Kopral Bagyo: Pemimpin itu jangan karbitan!
Merdeka.com - Tidak semua orang suka dan tertarik untuk bicara politik. Begitu juga dengan Kopral Subagyo Lelono. Dirinya enggan berkomentar banyak tentang perpolitikan nasional yang menghangat di bangsa ini.
Namun demikian, Kopral langka asal Solo itu berpendapat bahwa orang yang ingin menjadi pemimpin atau pejabat itu harus dari awal terbiasa akrab dengan semua lapisan masyarakat. Dengan berbagai profesi, lebih-lebih rakyat kalangan bawah.
Ketika ditanya seputar nama Mantan Wali Kota Joko Widodo (Jokowi), menurut Kopral Bagyo, sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sudah terbiasa dengan hidup sederhana. Jadi, jika Jokowi di Jakarta blusukan ke kampung-kampung, adalah bukan hal yang aneh.
"Pemimpin itu jangan karbitan (polesan)," kata Kopral Bagyo saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Selasa (19/3).
Adapun maksud 'karbitan' menurut Kopral kelahiran Banyuwangi ini, dia melihat calon-calon kepala daerah yang diusung PDIP dan meminta bantuan Jokowi. Jokowi dijadikan sebagai juru kampanye dan alat pendongkrak perolehan suara.
Hal ini terjadi misalnya pilkada di Jawa Barat, Sumatera Utara dan pilkada Jawa Tengah untuk waktu yang akan datang.
"Kalau lainnya kan karbitan, hanya mendompleng ketenaran Pak Jokowi," ungkap Kopral Bagyo.
Yang perlu diketahui untuk menjadi atau memilih seorang pemimpin, Kopral berusia 51 tahun ini menilai harus memiliki latar belakang yang bersih. Bekerja sepenuhnya mengutamakan kepentingan rakyat daripada sekelompok orang.
"Kalau Pak Jokowi kan jelas, memang dia orang desa, dari daerah yang sejak awal sebelum jadi gubernur terbiasa dan sudah menjadi kebiasaannya ke kampung-kampung untuk blusukan," jelas Kopral Bagyo.
"Jadi pemimpin jangan jadi pemimpin karbitan, hanya mendompleng ketenaran orang lain," tandasnya.
Kopral Bagyo dikenal sebagai tentara kuat. Dia sanggup lari 24 jam. Dia kuat push up 21 jam 40 menit. Tidak cukup sampai di situ. Pernah, pada peringatan Hari TNI, 5 Oktober 2011, Subagyo melakukan aksi ekstrem di depan puluhan warga dan penarik becak di sekitar SD Marsudirini Solo. Dia minum minyak rem, mandi air cabai, dan mematikan api rokok dengan cara dikunyah.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden akhirnya buka suara terkait polemik pemberian bansos beras kemasan 10 kg di tahun politik.
Baca SelengkapnyaBKN terus mengimbau seluruh pegawai ASN untuk berhati-hati di tahun politik, karena banyak hal yang dapat menyebabkan pegawai ASN terlibat politik praktis.
Baca SelengkapnyaDengan politik seseorang bisa menerapkan kebijakan baik untuk kepentingan rakyat banyak.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Syaratnya adalah ada orang lain yang bukan bagian keluarga Kepala Negara tadi juga mendapatkan porsi dan hak yang sama.
Baca SelengkapnyaPenghentian penyaluran bansos beras dilakukan untuk menghindari politisasi terhadap program pemerintah.
Baca SelengkapnyaBerkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali
Baca SelengkapnyaSelama menjadi bupati, ia diterjang cobaan besar akibat melanjutkan program bupati pendahulunya yang bermasalah
Baca SelengkapnyaPemilu sebagai pesta demokrasi dihadapi dengan bahagia dan senang.
Baca SelengkapnyaPenghentian sementara penyaluran bansos ini untuk menghormati tahapan pemilu dan mendukung kelancaran pesta demokrasi tersebut.
Baca SelengkapnyaCara Aman Angkat Benda Berat Agar Tidak Cedera, Penting Diketahui
Baca Selengkapnya