Merdeka.com - Setelah dilakukan pembahasan di internal, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jombang akhirnya menerbitkan fatwa ajaran Jari (40), mengaku sebagai Isa Habibullah, terbukti menyimpang. MUI menetapkan fatwa itu pada 23 Februari 2016, dan dikirim ke Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), kepala Tim Badan Pengawas Aliran Kepercayaan (Pakem), dan tokoh masyarakat setempat.

MUI juga meminta Jari yang tinggal di Dusun Gempol, Desa Karangpakis, Kecamatan Kabuh, dan seluruh pengikutnya bertaubat. MUI juga mengirimkan fatwa kepada Imam Pondok Pesantren Kahuripan Ash-Shiroth.

"Hasil kajian kami, pengakuan Jari yang mengaku mendapatkan wahyu dan sebagai Isa Habibullah adalah menyimpang. Untuk itu, selanjutnya kami memberikan bimbingan kepada Jari serta pengikutnya untuk bertaubat," kata Ketua MUI Jombang, KH Cholil Dahlan, pada wartawan, Kamis (25/2)

Menurut KH Kholil, alasan mengapa Jari dikategorikan menyimpang di antaranya pengakuan kerasulan Isa Habibullah pasca menerima wahyu, sejak 2005 hingga 2015. Selain itu, Jari menambah ucapan dua kalimat syahadat dengan tambahan 'Wa Isa Habibullah'.

"Jari menafsirkan Surat Yasin ayat 1 dengan penafsiran 'Ya Isa', yakni Gus Jari," ujar Cholil.

Usai menerbitkan fatwa, MUI akan mengirim tim secara rutin ke pondok pesantren buat melakukan pembinaan. Dalam proses itu, secara bertahap mereka akan meminta Jari melepas segala atribut tidak wajar di masjid pondok pesantren itu.

"Seperti kita ketahui jika ada batu yang dianggap sebagai Nur Muhammad, serta gambar tokoh pewayangan. Nah itu nanti secara bertahap kami minta untuk melepas atribut tak lazim yang telah terpasang," ucap Cholil.