Kisah Jamal, jatuh bangun pertahankan usaha layar tancap
Merdeka.com - Jamaludin (45), butuh nyali untuk mempertahankan bisnis layar tancap yang dirintisnya selama 10 tahun. Di tengah gerusan film-film bioskop, dia masih tetap melestarikan hiburan rakyat tersebut.
Baginya, layar tancap sudah menjadi bagian perjalanan hidupnya selama 20 tahun. Semasa muda, Jamal sudah berkecimpung dan akrab di dunia hiburan layar tancap.
"Waktu itu saya masih anak muda umur 20 tahun, ikut bantu bos (pemilik layar. Kalau ada panggilan layar tancap ke kampung-kampung saya yang ikut bantu mutarin film. Bantu masang layar film, nyetel kaset film, jadi tahu cara ngoperasiin film layar tancap kayak apa," kata Jamal saat ditemui merdeka.com di Kampung Baru, Desa Gedung Pengawas, Babelan, Bekasi Utara, Kamis (27/11).
Dia menceritakan sewaktu masih menjadi anak buah bos layar tancap kadang tidak dibayar oleh tuan rumah (yang punya acara). Janji dibayar penuh tapi hanya dibayar separuh harga sampai layar tancapnya dirobohkan orang lantaran penonton tidak puas.
"Kalau suka dukanya sih banyak. Kita pernah enggak dibayar, dikasih cuma separuh harga dari perjanjian awal. Sampai ada orang yang ngutang karena alasan yang punya hajat belum cukup uang buat bayar ongkos layar tancap," kenangnya.
Seiring berjalannya waktu, dan kemajuan teknologi, usaha layar tancap ini mengalami penurunan omzet, lantaran masyarakat mulai hijrah ke DVD dan ke bioskop. Bahkan pada saat musim nikah (bulan haji dan panen padi) masyarakat memilih hiburan lain karena layar tancap dianggap sudah ketinggalan zaman.
"Waktu itu bos kita, bangkrut. Usaha layar tancapnya ditutup. Layar tancapnya masih model jadul bangat pakai senter 35. Apalagi waktu itu lagi krisis moneter dan muncul DVD, penghasilan kan menurun, mau enggak mau layar tancap punya bos enggak bisa beroperasi. Nah, saat itu saya berpikir mulai buka usaha layar tancap tapi dengan peralatan yang sudah lebih modern," jelasnya.
"Saya modal awal waktu itu Rp 15.000.000. Nyicil alat satu-satu, mulai dari ngumpulin kaset film, sound sistem, laon (layar), film warna putih saya beli tiga, yang kecil, sedang dan ukuran gede. Berbekal pengetahuan tentang seluk-beluk layar tancep itu ya saya mulai usaha ini," tambahnya.
Menurut Jamal, usaha layar tancap itu ibarat lautan pasang surut. Kadang ramainya orderan pemutaran film sampai dirinya kewalahan nerima job. Kalau sepi biasanya peralatan layar tancap ditaruh di gudang dan berbulan-bulan tidak tersentuh.
"Ya namanya juga usaha beginian, kalau lagi ramai Alhamdulillah, kalau sepi ya kita taruh di gudang," ucapnya.
Jamal mengaku tidak ada trik khusus agar usaha layar tancapnya tetap diminati masyarakat. Dirinya lebih mengutamakan kepercayaan masyarakat dan servis yang memuaskan bagi pemakai jasa layar tancap miliknya.
"Enggak ada iklan khusus. Biasanya dari mulut ke mulut saja orang pada tahu kalau saya usaha layar tancap," tutup ayah tiga anak ini.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Baca SelengkapnyaBukannya istirahat, selepas dinas ia masih harus mengurus usaha sampingan berjualan es tersebut di pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaSetiap orang memiliki besaran rezekinya masing-masing.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Di tengah teman-temannya yang berlomba membeli jajanan, siswa ini harus duduk sendirian menikmati bekal nasi yang dibawanya.
Baca SelengkapnyaTentu tak enak jika selalu disalahkan. Luapkan perasaan Anda lewat kata-kata selalu salah ini.
Baca SelengkapnyaDalam berbuka puasa, salah satu cara untuk membatalkannya adalah dengan mengonsumsi takjil. Hal ini ternyata juga disarankan oleh ahli gizi.
Baca SelengkapnyaMengenal D915, jalanan paling berbahaya di dunia dengan banyaknya tikungan tajam dan belokan yang mematikan.
Baca SelengkapnyaUsai purna tugasnya di tubuh militer tanah air, Mbah Wo memilih tak berdiam diri.
Baca SelengkapnyaBagi sebagian orang hal ini tak masuk akal, tapi pelaku mengaku jalur klenik merupakan bagian dari usaha memenangkan Pemilu
Baca Selengkapnya