Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah 3 Keluarga Merawat Anak Lumpuh di Bali

Kisah 3 Keluarga Merawat Anak Lumpuh di Bali Tiga Keluarga Merawat Anak Lumpuh di Bali. ©2019 Merdeka.com/Moh Kadafi

Merdeka.com - Tiga keluarga asal Kabupaten Karangasem, Bali, yang masih bersaudara harus hidup merawat anak-anaknya yang mengalami kelainan atau cacat serta lumpuh.

Mereka tinggal satu lingkungan di rumah bantuan dari pemerintah Provinsi Bali, yang berlokasi di Jalan Tantular Gang Kehutanan, Denpasar, Bali, sejak empat tahun lalu. Mereka mendapatkan bantuan itu di era Gubernur Made Mangku Pastika.

Salah satunya adalah Ni Nyoman Simpen (50) yang merupakan istri dari Made Kari (44). Selain merawat anak pertamanya yang mengalami kelainan disabilitas, suaminya juga terkena penyakit stroke 6 bulan yang lalu.

"Anak saya ada tiga, suami saya kena stroke 6 bulan yang lalu," kata Simpen saat ditemui di rumahnya, Senin (16/9).

Simpen menceritakan, suaminya saban hari bekerja sebagai tukang kebun di kantor Gubernur Bali. Namun, sejak 6 bulan yang lalu sudah tidak kerja dan digantikan oleh anak yang nomor 2 yakni Made Sumarta (25).

"Waktu itu suami saya pulang kampung dan sampai ke sini (rumah) menengok sayur di sawah dan kemudian terkena stroke. Sudah di opname selama 14 hari sampai sekarang masih sakit," imbuh Simpen.

Selain itu, anak pertamanya yakni Niluh Indah (26) mengalami kelainan sejak kecil dan kemudian lumpuh. Sementara dua anaknya yakni Made Sumarta dan anak terakhirnya Nyoman Sariasah (16) dalam keadaan normal.

"Kalau anak saya yang kedua (Made Sumarta) kerja tukang kebun menggantikan Bapaknya yang sakit. Kalau anak saya Nyoman Sariasah masih sekolah kelas satu SMA," ujarnya.

Simpen juga menceritakan, sudah 4 tahun menempati rumah bantuan dari Pemerintah Provinsi Bali era Gubernur Bali I Made Mangku Pastika. Awalnya, ia menempati rumah di Jalan Bung Tomo, Denpasar dan pindah karena mendapatkan bantuan rumah.

Simpen juga menceritakan, bahwa untuk anaknya sudah sejak di dalam kandungan diketahui mengalami kelainan.

"Dia 3 hari baru lahir tidak normal. Umur 3 bulan sakit dan kejang-kejang dan panas. Sampai umur 4 tahun tetap begitu tapi sudah agak jarang-jarang saat ini," ungkapnya.

Simpen mengaku untuk membiayai kehidupan sehari-hari dia hanya mengandalkan gaji anaknya yang nomor dua yang berpenghasilan Rp2.500.000 dalam sebulan.

Sementara bantuan dari pemerintah Provinsi Bali, Simpen mengaku hanya mendapatkan rumah yang ditempatinya sejak 4 tahun yang lalu dan dapat bantuan dana satu tahun awal.

"Dulu dapat bantuan dan dikasih rumah di sini dan dibantu selama 1 tahun. Habis setahun tidak lagi tidak. Sudah itu belum dapat (bantuan). Karena sudah dikasih pekerjaan anak saya di sana, tapi tidak mencukupi," ujarnya.

Kemudian, dari keluarga Nyoman Sadra dengan tiga anaknya yang lumpuh pasangan Nyoman Sadra dan Nengah Sumerti, dikaruniai enam orang anak. Tiga orang di antaranya mengalami cacat sejak lahir. Diantaranya anak pertama Wayan Suantika (27), anak ke-3 Komang Supartika (23) dan anak ke-6 yang bernama Luh Ayu Sukarini (7).

Dari keterangan ibunya Nengah Sumerti (47), Suantika dan Supartika hanya bisa berguling-guling saja. Keduanya lumpuh total, mereka hanya bisa terbaring meskipun dikerumuni semut.

Sedangkan kondisi Luh Ayu sedikit lebih beruntung dibandingkan kedua kakaknya. Setidaknya masih bisa duduk dan bergerak. Serta sedikit paham jika diajak berkomunikasi.

"Waktu kecil bisa ngerayap seperti ini dah (Luh). Komang paling sehat, setahun bisa jalan, tapi dari sini dari sini jatuh," kata Sumerti.

Sumerti juga menjelaskan, ketiga anaknya pun sudah menjalani pemeriksaan medis, mulai pemeriksaan di Poli Mata, Poli Anak hingga pemeriksaan syaraf. Namun mereka memiliki kesamaan yakni kelainan pada mata. Matanya bergerak sendiri-sendiri sejak lahir.

Saat kecil mereka pun bisa duduk layaknya anak normal. Namun semakin bertambah usia, badannya semakin kaku dan tidak bisa bergerak. "Semakin dewasa semakin kaku. Kayak kayu gini," jelasnya.

Sumerti juga mengungkapkan, bahwa suaminya Nyoman Sadra sendiri bekerja di pembuatan kompos dan harus menghidupi keluarganya seorang diri dan ironisnya keluarga tersebut kini tidak mendapat bantuan pemerintah. Padahal dengan uluran tangan tersebut, beban mereka sedikit berkurang.

"Kalau dulu, iya dapat dari pemerintah satu juta setahun. Kalau sekarang belum ada info apa. Cuma itu aja dari pemerintah," ujarnya.

Sementara hal yang sama juga dialami Nyoman Darma (55) yang juga berkerja sebagai tukang Kebun di Kantor Gubernur Bali. Ia membesarkan dan merawat 6 anaknya dan empat anaknya cacat. Diantaranya anak pertama Wayan Sudarma (23), anak ke-2 Kadek Sudarsana (21), anak ke-4 Ketut Suartama (19) dan anak ke-5 Luh Nanda Febri Astari (11). Sementara 2 anaknya yang ke-3 Nyoman Marianti (18) dan si bungsu Gede Adi Gunawan dalam keadaan normal.

Nyoman Sarmini (40) yang merupakan istri dari Nyoman Darma menceritakan, bahwa sewaktu mengandung keempatnya memang tidak ada keluhan yang berarti. Semua berjalan normal hingga waktu melahirkan. Namun setelah lahir baru diketahui bahwa kondisi mereka cacat. Gejalanya sama, salah satunya matanya bergerak sendiri.

"Yang Ketut Suartama, itu bisa ke mana-mana. Pakai kursi roda setiap sore. Sendiri bisa. Yang dua itu di sana saja, kemana-mana," ujarnya.

Berbeda, Luh Nanda Febri mengalami kaki lumpuh namun bisa menggerakkan tubuhnya. Luh bisa berpindah meskipun harus ngesot. Jika diperhatikan mata kirinya selalu aktif bergerak sendiri. "Saya inginnya normal, tapi lahir begini lagi," ujarnya.

(mdk/gil)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Keluarga di Temanggung Ini Nekat Tinggal Sendiri di Kampung Mati, Dikelilingi Rumah-Rumah Kosong Terbengkalai

Keluarga di Temanggung Ini Nekat Tinggal Sendiri di Kampung Mati, Dikelilingi Rumah-Rumah Kosong Terbengkalai

Akses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.

Baca Selengkapnya
“Terpaksa” Pulang ke Kampung Halaman Demi Mertua, Pria Bantul Ini Teruskan Usaha Ayah Jadi Pembuat Keris

“Terpaksa” Pulang ke Kampung Halaman Demi Mertua, Pria Bantul Ini Teruskan Usaha Ayah Jadi Pembuat Keris

Untuk memudahkan koordniasi, Giyatono membuat paguyuban pembuat keris. Paguyuban itu telah terdaftar sebagai salah satu kluster BRI

Baca Selengkapnya
Kisah Keluarga Pemberani yang Tinggal di Kampung Mati Tengah Hutan Cilacap, Hidup Berdampingan dengan Babi Hutan

Kisah Keluarga Pemberani yang Tinggal di Kampung Mati Tengah Hutan Cilacap, Hidup Berdampingan dengan Babi Hutan

Saat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Tak Terima Ditegur karena Bawa Pacar ke Rumah, Pemuda di Maros Tega Bunuh Kakak Kandung

Tak Terima Ditegur karena Bawa Pacar ke Rumah, Pemuda di Maros Tega Bunuh Kakak Kandung

Seorang pemuda di Maros, Sulawesi Selatan, MA (22) gelap mata setelah ditegur karena membawa pacarnya ke rumah. Dia tega membunuh kakak kandungnya AA (31).

Baca Selengkapnya
Kelakuan Aneh Ibu Bocah 5 Tahun di Bekasi yang Tewas dengan 20 Tusukan

Kelakuan Aneh Ibu Bocah 5 Tahun di Bekasi yang Tewas dengan 20 Tusukan

Ibu di Bekasi diduga tega membunuh anaknya dan mengaku mendapat bisikan gaib sebelum melakukan aksinya.

Baca Selengkapnya
Bapak Tiri Membabi Buta Pukuli Anaknya Hingga Terjungkal, Terbentur Tembok & Muntah-Muntah Berujung Tewas

Bapak Tiri Membabi Buta Pukuli Anaknya Hingga Terjungkal, Terbentur Tembok & Muntah-Muntah Berujung Tewas

M, pelaku dan ibu korban merupakan pasangan baru. Mereka baru menjalin biduk rumah tangga sekira 5 bulan.

Baca Selengkapnya
SEMENIT PAHAM: Ajak Orang Golput di Pemilu Bisa Dipidana, Ini Aturannya

SEMENIT PAHAM: Ajak Orang Golput di Pemilu Bisa Dipidana, Ini Aturannya

Jangan sembarangan memprovokasi orang untuk tidak memilih di pemilu. Karena hal itu bisa melanggar pidana

Baca Selengkapnya
15 Menit Menegangkan Penyelamatan Balita Terkunci di Kamar Lantai 2 Perumahan Tangerang

15 Menit Menegangkan Penyelamatan Balita Terkunci di Kamar Lantai 2 Perumahan Tangerang

"Maaah, maah," demikian jerit balita dari dalam ruangan terkunci.

Baca Selengkapnya
Pasutri Ditemukan Tewas di Pantai Gunaksa Bali, Diduga Bunuh Diri

Pasutri Ditemukan Tewas di Pantai Gunaksa Bali, Diduga Bunuh Diri

Pasangan suami istri itu diduga bunuh diri karena di i TKP ditemukan dua buah gelas bekas minuman, dari mulut keluar busa

Baca Selengkapnya
Tetap Khusyuk Beribadah di Tengah Cuaca Panas, Simak Momen Keluarga Atta Halilintar di Tanah Suci

Tetap Khusyuk Beribadah di Tengah Cuaca Panas, Simak Momen Keluarga Atta Halilintar di Tanah Suci

Meski membawa para suster, Atta dan Aurel Hermansyah kompak mengurus putri-putrinya sendiri saat berada di dekat Ka'bah.

Baca Selengkapnya