Merdeka.com - Menjadi seorang idol kini menjadi impian banyak remaja Indonesia. Tak heran mereka berbondong-bondong ikut ajang pencarian bakat agar bisa merealisasikan mimpi mereka dengan cepat.

Fenomena ini dinilai negatif oleh psikolog dari Universitas UIN Achmad Chusaini. Pasalnya para remaja dinilai tidak cukup siap secara mental untuk menjadi idol dalam proses yang begitu cepat.

"Satu impian yang dikejar lewat acara seperti itu bisa menimbulkan frustasi pada remaja. Frustrasi akan semakin tinggi jika kapasitas yang harus dia capai berbeda dengan dunia nyata yang dia alami. Meski tidak menimbulkan gangguan perilaku tetapi mengganggu stabilitas emosi," terang Achmad saat dihubungi merdeka.com, Minggu (9/2).

Achmad tidak menyalahkan para remaja yang ingin menjadi selebriti instan. Menurut Achmad, media lah yang menyajikan glamoritas sehingga menyebabkan banyak remaja ingin terjun ke dunia hiburan tanpa memikirkan prosesnya.

"Enggak ada perbandingan cukup untuk remaja mencari profesi dan bidang lain. Remaja mau menjadi selebritas karena media menampilkan dunia itu secara gemerlap, glamor, banyak uang dan cara yang paling gampang," tukasnya.

Oleh karena itu, Achmad menilai penting bagi orang tua mendampingi anak anak-anak ketika menonton TV. Media pun diharapkan juga memberikan banyak pilihan untuk remaja menggapai mimpinya.

"Orang tua bisa memberikan pengertian pada anak dan menyeleksi tontonan. Media pun bisa ditanggung jawab untuk memikirkan dampaknya pada remaja." tutup dia.