Jual Abon daging berbelatung, Toko Soekiran nyaris dibakar massa
Merdeka.com - Terungkapnya kasus Abon Soekiran khas Kupang membuat warga geram. Bahkan masyarakat sekitarnya marah dan mengancam akan membakar lokasi usaha tersebut setelah polisi mengungkap abon khas Kupang yang diproduksi toko Soekiran menggunakan bahan dasar daging busuk yang sudah berulat atau belatung.
Informasi yang dihimpun, Wali Kota Kupang Jonas Salean yang biasa membeli abon ikan yang diproduksi Soekiran, terpaksa membuangnya setelah ketahuan bahwa usaha tersebut menggunakan bahan dasar daging yang sudah membusuk dan berulat.
Sementara itu pihak Kepolisian Resor Kupang Kota masih menunggu hasil pemeriksaan Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Bali terkait bahan dasar daging yang digunakan Soekiran dalam mengolah produk bahan makanan khas Nusa Tenggara Timur.
"Kami masih menunggu hasil uji Labfor dari Bali, sehingga belum bisa memproses secara hukum Soekiran sebagai pengelola usaha makanan khas NTT itu," kata Kapolres Kupang Kota AKBP Musni Arifin seperti dikutip dari Antara, Senin (4/6).
Usaha pengolahan bahan makanan khas NTT yang diproduksi Soekiran di wilayah Sikumana Kupang itu, ketahuan menggunakan bahan dasar dari daging yang berulat, sehingga membuat masyarakat sekitarnya marah dan mengancam akan membakar lokasi usaha tersebut.
Kapolres Kupang Kota mengatakan sampai saat ini pihaknya masih terus melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi untuk mendukung bukti-bukti yang ditemukan di lapangan, seperti daging yang sudah berulat, dan lain-lain.
Dia menambahkan pemilik usaha tersebut sudah diamankan, dan toko yang digunakan untuk menjual hasil olahan bahan makanan khas NTT itu juga sudah ditutup.
Meskipun demikian, pihaknya masih tetap menunggu hasil uji forensik dari Polda Bali, untuk melakukan pembuktian secara ilmiah terkait dengan usaha yang dilakukan oleh Soekiran itu.
"Pembuktian ilmiah melalui hasil uji forensik tersebut untuk mengetahui apakah bahan dasar yang digunakan itu berasal dari sisa limbah seperti fakta yang terlihat di lapangan atau tidak," katanya.
Pada Jumat (17/4), warga setempat bersama petugas kepolisian menggerebek lokasi usaha pengolahan bahan makanan khas NTT itu, karena tidak lagi menahan bau busuk. Bau busuk itu ternyata bersumber dari daging olahan yang siap dikemas untuk dipasarkan.
Pabrik pengolahan makanan khas NTT seperti emping jagung, abon ikan, dendeng serta se'i yang bersumber dari daging sapi ini, sudah beroperasi sejak tahun 2005.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar pun membeli beberapa sayuran untuk dibawa pulang. Sontak itu membuat pedagang antusias melayaninya.
Baca SelengkapnyaMenariknya, pembeli menikmati sajian ayam ingkung di teras rumah layaknya makan di kediamannya sendiri
Baca SelengkapnyaSering mendapat cemoohan, penjual ikan cupang ini akhirnya berhasil menjadi anggota polisi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menjelang Idulfitri, pedagang ikan asap Tuban bisa mengantongi omzet penjualan lebih dari Rp20 juta per hari.
Baca SelengkapnyaSelanjutya BPOM telah melakukan pembinaan kepada pedangnya untuk tidak menjual produk makanan yang mengandung zat kimia berbahaya.
Baca SelengkapnyaRela merantau, ia setiap harinya harus menjual dagangan baksonya.
Baca SelengkapnyaBila sebelumnya paling banyak menghasilkan Rp1,5 juta, dia mengaku kali ini ada puluhan ikan peliharaannya itu diborong pembeli.
Baca SelengkapnyaMakanan yang Ia beli juga dibaikan ke orang-orang sekitar secara gratis.
Baca SelengkapnyaPenjualan Rokok Ketengan Bakal DIlarang, Pedagang Asongan Mengeluh
Baca Selengkapnya