Merdeka.com - Komandan Pangkalan Udara El Tari Kupang Letkol (Pnb) Eko Dono Indarto mengatakan kawasan sekitar Bandara El Tari Kupang akan dijadikan kebun singkong. Hal ini karena struktur tanahnya cukup bagus untuk pengembangan tanaman ubi kayu.

"Kawasan dalam Pangkalan TNI-AU masih sangat luas untuk pengembangan tanaman singkong, dan para petani di sekitar bandara bisa dapat meningkatkan kesejahteraannya dari usaha singkong tersebut," katanya saat melakukan panen perdana tanaman singkong jenis Uje-5 dan Aldira-4 di sekitar Bandara El Tari Kupang, seperti dikutip dari Antara, Selasa (11/5).

Bibit singkong jenis Uje-5 dan Aldira-4 ini diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintahan Wali Kota Kupang kepada para petani Desa Nasipanaf untuk dikembangkan di atas areal seluas sekitar 56 hektare dalam kawasan Lanud El Tari Kupang sejak Desember 2011.

Tanaman singkong yang dikelola oleh enam kelompok tani asal Desa Nasipanaf Kupang itu menghasilkan sekitar 34,64 ton/hektare. Enam kelompok tani tersebut (Haumat, Sadar Kasih, Keluarga Wanita Harapan Kasih, Sejahtera Nasipanaf, Harapan Baru dan Penaf) sempat putus asa, karena terbentur pada masalah pemasaran.

"Tanaman tersebut praktis tidak terurus dengan baik meski ada petugas penyuluh pertanian lapangan, ketika kami terbentur dengan masalah pemasaran. Akibatnya, hasil produksinya hanya mencapai 34,64 ton/hektar dari target 50 ton/hektar," kata Fransiskus Seran, salah seorang petani setempat.

Setelah dilakukan panen perdana oleh Danlanud El Tari Kupang, kelompok tani setempat langsung tersenyum karena hasil produksi singkong itu langsung ditampung oleh PT Singkong Timor Jaya pimpinan Amelia Sumargo.

"Kami akan membelinya dalam bentuk gaplek dengan harga Rp 1.200/kg. Sekarang, tugas bapak, ibu petani untuk mengeringkan singkong tersebut kemudian menjual kepada perusahaan kami," ujar Emilia Salean-Seran, salah seorang pemegang saham di perusahaan tersebut.

PT Singkong Timor Jaya ini didirikan oleh empat orang wanita, masing-masing Amelia Sumargo, Emilia Salean-Seran, Yani Tanjung dan Rosalina Kase, setelah melakukan studi banding tentang pengembangan singkong emas di Bogor, Jawa Barat dan Palembang.

"Prioritas kami adalah pengembangan singkong emas yang sudah kami rintis di delapan kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, namun usaha untuk membeli gaplek dari petani ini adalah bentuk lain dari usaha kami membangun kerja sama dengan pihak ketiga," kata Amelia Sumargo.

Ia menambahkan pihaknya akan terus membimbing para petani di Desa Nasipanaf tersebut, selain para penyuluh pertanian lapangan, tentang sistem dan cara menanam singkong tersebut untuk mendapatkan hasilnya yang berlimpah, maksimal 100 ton/hektare.

"Ini misi lain yang harus kami bangun untuk membantu para petani kita di Desa Nasipanaf tersebut, apalagi Danlanud El Tari Kupang sangat apresiatif terhadap usaha singkong dalam kawasan Lanud El Tari Kupang untuk meningkatkan kesejahteraan petani setempat," ujar Amelia.

Ia mengatakan perusahaan yang dipimpinnya dalam waktu dekat akan membangun pabrik pengolahan tapioka dan bioetanol (bahan bakar alternatif), karena usaha singkong emas di NTT cukup propektif dan memiliki pasaran yang jelas.

"Saya tidak menyangka jika lahan kering ini ternyata cocok untuk pengembangan tanaman singkong. Lahan kita dalam kawasan Lanud El Tari Kupang masih cukup luas untuk pengembangan tanaman tersebut, tinggal kesanggupan para petani di sekitarnya untuk menggarapnya," demikian Letkol (Pnb) Eko Dono Indarto.