Kasus Covid-19 Naik Lagi, Perlukah Tarik Rem Darurat?
Merdeka.com - Kasus Covid-19 konsisten meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Data Minggu (26/6), kasus positif Covid-19 naik lagi dengan 1.726 kasus.
Peningkatan terjadi dampak munculnya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Subvarian ini terdeteksi di Indonesia pada 6 Juni 2022.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra menilai pemerintah perlu mengaktifkan kembali kebijakan untuk menekan penularan Covid-19.
Kebijakan ini tidak harus rem darurat seperti pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 atau 4. Namun, bisa kebijakan berupa pengetatan penerapan protokol dan pembatasan aktivitas kerumunan.
"Rasanya sekarang ini belum. Saya pikir ini masih sangat longgar. Konser-konser masih terjadi di mana-mana. Acara keramaian, hajatan, itu bebas. Orang juga banyak yang tidak menggunakan masker," ucapnya kepada merdeka.com, Senin (27/6).
Menurut Hermawan, pemerintah juga perlu mengimbau kepada perkantoran dan fasilitas pelayanan publik untuk kembali mengaktifkan satuan tugas protokol kesehatan. Imbauan ini bila perlu diikuti dengan penerapan PPKM berbasis level sesuai dengan kondisi wilayah. Tak hanya itu, perlu digencarkan kembali testing (pemeriksaan) dan tracing (penelusuran) kontak erat dengan kasus Covid-19.
"Mudah-mudahan semua pihak, baik masyarakat dalam hal perilaku harus bijak," ujarnya.
Sementara, Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman berpendapat rem darurat bukan pilihan ideal untuk menekan penularan Covid-19 saat ini.
Sebab, Indonesia sudah memiliki modal imunitas melalui vaksinasi Covid-19. Meskipun, laju vaksinasi booster saat ini cenderung melambat. Selain itu, rem darurat membutuhkan ongkos yang besar, baik dari sisi sosial, ekonomi, dan politik.
"Namun, ketika kita tidak memilih rem darurat, bukan berarti kita tidak melakukan pembatasan," katanya.
Menurut Dicky, pemerintah perlu memperketat penerapan PPKM. Di saat bersamaan, pemerintah harus mengevaluasi kebijakan yang kurang efektif mencegah penularan Covid-19.
"Direview lagi mana yang jadi bumerang buat kita, yang menjadi penyebab timbulnya atau celah transmisi ini menjadi lebih cepat," ujarnya.
Dokter lulusan Universitas Padjadjaran ini mengambil contoh kebijakan mengizinkan perhelatan konser. Menurut Dicky, konser masih bisa dilaksanakan. Namun, harus dengan protokol kesehatan ketat. Seperti penonton harus menggunakan masker, menjaga jarak, dan wajib sudah menerima vaksinasi booster.
"Itu yang sebagai contoh karena kita sekali lagi, kita tidak bisa memilih satu pilihan strategi yang enggak efektif dalam konteks pemulihan ini dan masalahnya modal sudah ada," tutupnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini Bahaya Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di Indonesia
Zubairi menyebut, EG.5 merupakan varian baru Covid-19 yang berkaitan erat dengan subvarian Omicron XBB.
Baca SelengkapnyaMenkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI
Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi
Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Blak-blakan Menkes soal Kenaikan Kasus Covid-19 JN.1
Hingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker
Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaCovid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun
Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaKemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaBahaya Kista Ovarium yang Perlu Diwaspadai, Kenali Tanda-tandanya
Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terdapat di dalam ovarium atau di permukaannya. Kondisi ini tidak berbahaya kecuali jika kista itu pecah.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal
Kemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca Selengkapnya