Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menengok sejarah Pasar Turi hingga 5 kali terbakar & syarat konflik

Menengok sejarah Pasar Turi hingga 5 kali terbakar & syarat konflik Pasar Turi terbakar. Moch Andriansyah©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Pasar Turi yang megah, Pasar Turi yang melegenda di Kota Surabaya, Jawa Timur, dari masa ke masa, kini tinggal kenangan dan menyisahkan konflik antara pedagang dan investor, PT Gala Bumi Perkasa. Pasar tradisional ini juga sudah berkali-kali terbakar, terhitung sejak tahun 1950 hingga 2012, lima kali diamuk si jago merah.

Sebelum terbakar kali pertama di tahun 1950, Pasar Turi juga menjadi sasaran amuk tentara Inggris saat agresi militernya. Pasukan Inggris, Gurkha dan Nica kerap membombardir Pasar Turi dengan mortir.

Dari beberapa literatur yang dihimpun merdeka.com disebutkan, konon katanya, sejarah Pasar Turi dimulai dari kisah pelarian Raden Wijaya yang diburu pasukan Jayakatwang, Raja Kediri saat Kerajaan Singosari dihancurkan. Raden Wijaya dan pengikutnya, berlari menuju utara hendak bersembunyi ke Madura di tahun 1292.

Ketika sampai di Desa Kudadu, buron Jayakatwang ini diantar penduduk ke pangkalan perahu di Pejingan. Melalui Kali Krembangan, mereka akan berlayar menuju Pulau Garam. Sejak saat itu, Pejingan diganti nama Datar. Artinya tempat berangkatnya sang buron.

Dari Datar diganti lagi menjadi Padatar, dan menjadi Padatari yang akhirnya banyak dikunjungi orang bertukar barang, mirip pasar. Orang-orang Madura, kerap datang membawa hasil buminya. Pun begitu dengan petani dari Sepanjang, Sidoarjo juga menjual hasil pertaniannya di tempat ini. Tak mau ketinggalan, pedagang toak dari Gresik juga datang.

Karena menjadi pusat perdagangan, nama Padatari diganti lagi menjadi Pasar Turi, dan tersohor hingga ke pelosok-pelosok daerah. Pasar Turipun, dikenal sebagai pusat perdagangan buah dan hasil pertanian lainnya.

Di zaman Belanda, di sekitar Pasar Turi, dibangun gedung-gedung perniagaan hingga sekitaran Jembatan Merah. Kemudian saat Jepang berkuasa, Pasar Turi menjadi pusat perdagangan barang bekas. Sebab, saat itu, toko-toko di Surabaya banyak gulung tikar, sehingga tak ada barang baru yang dijual, hanya barang loakan.

Orang-orang kaya, khususnya warga Jalan Darmo, saat itu, juga banyak menjadi pengangguran dan terpaksa menjual barang-barangnya ke tukang rombeng (loak), yang kemudian menjualnya kembali di Pasar Turi.

Sejak saat itu, di tahun 1942 hingga 1945, Pasar Turi dikenal sebagai pasar loak. Tahun 1950 hingga 1970-an, Pasar Turi tetap dikenal sebagai pusat jual-beli barang bekas. Namun, di Tahun 1950 itu, Pasar Turi terbakar. Setelah itu, kedai-kedai dari papan berdiri mengelilingi pusat bangunan yang dihancurkan api.

Barang-barang baru, seperti sabun, kain, baju jadi, kompor, ban, dan alat-alat listrik, yang masih tergolong langka, mulai dicoba dipasarkan. Terlebih, di tahun 1950 hingga 1960-an, Presiden Soekarno mengkampanyekan anti barang impor. Semuanya harus diproduksi putra bangsa.

Alhasil, barang-barang temuan baru, seperti sabun batangan, sabun tolet, sabun cair produksi lokal mulai bermunculan dan kali pertama dikenalkan di Pasar Turi. Karena Pasar Turi berkembang pesat, perluasanpun dilakukan.

Lapangan hijau dan tempat penggergajian kayu sebelah barat pasar dijadikan tempat peragaan perabot rumah tangga. Sampai akhirnya masih di zaman Orde Lama, Pasar Turi kedatangan pedagang sepeda dan alat-alat perlengkapannya. Mereka memenuhi sepanjang jalan dari rel kereta api Viaduk sisi utara sampai Jalan Babadan.

Di zaman Orde Baru, Pasar Turi makin megah. Barang dagangan basah, kering, serba ada, dan punya ciri khas, mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Di bulan September 1968, pedagang yang tergabung dalam H P S P T, berdialog dengan Wali Kota Surabaya di ruang sidang Taman Surya. Hasilnya: Perlu ada peremajaan. Pasar Turi harus bisa menampung seluruh pedagang berbagai macam kebutuhan, termasuk untuk pedagang makanan.

Peremajaan berlangsung empat tahap dan diperkirakan tuntas selama empat tahun. Luas bangunan pasar menjadi tiga kali lebih luas daripada pasar lama karena dibangun bertingkat. Namun, sebelum peremajaan terlaksana, 11 Maret 1969, Pasar Turi terbakar untuk kali kedua setelah di Tahun 1950. 80 persen bangunan jadi abu.

Padahal, saat itu (1969), Pasar Turi sudah menjadi supplier barang-barang keperluan di daerah Jawa Timur, bahkan sampai Bali dan Lombok. Pedagang alat-alat listrik, barang pecah-belah, sepeda, dan konfeksi telah punya hubungan tetap dengan pedagang-pedagang dari luar Surabaya.

Kisah jatuh-bangun Pasar Turi yang dimulai dari kisah pelarian Raden Wijaya ini, sempat diceritakan Wali Kota Surabaya, R Soekotjo pada tanggal 21 Juni 1971. Saat itu, Soekotjo tengah meresmikan bangunan baru berlantai tiga di Pasar Turi, yang dikelola investor swasta, CV Sinar Galaxi. Bangunan itu adalah tahap satu dari pembangunan dua, tahap berikutnya.

Sayang, tujuh tahun kemudian, tepatnya 2 Mei 1978, gedung itu kembali terbakar habis untuk kali ketiganya. Selanjutnya, Medio 2007, si jago merah kembali mengamuk, dan hanya menyisakan gedung tahap III, yang dihuni 973 stan.

Pertengahan September 2012, Pasar Turi kembali dihajar kebakaran hebat. Gedung tahap III, ludes terbakar. Saat itu, Wali Kota Tri Rismaharini ikut berjibaku bersama tim Pemadam Kebakaran menjinakkan kobaran api.

Amukan si jago merah kali ini menutup kisah kejayaan pasar yang berada di atas tanah seluas 4,3 hektare, dengan rincian 2,7 hektare milik Pemkot Surabaya dan 1,6 hektare milik PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Kejayaan Pasar Turi dari masa ke masa, musnah saat konflik antara pedagang dengan investor pecah. Pasca-kebakaran yang kali terakhir itu, proyek pembangunan diserahkan ke PT Gala Bumi Perkasa. Para pedagang mencurigai ada permainan kotor yang dilakukan pihak pengembang.

Alhasil, proyek yang mestinya selesai tahun 2014 itu hingga saat ini tak kunjung tuntas. Para pedagang, meminta Risma segera mengambil alih pengelolaan pasar legendaris itu dari tangan PT Gala Bumi Perkasa.

Ketua Kelompok Pedagang (Kompag), Syukur mengungkap, konflik ini dimulai ketika para pedagang yang telah membayar lunas harga stan sesuai ukuran, namun tetap dibebani biaya pemasangan plafon Rp 7 juta per stan, Rp 10 juta per stan untuk biaya pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB), serta beban biaya yang lain.

Padahal, para pedagang ada yang sudah melunasi biaya stan Rp 25 juta, dan ada pula yang masih membayar Rp 17 juta. Tak hanya itu saja, saat undian stan, pedagang yang mendapat lokasi strategis, ditukar dengan tempat yang tidak strategis.

"Kami, para pedagang merasa ada pemerasan dibalik proyek ini, yang dilakukan PT Gala Bumi Perkasa. Para pedagang ingin, Pemkot bisa segera menyelesaikan masalah ini. Kontrak dengan investor harus segera diputus," kata Syukur.

Syukur dan para pedagang baik di Pasar Turi Lama maupun Pasar Turi Baru, terus berharap Risma segera bisa menyelesaikan konflik di Pasar Turi. Untuk upaya penyelesaian, Risma sempat menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meminta bantuan pada April 2015 lalu.

Tapi tetap menemui jalan buntu. Sebab, antara pedagang dan pihak PT Gala Bumi Perkasa, sudah sulit dipertemukan.

(mdk/dan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.

Baca Selengkapnya
Sejarah Pasar Benhil yang Selalu Ramai saat Ramadan, Sudah Ada Sejak 1970

Sejarah Pasar Benhil yang Selalu Ramai saat Ramadan, Sudah Ada Sejak 1970

Pasar Benhil selalu jadi daya tarik para pemburu takjil. Menu yang ditawarkan juga lengkap. Kisahnya dimulai pada tahun 1970-an.

Baca Selengkapnya
Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial

Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial

Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sejarah Pelabuhan Muara, Pintu Gerbang Perdagangan Masa Lampau di Kota Padang

Sejarah Pelabuhan Muara, Pintu Gerbang Perdagangan Masa Lampau di Kota Padang

Pelabuhan menjadi tempat paling penting dalam distribusi komoditas dan berlangsungnya proses jual beli pada tempo dulu.

Baca Selengkapnya
Sejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955

Sejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955

Mengetahui sejarah Pemilu di Indonesia dari masa ke masa sejak tahun 1955 sampai 2024.

Baca Selengkapnya
Sejarah Trem di Jakarta, Awalnya Ditarik Kuda hingga Diganti Bus Karena Ketinggalan Zaman

Sejarah Trem di Jakarta, Awalnya Ditarik Kuda hingga Diganti Bus Karena Ketinggalan Zaman

Kehadiran trem di Jakarta tak selalu mulus. Ratusan kuda mati sampai tingginya angka kecelakan pejalan kaki jadi berita sehari-hari.

Baca Selengkapnya
Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya

Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya

Pemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.

Baca Selengkapnya
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya

Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.

Baca Selengkapnya
Momen Seru Ganjar Blusukan di Banda Neira, Diberi Warga Buku Sejarah Karya Des Alwi hingga Diminta Turunkan Beras

Momen Seru Ganjar Blusukan di Banda Neira, Diberi Warga Buku Sejarah Karya Des Alwi hingga Diminta Turunkan Beras

Kedatangan Ganjar disambut antusias warga setempat.

Baca Selengkapnya