Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mitos Syekh Jangkung & jejak paranormal di Pati

Mitos Syekh Jangkung & jejak paranormal di Pati Ilustrasi Dukun. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Kabupaten Pati, yang terletak di sebelah timur Jawa Tengah juga dikenal sebagai Kota Seribu Paranormal. Julukan itu layak disematkan bagi Kabupaten Pati, karena sejarah panjang pembentukannya tak lepas dari tokoh-tokoh spiritual yang mendiami wilayah itu sejak zaman Mataram Hindu.

Jejak-jejak peninggalan tokoh spriritual yang turut andil membangun Pati, kini masih bisa dilihat bila bertandang ke Pati. Dari letak geografis, Pati dikelilingi makam-makam tokoh spiritual yang tersohor di Jawa. Di sebelah barat Pati, ada tiga makam kyai anggota Walisongo yakni Sunan Kalijaga, Sunan Kudus dan Sunan Muria. Sebelah selatan Pati, ada makam Syekh Jangkung yang kondang dengan kesaktiannya. Sementara, dari sisi utara ada makam KH Mutamakin.

Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber, menjamurnya paranormal di Pati sudah terjadi sejak zaman Mataram Hindu. Tak hanya itu saja, saking tersohornya sebagai gudangnya supranatural, pada masa pemerintahan Kerajaan Demak Bintoro, konon warga Pati juga diminta ikut berjuang melawan musuh.

Namun tahukah Anda bila dibalik nama-nama tokoh spiritual yang dulu mendiami Kabupaten Pati, ada satu tokoh yang turut andil menyebarkan agama Islam bagi masyarakat setempat. Dia adalah Syekh Jangkung, yang dikenal warga sebagai ulama berkharisma dan ahli Tasawuf sekaligus murid Sunan Kalijaga.

Konon, Syekh Jangkung diutus Sunan Kalijaga menyiarkan Islam pertama kali di sebuah desa bernama Desa Miyono. Menurut penuturan warga setempat, saat syiar Islam di lokasi itu Syekh Jangkung sempat dituduh membunuh Branjung, lelaki kaya raya yang cukup terpandang di Desa Miyono.

Syekh Jangkung, yang dituduh membunuh Branjung pun akhirnya diadili oleh warga setempat di pengadilan terbuka di Desa Miyono. Di depan petugas yang mengadilinya, Syekh Jangkung yang punya nama lain Saridin itu dicerca berbagai pertanyaan seputar terbunuhnya Branjung. Syekh Jangkung yang datang membawa bambu runcing yang ujungnya berlumuran darah, ditanya oleh petugas.

"Kamu tahu siapa yang membunuh Branjung?" ujar petugas itu sambil menunjuk mayat Branjung dengan sikap menyelidik. Tapi, Syekh Jangkung membantah tuduhan tersebut. Petugas pengadilan pun lalu menunjukan mayat Branjung yang terbujur kaku itu yang memakai baju macan.

"Kalau ini kamu tahu siapa yang membunuh?" tanya petugas itu lagi. "Nah kalau macan ini memang saya yang membunuh karena dia ingin mencuri durian di kebun saya," sahut Syekh Jangkung. Mendengar jawaban Syekh Jangkung, warga desa langsung heboh dan kompak menuduh Syekh Jangkung sebagai pembunuh Branjung.

Dia bercerita, semalam memang telah terjadi peristiwa pembunuhan di kebun belakang rumah Branjung. Awalnya, dia dan Branjung menjaga pohon durian untuk dibagi dua. Syaratnya, setiap durian yang jatuh pada siang hari dimiliki Brajung, sedang malam hari jadi milik Syekh Jangkung. Namun, rupa-rupanya Brajung salah mengira karena buah durian hanya jatuh pada malam hari.

Kenyataan ini membuat Brajung terbesit niat licik. Dia pun menyamar sebagai macan untuk menakuti Jangkung pada malam hari. Karena mengira itu macan, maka Syekh Jangkung mengambil bambu runcing dan menusukan ujungnya ke perut Branjung berulang kali sampai tewas.

Syekh Jangkung akhirnya dihukum mati di hutan Pati. Namun alahkah terkejutnya petugas yang melihat Syekh Jangkung masih hidup dan kabur dari hutan. Syekh Jangkung alias Saridin inipun memilih minggat ke Kudus. Di Kota Kretek, dia bertemu dengan Sunan Kudus dan berguru cukup lama sebelum akhirnya bertemu dan berguru dengan Sunan Muria dan Sunan Kalijaga di tengah pelariannya.

Setelah menjalani masa pelarian cukup lama, Syekh Jangkung lalu memilih pulang ke Pati setelah petugas pengadilan tidak mengejarnya lagi. Di rumah, Jangkung memelihara kerbau jantan berukuran besar dengan bentuk tanduk melengkung ke bawah yang diberi nama Kebo Dhungkul Landhoh. Kerbau Jangkung ini menjadi terkenal di Pati karena dibawa kemana-mana oleh Jangkung.

Lama-lama Sunan Kudus tahu kalau Jangkung pulang ke Pati kemudian bersama menyiarkan Islam di daerah tersebut. Sejak itulah, warga mengenal Syekh Jangkung sebagai ahli Tasawuf saat syiar Islam.

(mdk/hhw)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mitos Kejatuhan Cicak di Kepala, Pertanda Baik atau Buruk?
Mitos Kejatuhan Cicak di Kepala, Pertanda Baik atau Buruk?

Mitos kejatuhan cicak di kepala memang cukup terkenal. Beberapa budaya mengaitkan peristiwa yang mengagetkan itu dengan sebuah pertanda akan terjadinya sesuatu.

Baca Selengkapnya
Mitos Melangkahi Orang Menurut Primbon Jawa, Bisa Mendatangkan Kesialan
Mitos Melangkahi Orang Menurut Primbon Jawa, Bisa Mendatangkan Kesialan

Mitos melangkahi orang dianggap memiliki konsekuensi yang serius, baik secara fisik maupun spiritual.

Baca Selengkapnya
Mitos Membatin Orang saat Hamil, Dipercaya Berdampak bagi Janin
Mitos Membatin Orang saat Hamil, Dipercaya Berdampak bagi Janin

Mitos tentang β€œmembatin” atau memikirkan orang lain saat hamil adalah bagian dari kepercayaan dan tradisi yang beragam di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mitos Cicak Jatuh di Tangan, Pertanda Baik atau Buruk?
Mitos Cicak Jatuh di Tangan, Pertanda Baik atau Buruk?

Bagi sebagian orang, kejatuhan cicak, khususnya di tangan, dianggap memiliki arti tertentu, seperti tanda baik atau malah tanda yang buruk.

Baca Selengkapnya
Mitos Kejatuhan Cicak di Pundak Sebelah Kiri, Bisa Jadi Pertanda Baik dan Buruk
Mitos Kejatuhan Cicak di Pundak Sebelah Kiri, Bisa Jadi Pertanda Baik dan Buruk

Kejatuhan cicak merupakan fenomena atau peristiwa yang sering kali diinterpretasikan dalam konteks mitos atau kepercayaan rakyat di berbagai budaya.

Baca Selengkapnya
Mitos Cicak Jatuh di Kepala, Pertanda Baik atau Buruk?
Mitos Cicak Jatuh di Kepala, Pertanda Baik atau Buruk?

Mitos ini mengatakan bahwa kejatuhan cicak di kepala memiliki makna tertentu, bisa menjadi tanda akan sesuatu yang buruk, atau baik.

Baca Selengkapnya
Mitos Dijatuhi Cicak menurut Primbon Jawa, Dianggap sebagai Pertanda Baik
Mitos Dijatuhi Cicak menurut Primbon Jawa, Dianggap sebagai Pertanda Baik

Kejatuhan cicak mungkin membuat kita kaget dan jijik. Tapi bagi sebagian orang, kejatuhan cicak, dianggap memiliki arti tertentu.

Baca Selengkapnya
Mitos Kejatuhan Cicak di Pundak Kanan, Ini Penjelasannya
Mitos Kejatuhan Cicak di Pundak Kanan, Ini Penjelasannya

Banyak orang meyakini, kejatuhan cicak dianggap "sesuatu" alias menjadi pertanda sesuatu akan terjadi.

Baca Selengkapnya
Mitos di Jawa Timur yang Umum Berkembang, Simak Ulasannya
Mitos di Jawa Timur yang Umum Berkembang, Simak Ulasannya

Dibalut dalam cerita-cerita yang melegenda, setiap mitos membawa pesona dan misteri yang tak terlupakan.

Baca Selengkapnya