Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mimpi punya banyak medali olahraga Indonesia justru memprihatinkan

Mimpi punya banyak medali olahraga Indonesia justru memprihatinkan Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir di final Olimpiade 2016. ©REUTERS

Merdeka.com - Indonesia baru saja bersuka cita. Sebabnya, dalam Olimpiade Rio di Brasil, Indonesia berhasil menyabet medali emas setelah beberapa tahun sebelumnya absen.

Medali emas diperoleh dari cabang olahraga bulutangkis. Pasangan ganda campuran Tontowi dan Liliyana menyumbangkan medali emas setelah berhasil mengalahkan ganda campuran Malaysia.

Indonesia bersuka cita kala itu. Pasangan Owi, sapaan Tontowi dan Liliyana dipuja-puji sebagai pahlawan olahraga karena membuat lagu Indonesia Raya kembali menggema di kancah olahraga dunia.

Tak cuma bulutangkis, olahraga angkat besi juga menorehkan prestasi yang tak kalah gemilang. Medali perak berhasil dibawa pulang.

Sukses para atlet diganjar dengan berbagai hadiah dan jaminan seumur hidup. Bahkan saat pulang ke Tanah Air, mereka disambut begitu meriah. Pawai keliling Jakarta dengan bus bandros. Kemudian dijamu makan bersama Presiden Joko Widodo.

Semua perayaan itu menjadi bukti betapa Indonesia haus juara. Pemerintah juga berharap ke depannya akan banyak lagi medali lagi yang bisa dikantongi.

Pada dasarnya, menjadi juara di setiap event olahraga tentunya harapan semua atlet. Namun, sayangnya semangat atlet tak berjalan beringin dengan faktor pendukung lainnya.

Meski pemerintah mendukung, faktanya perhatian terhadap perkembangan olahraga dan kesejahteraan atlet masih dipertanyakan. Banyak hal yang membuat dunia olahraga Tanah Air seolah dinomorduakan.

Sehingga, mimpi memiliki banyak medali sering kali tak sejalan dengan kondisi yang dirasakan atlet. Berikut ini bukti olahraga di Tanah Air dijalankan setengah hati:

Anggaran olahraga dari Kemenpora hanya Rp 500 juta

Komandan Satgas Program Indonesia Emas (Prima), Laksamana (purn) Ahmad Sucipto, menyatakan anggaran Kemenpora untuk atlet Indonesia terbilang sangat sedikit dibanding negara lain. Hal ini berdampak bagi prestasi yang diperoleh."Indonesia ini baru sekitar Rp 500 miliar anggaran olahraganya. Hal itu masih sedikit sekali dibanding negara-negara lain," kata Ahmad di Jakarta Pusat, Sabtu (27/8).Dia mencontohkan, untuk membina atlet berprestasi, Thailand mengeluarkan dana sebesar Rp 2 triliun, Malaysia Rp 1,7 triliun dan Singapura Rp 1,8 triliun. Sedangkan Indonesia tak sampai setengah dari biaya yang mereka keluarkan itu."Menurut saya untuk Indonesia ini ya diberi Rp 1 triliun lah, itu sudah bagus," paparnya.Hal senada juga diungkapkan Mantan Redaktur Olahraga Budiarto Shambazy. Menurut Budi, pemerintah harus memberi perhatian lebih untuk dana tersebut."Kita butuh perhatian pemerintah artinya anggaran di Kemenpora kurang baik. Separuh kurang lebih yang dikeluarkan Thailand, Singapura, Filipina. Jadi memang tergambar langsung anggaran terlalu kecil, prestasi jangan harap tinggi," ujarnya.Budi menuturkan, kalau anggaran besar, prestasi diraih bisa diharapkan dan hasil maksimal. Namun jika dana yang dikeluarkan saja sedikit, maka jangan harap prestasi tinggi.

Wisma atlet jadi bancakan korupsi

Sejumlah fasilitas olahraga di Indonesia semakin memprihatinkan. beberapa daerah, mess dan gedung olahraga untuk para atlet memang tak diperhatikan.Melihat kondisi miris itu, Komandan Satgas Program Indonesia Emas, Laksamana (purn) Ahmad Sucipto mengaku telah mendapatkan informasi bahwasannya pemerintah akan membangun Olimpic Center, tempat atlet berlatih."Terus terang saja Kemenpora dalam hal ini menginisiasikan akan dibangunnya kawasan Olimpic Centre di Cibubur," kata Ahmad di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (27/8)."Di Cibubur ini pengganti proyek Hambalang yang skalanya masih direncanakan, tapi kebutuhan fasilitas lingkungan atlet itu sangat mendesak," tambahnya.Seperti diketahui, proyek Hambalang merupakan salah satu megaproyek di era Presiden SBY. Menpora Andi Mallarangeng dan adiknya Zulkarnain Mallarangeng menjadi terpidana dan tersangka dalam kasus korupsi proyek ini. Demikian juga Ketum Demokrat Anas Urbaningrum yang menerima gratifikasi terkait proyek ini.

Prestasi olahraga malah jadi lahan industri

Mantan redaktur olahraga, Budiarto Shambazy, beranggapan bahwa olahraga Indonesia saat ini bukan hanya mengedepankan prestasi saja, melainkan ajang industri."Olahraga kita sekarang ini memang banyak dijadikan bahan industri yang profesional, suka engga suka, artinya atlet berlaga bukan hanya demi harum bangsa tapi juga memperoleh penghasilan," kata Budi dalam sebuah diskusi di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (27/8).Budi memaparkan, hal itu bisa dilihat dalam siaran olahraga dunia seperti hanya 3 atlet yang bisa menghasilkan lebih dari 1 miliar dollar. Di antaranya pembalap F1, Michael Schumacher dan pesepak bola, David Beckham."Hal ini terlihat bahwa semua serba industri, artinya keterlibatan pemerintah semakin kecil, bukan karena mereka enggak mampu berkontribusi, tetapi olahraga diberikan ke industri demi penghasilan dan prestasi," tutupnya.

Atlet disabilitas dipandang sebelah mata

Kekurangan tak membuat para atlet disable berkecil hati. Mereka tetap semangat mengikuti banyak kejuaraan olahraga.Namun, semangat mereka tak sejalan dengan perlakuan yang diterima dari pengurus maupun panitia.Mereka sering kali dianggap sepele. Seperti yang dialami atlet disabilitas Sumsel. Mereka diperlakukan berbeda dengan atlet PON.Menyedihkan, mereka makan makanan sisa atlet PON. Bahkan untuk ikut pelatda PON Jabar juga tak diberi saku. Cerita itu diungkap Heru Ramdani (29), salah satu atlet disabilitas cabang tolak peluru. Dia mengisahkan, kondisi atlet disabilitas yang bernaung dalam National Paralympic Committee (NPC) Sumsel, sangat memprihatinkan. Padahal, prestasi atlet disabilitas asal daerah itu cukup diperhitungkan di kancah nasional."Jatah makan kurang, uang saku tidak ada sama sekali, sepeser pun tidak ada sejak ikut pelatda Juli kemarin," ungkap Heru saat disambangi merdeka.com di Wisma Atlet Jakabaring Sport City Palembang, Sabtu (27/8).Lantaran tak memiliki uang, sejak dua bulan terakhir Heru memilih tidak pulang menemui istrinya yang tinggal di Pagaralam. Dia juga belum bisa mengirim uang untuk kebutuhan keluarga di rumah."Alhamdulillah istri menerima, dia juga kerja. Tapi, kasihan juga ditinggal tidak dikasih uang," ujarnya.Tak sampai di situ, para atlet disabilitas juga harus menyiapkan sendiri peralatan olahraga, seperti sepatu, kostum, dan perlengkapan latihan. Perlengkapan itu mereka beli dari uang kantong sendiri."Terpaksa ambil dari tabungan, beli sendiri. Karena tidak difasilitasi," ujarnya.Para atlet disabilitas juga mengeluhkan tidak tersedianya tim medis di Wisma Atlet. Tim dokter yang ada hanya melayani peserta Pelatda PON."Kami numpang berobat, sejauh ini masih dibolehin," kata dia.Padahal, Heru adalah atlet yang meraih medali emas Pekan Olahraga Tuna Netra di Riau tahun 2009, medali emas di Kejurnas Solo 2015 dan medali perak pada Papernas Riau tahun 2012

(mdk/hrs)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi Berduka, Mantan Atlet Angkat Besi Peraih Medali di 3 Olimpiade Berbeda Wafat

Jokowi Berduka, Mantan Atlet Angkat Besi Peraih Medali di 3 Olimpiade Berbeda Wafat

Jokowi mengatakan Lisa telah membawa nama baik Indonesia dengan sejumlah prestasi yang sangat membanggakan.

Baca Selengkapnya
Meninggal Dunia di Usia 43 Tahun, Ini Sosok Lisa Rumbewas Lifter Legendaris dari Bumi Cendrawasih

Meninggal Dunia di Usia 43 Tahun, Ini Sosok Lisa Rumbewas Lifter Legendaris dari Bumi Cendrawasih

Peraih 3 medali Olimpiade cabang olahraga angkat besi ini meninggal dunia pada Minggu (14/1) dini hari.

Baca Selengkapnya
FOTO: Penampakan AHY Dampingi Prabowo saat Terima Dukungan Aliansi Tionghoa Indonesia untuk Pemenangan Pilpres 2024

FOTO: Penampakan AHY Dampingi Prabowo saat Terima Dukungan Aliansi Tionghoa Indonesia untuk Pemenangan Pilpres 2024

Aliansi Tionghoa Indonesia mendeklarasikan dukungan untuk pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam satu putaran Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Lolos ke 16 Besar Piala Asia, Momen Selebrasi Timnas Indonesia Ini Curi Perhatian

Lolos ke 16 Besar Piala Asia, Momen Selebrasi Timnas Indonesia Ini Curi Perhatian

Indonesia berhasil lolos ke babak 16 besar melalui jalur peringkat tiga terbaik.

Baca Selengkapnya
Menlu Retno Sebut Kepemimpinan Indonesia Diakui Dunia

Menlu Retno Sebut Kepemimpinan Indonesia Diakui Dunia

Sepak terjang Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 layak mendapatkan apresiasi.

Baca Selengkapnya
Saat Prabowo Puji Pemimpin Indonesia Termasuk Megawati: Kita Harus Akui Jasa dan Prestasi Beliau

Saat Prabowo Puji Pemimpin Indonesia Termasuk Megawati: Kita Harus Akui Jasa dan Prestasi Beliau

Dalam setiap masa kepemimpinan, hal-hal baik harus dilanjutkan.

Baca Selengkapnya
Berani-beraninya Perwira Berpangkat Iptu Tiba-tiba Berhentikan Jenderal Bintang 2 Polri, Ada Apa?

Berani-beraninya Perwira Berpangkat Iptu Tiba-tiba Berhentikan Jenderal Bintang 2 Polri, Ada Apa?

Di tengah-tengah aktivitasnya, Kapolda DIY tiba-tiba diberhentikan sosok perwira berpangkat Iptu.

Baca Selengkapnya
Bapaknya Pejabat Negara, Pria Ini Kenal Megawati Sejak Usia 5 Tahun Hingga Sukses Jadi Kepala Daerah

Bapaknya Pejabat Negara, Pria Ini Kenal Megawati Sejak Usia 5 Tahun Hingga Sukses Jadi Kepala Daerah

Anak tokoh nasional dianggap 'akrab' dengan Megawati sejak usia 5 tahun sampai sukses menjadi kepala daerah. Siapa sosok yang dimaksud?

Baca Selengkapnya
Selain Puan & Hasto, Deretan Influencer Hadiri Laga Persahabatan Badminton Merah Meriah di Istora

Selain Puan & Hasto, Deretan Influencer Hadiri Laga Persahabatan Badminton Merah Meriah di Istora

Puan mengatakan, olahraga mengajarkan seseorang menjadi pribadi yang sportif tapi tetap gembira. Semangat yang ditiru jelang Pemilu pada Februari nanti.

Baca Selengkapnya