Muludan di Banyumas, warga Kalibening gelar jamas pusaka
Merdeka.com - Bagi sebagian besar umat Islam di Pulau Jawa, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW kerap diperingati dengan kegiatan gerebek mulud. Namun, pemandangan berbeda ditampilkan masyarakat di Grumbul Kalibening Desa Dawuhan Kecamatan Banyumas, Banyumas, Jawa Tengah.
Masyarakat di daerah tersebut menyelenggarakan ritual jamasan pusaka yang tersimpan di museum jimat Desa Kalibening. Benda pusaka yang berada di museum jimat ini beraneka macam, mulai dari keris, tombak hingga batu dan bulir beras.
Semua benda pusaka tersebut diyakini bisa bertambah atau berkurang setiap kali dibuka. Tradisi ini diyakini masyarakat sudah ada sejak zaman dulu. Dalam setiap pergelaran acara, ratusan masyarakat dari berbagai daerah ikut menghadiri acara ritual untuk mendapat berkah.
Tradisi ini, menurut juru bicara masyarakat adat di Desa Dawuhan, Sururudin, dimulai dari acara pengajian bersama. Dia mengemukakan, kali pertama digelarnya agenda tradisi tahunan ini berasal dari ketua adat terdahulu. Meski begitu, ia tidak mengetahui pasti sejak kapan ritual tersebut dimulai.
"Secara pasti, kami tidak mengetahui asal muasalnya. Tetapi, kakek saya pernah cerita kalau tradisi ini dimulai karena adanya tanda gapura yang bertuliskan maulid Nabi di makam Mbah Kalibening yang kami yakini merupakan pendiri desa yang hidup sebelum zaman Walisongo. Sejak saat itu, warga meyakini ritual jamasan pusaka dilakukan setiap bulan Mulud, bukan di bulan Sura," jelasnya, Rabu (15/1).
Sururudin mengungkapkan, kegiatan ini dilakukan setelah acara maulid nabi versi penanggalan Jawa Asapon (Alif Selasa Pon). "Dalam penanggalan Aboge (Alif Rebo Wage), perayaan selalu berselang sehari. Masyarakat juga sering menyebut sebagai bada mulud, karena dilakukan sehari setelah Maulid Nabi versi Asapon. Tetapi menurut penanggalan Aboge, hari ini merupakan hari Maulid Nabi," jelasnya.
Dari tradisi yang berlangsung selama ini, Sururudin mengemukakan setiap benda pusaka yang dijamas memiliki pertanda khusus yang bakal terjadi. Keyakinan ini, menurut Sururudin, sudah berlangsung sejak lama.
"Dalam setiap tahun kami melakukan rekapan benda apa yang bertambah dan berkurang, karena itu nantinya bisa menjadi pertanda zaman. Saat ini, ada benda yang bertambah seperti tasbih. Itu menandakan jumlah orang yang ke maqom akan banyak," jelasnya.
Selain itu, lanjut Sururudin, ada benda yang kadarnya berkurang seperti pedaringan atau tempat penyimpanan beras. "Tahun ini, ada tanda dari pedaringan berupa berkurangnya bulir beras dan juga berkurangnya uang logam yang disimpan," jelasnya.
Tanda-tanda tersebut, ungkapnya, menggambarkan terjadinya pageblug atau bencana. Meski begitu, Sururudin mengemukakan membaca benda pusaka tersebut merupakan bentuk rambu agar manusia selalu berhati-hati dalam menjalankan hidupnya.
Seorang pengunjung yang datang, Aris mengemukakan dalam membaca tanda dari benda pusaka tersebut sebenarnya bisa dirasionalkan. "Saat ini kalau bicara tentang pagebug mungkin mengarah ke musim kering dan susah panen. Tanda-tanda ini sebenarnya sudah terbaca saat kondisi alam yang susah ditebak oleh petani. Bahkan, saat ini petani sudah tidak bisa lagi menggunakan pranata mangsa dalam bertani," jelasnya.
Meski begitu, ia mengatakan kearifan lokal seperti ini harus dijaga kelestariannya untuk generasi penerus agar selalu mengingat kepada Yang Maha kuasa. "Kalau dipercayai, tanda yang dibaca dari benda pusaka di Museum Kalibening sebenarnya adalah peringatan agar selalu mawas diri," jelasnya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah Pirngadie Keliling Indonesia untuk Melukis Wajah Semua Suku, Kini Jadi Arsip Penting Museum Nasional
Lukisan 78 suku bangsa yang dipajang di Museum Nasional itu menyihir mata nyaris setiap pengunjung
Baca SelengkapnyaMelihat Jejak Etnis Tionghoa Tangerang di Museum Benteng Heritage, Ada Produk Kecap Tertua di Indonesia
Di museum ini pengunjung seakan diajak menapaki jejak masa silam kejayaan peranakan Tionghoa di Tangerang.
Baca SelengkapnyaMuseum Balaputera Dewa, Simpan Ribuan Koleksi dari Masa Pra-Sejarah hingga Kesultanan Palembang
Berkunjung ke museum yang terletak di Sumatera Selatan ini terdapat ribuan jenis koleksi dari zaman pra-sejarah hingga masa kerajaan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Arkeolog Temukan Makam Bangsawan Berusia 1.200 Tahun, Dikubur Bersama Korban Tumbal dan Harta Karun
Korban tumbal ini bertujuan untuk menemani tuannya di alam baka.
Baca SelengkapnyaBermain ke Museum Batubara Tanjung Enim, Destinasi Wisata Baru Saat Akhir Tahun di Sumatra Selatan
Museum ini memberikan nuansa baru di dunia wisata Sumatera Selatan yang cocok disambangi saat liburan akhir tahun.
Baca Selengkapnya5 Pedang Kuno Berusia Ribuan Tahun yang Ditemukan Arkeolog
Semuanya memiliki nilai sejarah yang tinggi dan informasi tentang persenjataan di masa lampau.
Baca Selengkapnya"Kapsul Waktu" Berusia 4.500 Tahun Ditemukan di Lahan Gambut, Isinya Bikin Melongoya Bikin Melongo
Temuan ini berasal dari Zaman Neolitikum dan Zaman Perunggu.
Baca SelengkapnyaPedang Berusia 1.000 Tahun Bertatahkan Tanda Salib Langka Ditemukan di Dasar Danau, Diduga Milik Seorang Pejuang
Arkeolog juga menemukan puluhan benda lainnya di dasar danau.
Baca SelengkapnyaSitus Batu Batikam, Lambangkan Pentingnya Perdamaian dalam Kehidupan Masyarakat Minangkabau
Lubang yang ada di Batu Batikam itu merupakan simbol dari perdamaian antar suku yang tengah berkuasa pada saat itu.
Baca Selengkapnya