Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Pratu Asmuji, orang Asia Tenggara pertama taklukan Everest

Kisah Pratu Asmuji, orang Asia Tenggara pertama taklukan Everest Asmujiono. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Pada tahun 1997 Indonesia mencatatkan diri sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang bisa menaklukkan puncak Everest di Pegunungan Himalaya. Hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri karena memang tidak mudah mendaki puncak tertinggi di dunia itu.

Dalam Ekspedisi Merah Putih 1997 itu, ada 16 orang yang terdiri dari 10 orang dari Kopassus dan 6 orang sipil yang mendapat tugas menaklukkan puncak 8.848 mdpl. namun dari 16 orang hanya dua orang yang berhasil menjajaki puncak Everest.

Pratu Asmujiono akhirnya tercatat sebagai pendaki ke-662 yang menapakkan kaki di Puncak Everest, disusul oleh Sertu Misirin di posisi 663. Bukan hal mudah menundukkan puncak dengan suhu minus 30 derajat tersebut. Butuh tekad, semangat dan fisik prima.

Lalu bagaimana kisah pendakian bersejarah tersebut? Berikut cerita Asmujiono ketika berhasil menaklukkan puncak tertinggi di dunia itu:

Indonesia tak mau kalah dari Malaysia taklukan Everest

Negara di Asia Tenggara saat itu (tahun 1997),  belum ada yang berhasil menaklukkan Everest. Bahkan saat keberangkatan Ekspedisi Merah Putih 1997 diduga karena rencana Malaysia yang saat itu akan memberangkatkan timnya. Negara yang bisa di Puncak Kaki Langit memiliki gengsi tersendiri.Saat itu, ada 16 orang yang terdiri dari 10 orang dari Kopassus dan 6 orang sipil yang mendapat tugas menaklukkan puncak Everest. Misi mereka adalah menunjukkan kepada dunia, kalau Indonesia sejajar dengan nagara lain di dunia.Namun di tengah perjalanan tidak semua dari 16 orang itu bisa melanjutkan pendakian. Pendaki yang melanjutkan perjalanan dalam Ekspedisi Merah Putih 1997 tinggal tiga orang yakni Lettu Iwan Setiawan, Sertu Misirin dan Pratu Asmujiono. Pada 26 April 1997, ketiga pendaki meninggalkan Camp IV di South Col dengan ketinggian 7.980 M yang bersuhu minus 30 derajat celcius. Mereka mulai menyusuri menuju puncak Everest di 8.848 M.Pratu Asmujiono akhirnya tercatat sebagai pendaki ke-662 yang menapaki kaki di Puncak Everest, disusul oleh Sertu Misirin di posisi 663. Sedangkan Lettu Iwan gagal dalam misi sulit itu.

Di ketinggian 7000 Mdpl, napsu makan hilang

Asmujiono mengisahkan saat dirinya berada di Puncak Himalaya. Saat memasuki ketinggian 7.000 mdpl ke atas, sudah tidak ada nafsu makan lagi. Semua yang terlihat hanya hamparan es."Makan sudah tidak enak, tapi tubuh butuh energi untuk kita bisa berjalan. Saat membawa daging, dagingnya tidak bisa dipotong, telur menjadi keras. Air mendidih langsung minum, buang air kecil langsung berubah menjadi es," kata Asmujiono saat menjadi narasumber dalam talkshow Ekspedisi Mount Everest Indonesia 1997, Merah Putih di Atap Tertinggi Dunia. Acara yang berlangsung di Aula Gedung A Lantai A Lantai 4 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, dihadiri oleh sekitar 300 peserta, Minggu (24/5) kemarin.Karena keinginan kuat dan cita-cita demi mengibarkan Merah Putih di Puncak Everest, ketiganya (Lettu Iwan Setiawan, Sertu Misirin dan Pratu Asmujiono) rela bertaruh nyawa. Lereng gunung berselimut es sebatas paha disusuri, bahkan dengan kemiringan 80 derajat.Tekad kuat pantang pulang tanpa prestasi akhirnya mengantarkan mimpi mereka terwujud. Asmujiono berhasil membawa misi pada 26 April 1997 pukul 15.30 waktu setempat. Dia tercatat sebagai pendaki ke-662 yang menapaki kaki di Puncak Everest, disusul oleh Misirin di posisi 663. Tetapi bagi orang Asia Tenggara, keduanya menjadi orang pertama dan kedua. Semua bisa menjadi kenyataan karena mimpi dan cita-cita.

Pelatih Rusia pun enggan berbagi air di puncak Everest

Perjalanan menuju Puncak Everest yang dilakukan oleh Asmujiono bersama 15 orang yang lain pada 1997, terbilang sangat jauh dari kata teknologi canggih. Bahkan misi besar itu dilakukan dengan penuh keterbatasan, meski demikian hal itu tidak mengurangi semangat anggota tim.Saat itu, ada 16 orang yang terdiri dari 10 orang dari Kopassus dan 6 orang sipil yang mendapat tugas menaklukkan puncak Everest. Misi mereka adalah menunjukkan kepada dunia, kalau Indonesia sejajar dengan nagara lain di dunia.Negara di Asia Tenggara, saat itu belum ada yang berhasil, bahkan keberangkatan Ekspedisi Merah Putih 1997 diduga karena rencana Malaysia yang saat itu akan memberangkatkan timnya. Negara yang bisa di Puncak Kaki Langit memiliki gengsi tersendiri."Saat itu ada seingat saya ada pameran di Rusia, dibelikan termos dengan bahan tertentu yang katanya canggih. Tetapi saat termos itu dipakai, tetap saja air di dalamnya beku menjadi es. Termosnya diisi air panas, airnya tidak bisa keluar karena beku." kata Asmujiono.Asmujiono mengisahkan, saat menuju puncak tiga pelatih yakni Anatoli Beukreev, Vladimir Baskirov dan Evgenie Vinogradsky mendampingi perjalanannya. Satu pelatih mendampingi satu orang.Pelatih asal Rusia yang mendampingi kita memiliki botol yang ditaruh di tubuhnya. Ditaruh di sekitar ketiaknya, tetapi setiap saya minta airnya tidak pernah dikasih. Saya lihat dia meneteskan air ke mulutnya," kata Asmujiono."Entah dia nggak ngerti bahasa saya atau apa, setiap saya minta tidak pernah dikasih," tambahnya.

Tiga hari tiga malam tidak makan

Sejak memasuki ketinggian 7.000 meter, Asmuji mengaku sudah tidak ada nafsu makan lagi. Tetapi tubuhnya butuh energi untuk sumber tenaga.Suhu di bawah minus 30 derajat, saat membawa daging sudah tidak bisa dipotong, bahkan telur menjadi keras. Air mendidih bisa langsung diminum, bahkan buang air kecil langsung berubah menjadi es."Saya tiga hari tiga malam sudah tidak bisa makan. Kita semula sudah dipersiapkan emergency camp. Indonesia hanya dianggap akan mampu di Camp 3 di ketinggian 7.300 meter saja," katanya.Perlu diketahui Camp I berada di 6.100 M, Camp II di 6.500 M, Camp III di 7.300 M dan Camp IV di 7.980 M. Saat ekspedisi pertama hanya tiga orang yang diperkenankan melanjutkan ke Puncak Everest di 8.850 M. Sementara yang mencapai puncak Everest hanya dua orang yakni Asmujiono dan Misirin.

Pulang dari puncak Everest, Asmujiono sempat dianggap gila

Pulang dari ekspedisi ke puncak Everest 1997, Asmujiono mengalami sakit yang secara medis tidak diketahui. Sebagian sarafnya mati, saat ditanya wartawan tentang keberhasilannya, dia kesulitan untuk memberikan jawaban dan respon.Pengakuan itu disampaikan oleh Asmujiono saat menjadi nara sumberTalkshow Ekspedisi Mount Everest Indonesia 1997, Merah Putih di Atap Tertinggi Dunia di Aula Gedung A Lantai A Lantai 4 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, Minggu (24/5)."Bahkan banyak orang yang mengabarkan kalau saya sudah sakit jiwa dan harus menjalani karantina. Saya sakit sekitar 2 tahun, disangka gila, karena itu saya disembunyikan," kata Asmujiono.Asmujiono berhasil mengibarkan Merah Putih di Puncak Everest pada 26 April 1997 pukul 15.30 waktu setempat. Dia tercatat sebagai pendaki ke-662 yang menapaki kaki di Puncak Everest, disusul oleh Misirin di posisi 663. Tetapi bagi orang Asia Tenggara, keduanya menjadi orang pertama dan kedua. Misi itu ditempuh selama enam bulan mulai Desember 1996 hingga Mei 1997.Perubahan yang drastis dari suhu ekstrem kemudian kembali ke suhu tropis diduga menjadi penyebab sakitnya. Selama dua tahun, Asmujiono harus menjalani pengobatan, di antaranya di Sumur Tujuh Banten."Seharusnya tidak langsung dibawa ke Indonesia, minimal satu tahun di Nepal menjalani penyesuaian. Harusnya disuruh jalan-jalan dulu seperti para bule-bule di sana," katanya.Asmujiono begitu selesai dengan misinya langsung dijemput oleh pesawat khusus. Saat itu menjadi ikon kebanggaan karena sudah mencatat rekor."Saya ditanya wartawan diam saja, saraf belum bisa menerima. Ibarat besi panas langsung dimasukkan ke dalam es, langsung bengkok," katanya.Sempat tergiang dalam ingatan Asmujiono, kalau kelak pulang dari menjalankan misi akan bercerita kepada teman-teman sambil bisa berbangga."Saya yang pelakunya saat itu tidak punya kesempatan, ke mana-mana saya tidak diajak. Bahkan tidak sedikit yang meragukan. Benarkah saya sampai ke puncak Everest," katanya.

(mdk/hhw)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gunung Everest Berbau Busuk karena Penuh Kotoran Manusia, Pendaki Wajib Bawa Turun Tinjanya

Gunung Everest Berbau Busuk karena Penuh Kotoran Manusia, Pendaki Wajib Bawa Turun Tinjanya

Sebagian besar limbah kotoran ini tidak terurai sepenuhnya dan dapat bertahan selama bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya
Sosok Jenderal TNI Pasang Badan 3 Anak Buahnya Diamankan Polisi Malaysia, Berdarah Kopassus Penakluk Gunung Everest

Sosok Jenderal TNI Pasang Badan 3 Anak Buahnya Diamankan Polisi Malaysia, Berdarah Kopassus Penakluk Gunung Everest

Sosok jenderal bintang dua TNI yang pasang badan ketika tiga prajuritnya diamankan polisi Malaysia.

Baca Selengkapnya
Apa Gunung Tertinggi di Bumi? Ternyata Bukan Everest, Ini Jawabannya

Apa Gunung Tertinggi di Bumi? Ternyata Bukan Everest, Ini Jawabannya

Gunung Everest sering diklaim sebagai gunung paling tinggi di dunia. Apakah benar adanya?

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Fakta Sosok Prajogo Pangestu Orang Terkaya di Indonesia, Tamatan SMP yang Pernah Jadi Sopir Angkot

Fakta Sosok Prajogo Pangestu Orang Terkaya di Indonesia, Tamatan SMP yang Pernah Jadi Sopir Angkot

Prajogo Pangestu diketahui memiliki kekayaan sekitar Rp862,8 triliun. Harta kekayaannya melebihi Bos Djarum.

Baca Selengkapnya
Jenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya

Jenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya

Cerita Prabowo Subianto saat masih menjadi Danjen Kopassus dan memimpin operasi penting di Papua.

Baca Selengkapnya
Ilmuwan Temukan Bukti Populasi Manusia di Afrika Selamat dari Letusan Gunung Toba Sumatra 74.000 Tahun Lalu

Ilmuwan Temukan Bukti Populasi Manusia di Afrika Selamat dari Letusan Gunung Toba Sumatra 74.000 Tahun Lalu

Letusan Gunung Toba merupakan salah satu letusan gunung berapi paling dahsyat dalam sejarah.

Baca Selengkapnya
85 Jejak Kaki Makhluk Berusia 90.000 Tahun Ditemukan di Pantai, Ternyata Milik Spesies Manusia Ini

85 Jejak Kaki Makhluk Berusia 90.000 Tahun Ditemukan di Pantai, Ternyata Milik Spesies Manusia Ini

Ini merupakan jejak kaki manusia tertua dan paling awet yang pernah ditemukan.

Baca Selengkapnya
Kenal Sejak SD, Prajurit TNI Asal Papua Ini Akui Punya Pacar Anak Bupati

Kenal Sejak SD, Prajurit TNI Asal Papua Ini Akui Punya Pacar Anak Bupati

Prajurti TNI putra Papua bagikan cerita saat menjalin asmara dengan anak Bupati. Seperti apa kisahnya?

Baca Selengkapnya
Hartanya Ambles Rp177 T dalam Sehari, Prajogo Pangestu Masih Jadi Orang Terkaya di Asia

Hartanya Ambles Rp177 T dalam Sehari, Prajogo Pangestu Masih Jadi Orang Terkaya di Asia

Per hari ini, kekayaan Prajogo Pangestu mencapai Rp673 triliun.

Baca Selengkapnya