Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Melestarikan Tanoar, hitungan astronomi kuno masyarakat Saparua

Melestarikan Tanoar, hitungan astronomi kuno masyarakat Saparua Ilustrasi astronomi. ©shutterstock.com/RealCG

Merdeka.com - Arkeolog dari Balai Arkeologi Ambon, Lucas Wattimena, mengungkapkan masyarakat di Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, masih menggunakan perhitungan astronomi kuno yang dikenal dengan 'tanoar' (perhitungan waktu atau hari baik) dalam pembuatan perahu tradisional.

"Tanoar merupakan bagian dari Etnoastronomi, walau era sudah berubah tapi sistem itu masih dipertahankan oleh masyarakat di Saparua sejak zaman holosen hingga kini," kata Lucas Wattimena di Ambon, seperti diberitakan Antara, Selasa (15/07).

Menurut Lucas, berdasarkan penelitiannya pada 5 hingga 18 Juni 2014 di Jazirah Hatawano dan Jazirah Tenggara, Pulau Saparua, menunjukkan bahwa masyarakat di sana memiliki perhitungan perbintangan tertentu ketika membuat perahu tradisional, yakni tanoar dengan cara menghitung jumlah purnama.

Tanoar dilakukan saat akan memilih kayu untuk perahu, sebelum memulai proses pengerjaan perahu dan ketika perahu akan diturunkan ke laut.

"Perhitungan astronomi mereka berdasarkan purnama, berapa kali bulan terang dan bulan gelap, dari perhitungan tersebut dapat diketahui kuatnya kayu yang digunakan untuk membuat perahu, kalau kayu diambil saat bulan tidak tepat maka kayu akan dimakan oleh rayap," katanya.

Dikatakannya lagi, pengetahuan masyarakat Pulau Saparua tentang astronomi kuno tersebut ditulis dalam buku panduan mereka yang dikenal dengan 'Nats', buku itu digunakan oleh semua pembuat perahu tradisional di daerah itu.

"Nats adalah semacam buku panduan yang ditulis dengan tangan, di dalam buku itu ada patokan waktu berdasarkan jenis hewan, bulan dan bintang, ini dimiliki oleh setiap pembuat perahu di sana," ucapnya.

Lebih lanjut Lucas mengatakan tak hanya menggunakan sistem perbintangan khusus, kayu yang digunakan untuk perahu pun adalah kayu yang berasal dari pohon yang khusus ditanam oleh masyarakat setempat sebagai bahan untuk perahu tradisional, yakni pohon titi, salawaku, gopasa dan kayu samar.

"Perahu-perahu mereka dibuat dari kayu yang khusus ditanam khusus di perkebunan rakyat sebagai bahan membuat perahu, kayu yang paling sering digunakan adalah kayu titi karena lebih ringan saat di atas air dan mampu menahan ombak. Harga kayu yang digunakan juga bervariasi, satu gelondongannya berkisar antara Rp 300.000 hingga Rp 850.000," ucapnya.

Ditambahkannya, ada dua jenis perahu tradisional di Pulau Saparua, yakni kole-kole (perahu yang menggunakan penyangga di kiri dan kanan perahu) yang digunakan untuk melaut, dan belang (sejenis sampan besar) yang hanya digunakan untuk perlombaan perahu manggurebe (perlombaan dayung sampan tradisional).

(mdk/mtf)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Daftar Peristiwa Astronomi Terbesar yang Bakal Terjadi sepanjang 2024, Catat Tanggalnya!

Daftar Peristiwa Astronomi Terbesar yang Bakal Terjadi sepanjang 2024, Catat Tanggalnya!

Berikut rentetan peristiwa astronomi yang akan terjadi pada 2024.

Baca Selengkapnya
Kepala Manusia akan Bengkak jika Terlalu Lama Tinggal di Luar Angkasa, Ini Penyebab dan Solusinya

Kepala Manusia akan Bengkak jika Terlalu Lama Tinggal di Luar Angkasa, Ini Penyebab dan Solusinya

Salah satu yang akan terjadi pada tubuh astronot adalah Sindrom Neuro-Okular atau kepala jadi bengkak.

Baca Selengkapnya
Ilmuwan Ungkap Peran Galaksi Bima Sakti dalam Keyakinan Masyarakat Mesir Kuno, Ada Kaitannya dengan Dewa Langit, Begini Kisahnya

Ilmuwan Ungkap Peran Galaksi Bima Sakti dalam Keyakinan Masyarakat Mesir Kuno, Ada Kaitannya dengan Dewa Langit, Begini Kisahnya

Masyarakat Mesir kuno terkenal dengan kepercayaan agama dan pengetahuan astronomi mereka

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sedang Mengamati Luar Angkasa, NASA Tak Sengaja Temukan Sinyal Misterius dari Luar Galaksi

Sedang Mengamati Luar Angkasa, NASA Tak Sengaja Temukan Sinyal Misterius dari Luar Galaksi

Para astronom NASA telah menemukan "sinyal" yang tidak dapat dijelaskan datang dari luar galaksi ini.

Baca Selengkapnya
Astronom Temukan Planet yang Mengorbit Bintangnya Jauh Lebih Cepat Dibandingkan Bumi

Astronom Temukan Planet yang Mengorbit Bintangnya Jauh Lebih Cepat Dibandingkan Bumi

Planet ini masuk dalam kategori planet orbit pendek yang berada di luar tata surya Bima Sakti.

Baca Selengkapnya
Kalender Kuno Berusia 2000 Tahun Ditemukan di Sebuah Makam Kuno, Begini Bentuknya

Kalender Kuno Berusia 2000 Tahun Ditemukan di Sebuah Makam Kuno, Begini Bentuknya

Penemuan terbaru telah terjadi di dunia arkeologi Tiongkok ketika para ahli menemukan slip tertulis pertama yang terkait dengan kalender kuno dalam makam kuno.

Baca Selengkapnya
Sudah Mulai Terlupakan, Ini Sejarah dan Asal-usul Aksara Batak yang Jarang Diketahui

Sudah Mulai Terlupakan, Ini Sejarah dan Asal-usul Aksara Batak yang Jarang Diketahui

Aksara kuno rupanya tak hanya dikenal di Suku Jawa saja, melainkan Suku Batak juga memiliki aksaranya sendiri.

Baca Selengkapnya
Teorinya Terbukti, Nisan Makam Ilmuwan ini Dihiasi Ukiran Tata Surya yang Begitu Indah

Teorinya Terbukti, Nisan Makam Ilmuwan ini Dihiasi Ukiran Tata Surya yang Begitu Indah

Copernicus akhirnya dimakamkan di kuburan yang diberi tanda, sebelumnya tidak. .

Baca Selengkapnya
Peristiwa 5 Februari 1971: Pesawat Apollo 14 Mendarat di Bulan, Ini Sejarah dan Misinya

Peristiwa 5 Februari 1971: Pesawat Apollo 14 Mendarat di Bulan, Ini Sejarah dan Misinya

Apollo 14 adalah misi penerbangan antariksa NASA dalam program Apollo, yang bertujuan untuk mendaratkan manusia di bulan.

Baca Selengkapnya