Kiai Jateng tak sepakat gelar khalifatullah Sultan Yogya dihapus
Merdeka.com - Ulama Jawa Tengah berharap Sri Sultan Hamengku Buwono X meninjau kembali penghapusan gelar Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah, telah disandang para Sultan Hamengku Buwono pertama hingga ke sembilan.
Para kyai menyatakan sebetulnya tidak mempermasalahkan terhadap sabda raja soal pengangkatan putri Sultan sebagai Putra Mahkota, atau ihwal penggantian nama Buwono menjadi Bawono. Namun gelar Khalifatullah yang secara substansi merupakan warisan tradisi Jawa Islam telah melekat pada gelar Sultan, perlu dipertimbangkan lagi untuk tetap disandang.
Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH M Dian Nafi' melalui siaran pers yang diterima merdeka.com, Jumat (22/5). "Penghilangan gelar Khalifatullah oleh Sri Sultan HB X itu perlu ditinjau kembali," tutur pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan Sukoharjo ini.
Pendapat itu KH M Dian Nafi sampaikan usai berkomunikasi dan bertemu dengan sejumlah ulama di tlatah Surakarta Hadiningrat maupun di Jawa Tengah.
Dian Nafi mengatakan, pernyataannya itu bukan sikap resmi PWNU Jawa Tengah, karena PWNU Jateng belum mengadakan musyawarah ihwal tersebut.
"Sebagai wong Solo yang merasa bagian dari Mataram Islam, kami merasa telah nyaman dinaungi Keraton yang menjaga tradisi Islam Jawa," ujar Dian.
Apabila gelar khalifatullah itu dicabut, maka KH M Dian Nafi khawatir Islam Jawa tidak lagi menjadi pengayom umat.
"Selama ini kita sudah nyaman dinaungi tradisi Islam Jawa. Kalau gelar khalifatullah itu hilang, saya kuatir tidak lagi terayomi," tambah Dian.
Sebab, menurut KH Dian Nafi, saat ini banyak tersebar gerakan Islam berideologi transnasional, yang membawa budaya dan pemikiran dari luar negeri yang mengusung ide khilafah Islam. "Mereka mengampanyekan penegakan khilafah yang artinya hendak membuat khalifah versi mereka," lanjut Dian.
Dian Nafi mengaku sangat kuatir, momen ini dijadikan alat oleh kelompok tersebut untuk mengklaim diri sebagai khalifatullah. "Padahal klaim kelompok tersebut tidak cocok dengan tradisi Islam yang telah melekat dalam budaya Jawa," ucap Dian.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.
Baca SelengkapnyaBersama dengan jajaran dan keluarga besar TNI, ternyata sang ulama kondang itu menghadiri undangan acara buka bersama Kepala Staf TNI AU (Kasau).
Baca SelengkapnyaUlama dari tanah Jawa Barat ini dulunya merupakan salah satu wali yang mensyiarkan Agama Islam di pulau Jawa.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Lebaran menjadi momen hadirnya hidangan-hidangan khas daerah yang mungkin jarang ditemukan serta menambah suasana Idul Fitri semakin terasa.
Baca SelengkapnyaZ merupakan pimpinan kelompok yang menamakan Taklim Makrifat.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.
Baca SelengkapnyaPara tamu undangan diperlakukan secara terhormat melalui tradisi piring terbang.
Baca SelengkapnyaSebagai ibadah wajib, maka penting bagi umat muslim untuk memahami berbagai dalil tentang sholat Jumat, terutama bagi laki-laki.
Baca SelengkapnyaUngkapan minta maaf dalam bahasa Jawa tidak hanya sekedar formalitas, melainkan juga mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang kaya.
Baca Selengkapnya