Kelenteng Siu Hok Bio dan Peristiwa Eksodus Warga Tionghoa ke Semarang
Merdeka.com - Sejumlah warga Tionghoa mulai mendatangi kelenteng Siu Hok Bio di Gang Baru, Wotgandul Timur, Kranggan, Semarang. Mereka datang berdoa secara khusyuk dengan membakar yongsua.
Meski bangunan kecil, Kelenteng Siu Hok Bio memiliki sejarah panjang bagi warga keturunan Tionghoa yang bermukim di Pecinan Semarang.
Pengurus Klenteng Sio Hok Bio, Cipto mengaku klenteng ini merupakan yang tertua di kawasan Pecinan Semarang. Bahkan Kelenteng Siu Hok Bio tetap digunakan sebagai tempat ibadah umat Tridharma secara terbuka saat masa Orde Baru (Orba).
"Klenteng ini sudah masuk bangunan sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya (BCB) pada 1992," kata Cipto.
Adapun bangunan klenteng memiliki ukuran 9x25 meter. Ukuran tersebut tidak ada satu pun yang merubah bangunan asli sebagai cagar budaya.
Saat Imlek, kegiatan di Klenteng Siu Hok Bio relatif hampir sama di klenteng-klenteng lainnya di Pecinan. Hanya jumlah pengunjung ke Kelenteng mengalami peningkatan daripada hari biasanya.
"Kalau ramai pas Pasar Semawis mas. Kan di Jalan depan akan banyak pedagang-pedagang yang meramaikan acara itu," imbuhnya.
Pakar Budaya Tionghoa, Tjong Khi Tio, yang menyebut Kelenteng Siu Hok Bio merupakan kelenteng tertua di kawasan Pecinan yang berdiri sejak abad ke-17.
Pada kala itu, orang-orang Tionghoa yang ada di Batavia melakukan eksodus ke Semarang karena adanya pembantaian dari penjajah Belanda.
"Saat pertama di Semarang, orang Tionghoa itu tidak berkumpul dalam satu kawasan. Setelah mereka terlibat dalam pemberontakan Mataram, baru Belanda mengumpulkan mereka dalam satu kawasan, yang sekarang jadi Pecinan itu," ujar Tjong Khie.
Kelenteng Siu Hok Bio hingga saat ini masih terawat dengan baik. Meski pun diapit oleh bangunan rumah toko (ruko) di sekelilingnya. Diperkirakan, Kelenteng yang saat ini diapit oleh ruko besar dan masih mempertahankan bangunan aslinya tersebut dibangun sekitar tahun 1700an.
Menurut Tjong Khie Tyo, di area Pecinan Semarang, setidaknya ada sembilan bangunan Kelenteng yang bisa dikunjungi, anatara lain Kelenteng Siu Hok Bio di Jalan Wotgandul Timur No 38, Kelenteng Tek Hay Bio/Kwee Lak Kwa di Jalan Gang Pinggir No 105-107, Kelenteng Tay Kak Sie di Jalan Gang Lombok No 62, dan Kelenteng Kong Tik Soe di Jalan Gang Lombok.
"Ada juga Kelenteng Hoo Hok Bio di Jalan Gang Cilik No 7, Kelenteng Tong Pek Bio di Jalan Gang Pinggir No 70, Kelenteng Wie Hwie Kiong di Jalan Sebandaran I No 26, Kelenteng Ling Hok Bio di Jalan Gang Pinggir No 110, dan Kelenteng See Hoo Kiong/Ma Tjouw Kiong Jalan Sebandaran I No 32," terangnya.
Salah seorang warga Wotgandul Timur, Sugeng Haryadi menyebut tak hanya saat Imlek, Kelenteng Siu Hok Bio juga ramai saat perayaan hari jadinya yang digelar pada bulan ke-9 atau bulan ke-10 setiap tahunnya.
"Biasanya ada pementasan wayang kulit semalam suntuk di depan kelenteng," terang Hari.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Klenteng ini jadi saksi masa kejayaan orang Tionghoa di Kota Pahlawan
Baca SelengkapnyaSebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca SelengkapnyaKawasan yang saat ini menjadi cagar budaya di Palembang dulunya sebuah lingkungan tempat tinggal bagi warga Tionghoa era kolonial Belanda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaTengkorak Zaman Romawi Dikubur Bersama Perhiasan Emas dan Sepatu Kulit Mahal, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Baca SelengkapnyaOrang ini disebut sebagai orang terkaya sepanjang masa, sepanjang sejarah manusia.
Baca SelengkapnyaBangunan yang didirikan kolonial Belanda ini pernah menjadi tempat pengasingan Soekarno dan tokoh nasional lainnya.
Baca SelengkapnyaWilayah Kelenteng Sam Poo Kong dulunya berada di pinggir laut. Kini jaraknya sekitar 7 km dari bibir pantai
Baca SelengkapnyaMeskipun hidupnya singkat, Soe Hok Gie mewarisi semangat perubahan dan keberanian untuk bersuara yang menginspirasi banyak orang.
Baca Selengkapnya