rupa narkotika bisa diperoleh dengan mudah di sana. Namun, peraturan di negeri tulip juga keras. Mungkin samar-samar Anda masih ingat sebuah kasus, tentang seorang pilot maskapai nasional Indonesia dibekuk lantaran terlibat jaringan narkotika dunia.

Tentu saja tidak mudah mengidentifikasi paket berisi ekstasi itu. Sebagai salah satu operator jasa pengiriman barang, PT Pos Indonesia nyaris terkecoh lantaran bungkusan itu dikemas mirip kiriman dokumen biasa. Lantaran dianggap janggal, paket langsung dibongkar. Satu butir pil diambil buat diuji. Ternyata memang benar ekstasi. Selihai tupai melompat, akhirnya jatuh juga.

"Paket bersampul dokumen, berisi kartu ucapan, baru kali ini. Sepintas, seperti dokumen biasa. Kalau kita kurang jeli, memang terlihat seperti biasa saja. Untuk pengiriman luar negeri, memang kita bekerjasama dengan Bea Cukai," ungkap Manajer Proses dan Distribusi Kantor Besar PT Pos Indonesia Samarinda, Wahdini, juga dalam kesempatan yang sama.

BNN Kaltim malah mencurigai MI menjadi bagian sindikat narkoba lintas negara. Namun semuanya masih diusut dan belum dipastikan. MI menyatakan membeli ekstasi impor itu dengan cara transfer antarbank.

"Transfer biasa. Saya biasa di sini beli Rp 350 ribu per butir ekstasi, sebulan 2 kali beli. Kalau yang dari (Belanda) ini belum pernah merasakan, karena kurang lebih sebulan baru sampai," kata MI.

Lelaki itu mengaku selalu menenggak ekstasi saat berada di tempat hiburan malam. "Tidak, tidak pernah saya konsumsi di kantor, dipakai di THM saja, saya pakai sendiri saja. Buat nyaman saja karena saya kena sakit gula," kata MI lirih.