Merdeka.com - Berbagai pertimbangan diambil Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta dalam memvonis Zulkarnaen Djabar dan anaknya Dendy Prasetia, tersangka pengadaan Alquran dan laboratorium komputer di Kementerian Agama, masing-masing dengan 15 tahun dan 8 tahun penjara.

Salah satu pertimbangan yang memberatkan adalah karena kedua terdakwa dinilai telah mencederai umat Islam. "Perbuatan terdakwa 1 dan 2 telah mencederai umat Islam," kata Ketua Majelis Hakim, Afiantara, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (30/5).

Selain itu, perbuatan kedua terdakwa itu juga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan Alquran.

Pertimbangan lainnya yang memberatkan bapak-anak tersebut adalah keduanya tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan korupsi dan merenggut hak sosial dan ekonomi masyarakat.

"Terdakwa 1 dan 2 adalah anggota DPR dan publik figur. Terdakwa 2 memanfaatkan kekuasaan dan terdakwa 1 mencoreng lembaga DPR RI dan Kementerian Agama," ujar hakim.

Seperti diberitakan, Zulkarnaen dan Dendy masing-masing divonis 15 tahun dan 8 tahun penjara. Masing-masing harus membayar denda Rp 300 juta subsidair 1 bulan penjara.

Tidak hanya itu, keduanya juga harus membayar pidana tambahan masing-masing Rp 5,7 miliar, yang jika tidak dipenuhi, pidana 2 tahun penjara akan ditambahkan kepada masing-masing terpidana.