Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Soekarno menangis satu malam sebelum pidato soal Pancasila

Kisah Soekarno menangis satu malam sebelum pidato soal Pancasila Soekarno. ©2012 Merdeka.com/dok

Merdeka.com - Jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki membawa perubahan besar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satunya upaya Soekarno untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia setelah berjuang selama 16 tahun.

Tidak mudah mendapatkan kemerdekaan itu, Soekarno harus beberapa kali keluar masuk penjara akibat kritik kerasnya terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Namun, kekalahan Jepang terhadap tentara sekutu membuat mimpi tersebut terbuka lebar.

Meski Indonesia memasuki hari kebebasannya, tapi tidak bagi Bung Karno. Dirinya masih terbelenggu sistem dan ideologi yang bakal dipakai negara baru ini nantinya.

Bung Karno merasa gundah gulana. Bagaimana tidak, saat akan menyampaikan pidatonya di hadapan peserta sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, sejumlah tokoh berupaya mempengaruhi pemikirannya.

Sepanjang siang, Bung Karno terus menerima sejumlah tamu, mulai dari kelompok Islam, nasionalis sampai pendukung negara kesatuan maupun federal masih berdatangan. Masing-masing menyampaikan pemikiran mereka agar menjadi dasar bagi negara yang akan dibentuk.

"Mereka menuntut wilayah kami mencangkup seluruh bekas jajahan Hindia Belanda membentuk satu kelompok. Yang lain, yang menuntut wilayah lebih luas lagi atau puas dengan wilayah yang lebih sempit, membentuk kelompok yang lain. Kelompok Islam ortodoks mendorong bentuk negara berdasarkan Islam," berdasarkan 'Soekarno: An Autobiography' karya Cindy Adams.

Topik pilihan: Sejarah Indonesia | Hari Pancasila | Bung Karno

Perbedaan pendapat itu membuat Bung Karno stress, dia pun hanya membiarkan perdebatan yang terjadi. Melihat itu pun, Soekarno sempat merasa tidak yakin Indonesia bakal mencapai kemerdekaannya. Meski saat itu Jepang menghadiahinya kepada bangsa Indoensia.

Di Pulau Flores, Bung Karno memanfaatkan kesendiriannya untuk memikirkan ideologi negara. Dia hanya duduk termenung di bawah sebuah pohon yang berdiri di halaman rumahnya. Dari lamunannya, terngiang lima prinsip dasar yang akan namainya menjadi Pantja-Sila.

"Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah."

Meski telah memegang beberapa prinsip yang akan disampaikan di hadapan peserta sidang, namun Bung Karno tetap tidak percaya diri. Bahkan, lelaki yang nantinya bakal menjadi presiden pertama RI ini menangis saat akan menghadapi sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945.

Dalam tangisannya itu, Bung Karno berdoa, "Aku menangis karena besok aku akan menghadapi saat bersejarah dalam hidupku. Dan aku memerlukan bantuan-Mu."

Esoknya, tepat pukul 09.00 WIB, Bung Karno didaulat untuk berpidato dan memberikan ide soal dasar-dasar bangsa. Setelah sidang dibuka, Soekarno lantas berdiri di tengah dua pilar, tempat dimana Gubernur Jenderal Hindia Belanda resmi membuka Volksraad, atau parlemen rakyat.

Di tempat itulah Bung Karno mengungkapkan lima mutiara yang jadi bahan pemikirannya. Lima pemikiran yang nantinya akan dinamai Pancasila. Kelimanya adalah Kebangsaan, Internasionalisme atau Kemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

(mdk/tyo)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Prabowo Sebut Kenal Dekat Presiden ke-2, Pendukung Teriaki Balikan, Titiek Soeharto Senyum-senyum Malu Sambil Melirik Sang Anak

Prabowo Sebut Kenal Dekat Presiden ke-2, Pendukung Teriaki Balikan, Titiek Soeharto Senyum-senyum Malu Sambil Melirik Sang Anak

Menegaskan kedekatannya dengan Soeharto, Prabowo mengaku jika dia kerap melakukan makan siang bersama.

Baca Selengkapnya
4 Partai Pemenang Pemilu 1955, Berikut Sejarah dan Hasil Suaranya

4 Partai Pemenang Pemilu 1955, Berikut Sejarah dan Hasil Suaranya

Pemilu 1955 memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia karena hasil pemilu tersebut menjadi dasar pembentukan negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Potret Lawas Presiden Soeharto Mendapat Pangkat Jenderal Besar Bintang 5, Didampingi Sosok Jenderal Bintang 4

Potret Lawas Presiden Soeharto Mendapat Pangkat Jenderal Besar Bintang 5, Didampingi Sosok Jenderal Bintang 4

Sesaat setelah diberi pangkat, Soeharto mengabadikan momen dengan sosok jenderal bintang 4.

Baca Selengkapnya
Hubungannya Tak Direstui, Begini Kisah Cinta Beda Agama Ayah dan Ibu Bung Karno yang Berujung Kawin Lari

Hubungannya Tak Direstui, Begini Kisah Cinta Beda Agama Ayah dan Ibu Bung Karno yang Berujung Kawin Lari

Tanpa kenekatan mereka berdua, tidak akan lahir bapak proklamator Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sosok Yusof Ishak, Presiden Pertama Singapura yang Menjabat hingga Akhir Hayatnya, Ternyata Keturunan Minangkabau

Sosok Yusof Ishak, Presiden Pertama Singapura yang Menjabat hingga Akhir Hayatnya, Ternyata Keturunan Minangkabau

Dalam sejarah berdirinya negara Singapura, sosok presiden pertama yang menjabat adalah keturunan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Presiden Jokowi Boleh Memihak dan Kampanye, Airlangga Singgung Soekarno dan Soeharto

Presiden Jokowi Boleh Memihak dan Kampanye, Airlangga Singgung Soekarno dan Soeharto

Menurut Airlangga, berkampanye juga merupakan hak konstitusional seorang presiden.

Baca Selengkapnya
Rumah Kuno di Salatiga Ini Jadi Saksi Bisu Pertemuan Pertama Presiden Soekarno dengan Istri Keempatnya, Begini Penampakannya

Rumah Kuno di Salatiga Ini Jadi Saksi Bisu Pertemuan Pertama Presiden Soekarno dengan Istri Keempatnya, Begini Penampakannya

Warga setempat mengaku pernah melihat sesosok menyerupai Bung Karno di rumah tersebut

Baca Selengkapnya
Jika Menang Pilpres, Mahfud Sebut Bakal Mengambil Kombinasi Kepemimpinan Soekarno-Hatta

Jika Menang Pilpres, Mahfud Sebut Bakal Mengambil Kombinasi Kepemimpinan Soekarno-Hatta

Sumatera Barat bagi Mahfud bukan hanya sekadar penyumbang orang atau tokoh, tetapi juga sebagai daerah tempat meramu ideologi yang lahir di negara ini.

Baca Selengkapnya