Merdeka.com - Penyebab kematian Yoseph Sairlela saat ini masih terus diselidiki. Pasalnya, pria yang menjabat sebagai Koordinator pos Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Benjina, Tual, Ambon disebut-sebut merupakan saksi atas praktik perbudakan Anak Buah Kapal (ABK) non Thailand.

Meski disebut-sebut sebagai saksi kunci, nyatanya pihak KKP belum sama sekali mendengar kesaksian yang dilontarkan Yoseph.

Dirjen PSDKP Asep Burhanuddin mengungkapkan pihaknya justru mendapatkan informasi adanya praktik perbudakan di PT Pusaka Benjina Resources (PT PBR) dari ABK non Thailand itu sendiri.

"Kita mencari saksinya ke perusahaan. Jadi minta info dan sebagainya dari ABK non Thailand. Dapat data dari situ pernah dipukul dan sebagainya," ungkap Asep kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (22/4).

Saat bertugas sebagai koordinator, lanjut Asep, korban mempunyai dua orang anak buah yakni Agniardi dan Since. "Untuk itu sesuai perintah Bu Menteri, kami istilahnya mengamankan keduanya ke LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)," tuturnya.

Pasalnya, Asep menduga kedua orang tersebut pun mengetahui peristiwa perbudakan ABK non Thailand yang terjadi di Benjina seperti yang diketahui Yoseph.

"Secara umum, dari info yang ada, mungkin sudah mengetahui apa yang diketahui pak Yoseph. Saya yakin tidak jauh daripada itu infonya," tandasnya.